Sunday, January 15, 2012

[fanfic] Honest

Cast: Jinnai Sho, Hirose Daisuke
Rating: PG-13
Warning: BL, AU, OOC
Note: Karena pairing ini sangatlah lucu.

Happy birthday, Jinshaaaaaan!!




"Jinshan!"

Langkah Jinnai terhenti sementara kepalanya menoleh ke belakang melewati bahunya. Seorang pemuda bergakuran berlari-lari kecil ke arahnya sambil melambaikan tangan, sementara tangan yang satu lagi menjaga ransel yang tersampir di pundaknya. Jinnai memutar tubuhnya sedikit.

"Ou. Daisuke ka."

Daisuke menggembungkan pipi dan memukul lengan Jinnai saat ia sudah berada di samping pria itu. "Kenapa seperti tak senang begitu sih?"

Jinnai mendengus dan hanya mengedikkan bahu. Dengan acuh, dia kembali melangkah, membiarkan Daisuke menyusul dan menyejajari langkahnya.

"Mou," pemuda itu masih tak terima. "Kenapa sih? Salah bangun? Dompetnya hilang? Atau dimarahi Paman karena berkelahi lagi?" Tanyanya beruntun. Sebuah sentilan di ujung hidungnya membuatnya memekik terkejut. "Sakit, tahu! Awas kalau sampai aku tak manis lagi karena luka di hidung."

Jinnai tertawa terbahak-bahak. "Memangnya kau ini perempuan?" Ujarnya seraya menyelipkan sebatang rokok ke sela bibirnya.

Daisuke memiringkan kepala, meletakkan jari di pipi lalu tersenyum genit. "Tapi aku tak kalah manis sama anak perempuan, loh. Semua orang bilang begitu."

"Percaya saja, deh." Jinnai mengangguk-angguk. Dia pun tak mau menyangkal. Daisuke memang manis dan sangat ramah pada siapapun. Dipikir lagi, mereka bisa kenal pun karena Daisuke yang manis itu diganggu gerombolan preman dan Jinnai yang kebetulan lewat jadi harus menolong. Dia tidak bilang dia anak baik -reputasinya sebagai orang nomor dua terkuat di wilayah itu setelah setan cantik bernama Mitsuya Ryou sungguh bukan gelar main-main, tapi dia tak suka menggunakan kekuatannya untuk sengaja mengganggu yang lebih lemah. Bukan salahnya ataupun maunya kalau bertahun-tahun setelah itu pun Daisuke masih mengikutinya kemana-mana.

"Ngomong-ngomong, Jinshan mau ke mana?" Daisuke mencondongkan tubuhnya ke depan untuk melihat wajah Jin.

Pelipis Jinnai berkedut, "Kau ini. Mestinya tanya itu dari tadi sebelum mengikutiku kan?"

Daisuke tersenyum. "Daijoubu. Sudah tak ada berani menggangguku lagi sejak aku sering jalan bareng Jinshan, loh!" Jawabnya ceria.

"Tsk." Jinnai berdecak. "Kau memanfaatkan aku nih, ceritanya?"

"Mochiron!"

Jinnai mendesah pasrah. "Aku mau belanja." Ujarnya kemudian.

"He?"

"Keperluan toko."

"Boleh ikut?" Daisuke mengerjap tanpa dosa.

Jinnai memutar kedua bola matanya. "Memangnya kau akan menurut kalau kusuruh pulang?"

Daisuke terkikik dan menggeleng dengan ceria. Tanpa ragu, ia menggamit lengan Jinnai dan bersenandung riang saat mereka melanjutkan langkah.

Mungkin memang ada untungnya membiarkan Daisuke ikut dengannya. Pemuda itu dengan riang dan imutnya menawar semua barang yang hendak dibeli Jinnai. Paman penjual sayur rela memberikan 1/2 kilo lebih banyak dengan harga yang sama yang biasa dibayar Jinnai. Paman penjual daging, setelah disenyumi Daisuke, rela memberikan diskon 1/2 harga. Bibi penjual beras memberikan bonus sekantung kue beras untuk camilan.

Jinnai harus angkat topi untuk pemuda itu. Karena itu, dia tak menolak saat Daisuke menarik-narik lengan bajunya sambil menunjuk-nunjuk toko es krim. "Jinshan, haus!"

Ditepuknya kepala Daisuke sambil menunjuk ke arah lain. "Yang di sana lebih enak." Tukasnya.

Wajah Daisuke berbinar dan ditariknya lengan Jinnai dengan semangat.

"Di sini?" Daisuke menunjuk sebuah toko mungil bergaya tradisional Jepang dengan noren berwarna biru tua bertuliskan kanji es. Jinnai mengangguk lalu mendului Daisuke memasuki toko itu.

"Irasshai~" sebuah suara yang ramah dan empuk di telinga menyambut begitu Daisuke menyembulkan kepala dari balik noren.

"Yo,Ue-chan!"

"Sho-chan! Hisashiburi!"

Daisuke mengerjap, menatap dengan agak heran pada Jinnai yang ngobrol dengan akrab dengan pelayan toko itu: seorang pemuda bertubuh agak gempal dengan rambut super cepak dan berwajah cukup tampan. Ia mendekat dan mengintip dari belakang punggung Jinnai.

Pemuda pelayan itu mengenakan jinbei bermotif garis vertikal berwarna coklat, juga mengenakan celemek hitam di pinggang. Ia memiringkan kepala lalu tersenyum ramah saat melihat Daisuke. Ia mengangkat alisnya yang tebal pada Jinnai, "Temanmu?"

"Ah, begitulah. Ini--"

"Hirose Daisuke desuu! Yoroshiku!" Daisuke langsung menyambar dengan ceria sampai pemuda di hadapan mereka tertawa.

"Lucu ya. Aku Ueda Yuusuke. Teman lamanya Sho-chan." Balas pemuda itu.

"Aku lucu katanya, Jinshan." Daisuke berucap dengan antusias. "Teman Jinshan berarti temanku juga."

Jinnai menggaruk-garuk kepalanya. "Jangan seenaknya memutuskan begitu, dong. Sana, duduk. Kau mau pesan apa?"

"Ada es krim azuki? Pakai mochi!"

Pemuda bernama Yuusuke itu mengangguk. "Kashikomarimashita. Sho-chan yang biasa?"

Jinnai mengangguk kemudian menyusul Daisuke yang sudah menempatkan diri di meja kedua dekat pintu. Toko itu tak terlalu besar, malahan bisa dibilang mungil. Hanya ada 6 meja untuk dua orang dan 1 di ruang tatami di sudut ruangan. Interiornya pun sama sekali tak ada kesan modern kecuali televisi, mesin kasir dan telepon di meja kasir. Daisuke memperhatikan dengan antusias lalu menyibukkan diri melihat menu yang ada di atas meja; ditulis tangan dengan bentuk kanji yang sangat rapi.

"Toko ini sudah lima generasi loh."

Daisuke mengangkat kepala, menerima handuk basah untuk mengelap tangan yang disodorkan Jinnai. "Ih, aku kan tidak tanya." Kikiknya.

"Tapi kau penasaran kan?"

"Hehehe. Yang tadi itu benar temanmu? Bekas berandalan juga?"

Jinnai memukul kepala Daisuke, tak keras tapi cukup membuat pemuda itu mengaduh dan menggembungkan pipi dengan sebal. "Aku kan cuma tanya."

"Ue-chan itu bekas ketua klub kendo. Dia sering mengajakku bergabung dengan klub daripada aku berkelahi terus. Tapi aku tak berminat."

Daisuke mengangguk-angguk sok mengerti. "Jinshan sepertinya suka padanya ya?"

Jinnai memandang Daisuke sejenak lalu menopang dagu sambil tersenyum jahil. "Kalau iya? Apa kau cemburu, Daisuke?"

Daisuke ikut menopang dagu dengan kedua tangannya. Kedua pipinya kembali menggembung. "Jangan menggodaku, ah."

Jinnai mengangkat sebelah alisnya. "Kamu loh yang mengikuti kemana-mana."

"Memang. Begitu saja sudah mengerti kan?" Daisuke melengos.

"Katanya tak mau kelihatan tidak manis? Jangan cemberut dong."

"Bhu."

Jinnai tertawa kencang. Yuusuke yang muncul dengan pesanan mereka (es krim azuki dengan mochi dan es krim mangga) sampai mengangkat alis penasaran. Jinnai hanya nyengir dan Yuusuke pun berlalu setelah dipuji kalau es krimnya enak.

Daisuke masih pasang tampang cemberut meski sudah menghabiskan dua porsi es krim lagi. Ia memandang tak senang pada Jinnai yang tampak tak peduli dan malah berlama-lama ngobrol dengan Yuusuke sebelum mereka pamit pulang.

"Belanjaannya?" Tanya Daisuke saat mereka melangkah meninggalkan daerah pertokoan itu.

"Nanti diantar. Aku kan tak bawa mobil." Jinnai menyahut singkat.

Daisuke mengangguk. Diikutinya langkah Jinnai yang menuju ke arah rumahnya. Hari sudah gelap saat mereka berhenti di depan sebuah rumah berpapan nama 'Hirose'.

"Jya. Mata ne." Ujar Jinnai sambil tersenyum miring dan membuat tanda salut dengan sebelah tangan lalu berbalik.

"Ano, Jinshan!" Panggil Daisuke.

"Hmm?" Jinnai berbalik lagi. "Ada apa?"

Daisuke terdiam sejenak. Saat ia mengangkat kepalanya lagi, senyum lebarnya yang ceria sudah kembali menghiasi wajahnya. "Nandemonai. Mata ne~" ucapnya sambil melambaikan tangan.

Jinnai mengerjap lalu berdecak. "Brengsek." Gumamnya. Tanpa pikir panjang lagi, kedua kakinya melangkah dan ditariknya lengan Daisuke yang baru saja hendak membuka pintu pagar.

"Jinshan?"

Jinnai tak menjawab. Satu lengannya dilingkarkan ke pinggang Daisuke dan menarik pemuda itu merapat pada tubuhnya sendiri dan diciumnya pemuda itu tanpa ragu. Bibir yang hangat, lembut dan terasa manis seperti es krim azuki. Dikecupnya dengan sayang sementara mengeratkan pelukan. Dirasakannya tubuh Daisuke bereaksi padanya dan Jinnai memberanikan diri untuk memagut beberapa kali sebelum melepaskan pemuda itu dari pelukannya.

Daisuke nampak sangat terkejut dan meski wajahnya memerah, matanya berbinar riang dan ia terkikik senang. "Jinshan,"

Jinnai mendengus dan mencubit pipi Daisuke. "Oyasumi."

"Un. Oyasumi."

-end-