Title: (tak ada judul karena ini sumpah iseng cuman pengen nulis)
Matsuzaka tidak tahu lagi sudah berapa kali dia membiarkan Inoue-kun mampir ke apartemennya tanpa rencana sebelumnya. Dia bahkan sudah agak lupa kapan dan kenapa Inoue-kun pertama kali mampir (dan nyaris menginap) untuk pertama kali ke apartemennya. Tapi Matsuzaka ingat kapan dan kenapa Inoue-kun pertama kali menginap di apartemennya.
Telinganya selalu jadi panas dan semerah daun momiji di musim gugur kalau teringat. Sejujurnya, dia masih bingung kenapa Inoue-kun suka sekali impromptu muncul di rumah sakit (well, bisa jadi Inoue-kun menyambangi Katou-sensei) cuma untuk mengajaknya minum kopi atau makan siang atau makan malam atau cuma jalan-jalan keliling taman rumah sakit. Semuanya tanpa rencana. Pemuda itu seperti tidak peduli apakah jadwal Matsuzaka penuh atau tidak, apakah Matsuzaka harus keluar rumah sakit atau tidak, dan apakah Matsuzaka mau bertemu dia atau tidak. Seperti siang ini ketika dia tiba-tiba muncul di rumah sakit dan berdebat keras dengan salah satu calon pasien Matsuzaka hanya karena Inoue-kun ngotot kalau mereka sudah punya janji makan siang.
Dan sekarang Inoue-kun sudah duduk santai di sofa kecil milik Matsuzaka sambil sibuk memindah-mindah saluran televisi. Kakinya terjulur santai memenuhi ruangan sampai Matsuzaka harus menendangnya supaya dia bisa lewat. Inoue-kun hanya menyeringai dan kembali menjulurkan kakinya. Matsuzaka kembali menendang kaki Inoue-kun, kali ini dengan tumitnya. Inoue-kun mengaduh dan berusaha balas menendang tapi sia-sia karena dia malas bergerak dari tempat. Sebagai gantinya, Inoue-kun mengambil segumpal tisu dan melemparnya ke punggung Matsuzaka. Matsuzaka hanya geleng-geleng kepala dan masuk ke kamar mandi.
Inoue-kun akhirnya memutuskan untuk menonton acara komedi, Matsuzaka bisa menebak dari suara televisi yang terdengar sampai ke kamar mandi saat dia sedang melucuti pakaiannya dan melangkah masuk ke bawah shower. Sedetik kemudian, suara televisi tertutup suara aliran air dari shower head. Selesai dari situ, dia melangkah masuk ke ofuro besar yang penuh air panas. Matsuzaka membenamkan tubuh dan kepalanya ke dalam air selama beberapa detik sebelum akhirnya bersandar di satu sisi. Matsuzaka menghela nafas sambil menutup matanya.
Inoue-kun akhirnya melepaskan tangannya sambil menyeringai dan ikut melangkah keluar dari ofuro. Diambilnya handuk besar yang menggantung di dekat pintu dan melingkarkan handuk itu ke pundak Matsuzaka. Ditariknya Matsuzaka mendekat dan dengan gaya acuh mulai mengusap wajah dan rambut Matsuzaka dengan handuk itu. Salah tingkah karena tidak biasanya Inoue-kun bersikap seperti itu padanya, Matsuzaka hanya menunduk.
Matsuzaka menggigit bibirnya sebelum akhirnya menyahut. "Soal itu, aku ingin tahu, sejak kapan aku jadi pacarmu?"
Matsuzaka merasa agak lega ketika akhirnya dia keluar dari kamar mandi, Inoue-kun masih ada di apartemennya. Malahan, pemuda itu sudah mengambil posisi tiduran di soda sementara tangannya sibuk dengan remote control. Lagi-lagi sibuk memindah-mindah saluran televisi. Matsuzaka sempat khawatir kalau Inoue-kun langsung pergi tanpa pamit. Itu akan membuatnya merasa bersalah sekali. Matsuzaka tidak berani mendekat untuk beberapa saat dan hanya berdiri di dekat kulkas sambil mengamati tamunya. Temannya. Pacarnya. Apalah. Dia bukannya tidak suka pada Inoue-kun. Sebaliknya, Matsuzaka sayang sekali padanya. Tapi rasanya tidak enak kalau mengencani adik kolega sendiri dan Matsuzaka tidak biasa mengungkapkan perasaannya secara terbuka. Yah... sebenarnya Matsuzaka benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.
Karena tak ingin ada orang ngambek semalaman di apartemennya, Matsuzaka akhirnya mendekati Inoue-kun dan menyingkirkan kaki panjang itu supaya dia bisa duduk. Inoue-kun menatapnya sekilas lalu sibuk dengan remote control lagi. Matsuzaka mengusap wajahnya dengan tangan dan memandang Inoue-kun.
Inoue-kun mencibir. "Apa hal seperti itu harus dikatakan juga? Aku pikir kau ini cerdas."
Author: Panda^^V
Fandom: euh... umh... DCD/Shinkenger.... perhaps XD;
Pairing: Inoue MasahiroxMatsuzaka Tori (or vice versa)
Rating: PG-13
Warning: AU to the core & Doctor!Tori
Disclaimer: The characters belong to their respective families and agencies.
Note: Saya menulis fic berbahasa Indonesia. Apa ini mimpi? *ditabok* Spin-off dari AU world-nya Nei. Ini sebenernya agak bunuh diri karena gue gak tau karakter dua orang ini. Tapi gue pengen nulis karena Tori itu seksi. Maa-kun juga. Tapi tadinya pengen nulis soal Massu tapi lebih gak tau lagi karakternya. Tapi Massu dan Ouji dan Papa Kane.... tapiiiiiiiiiii.... *mama-san melipir ke pojokan nanem jamur* *numbuh Kento* *eh?*
HAPPY BIRTHDAY, NEI SAYANG~!!! *kisses* Maaf telat yaaa. Seharusnya selesai kemarin tapi banyak kerjaan sekali. ORZ.
Matsuzaka tidak tahu lagi sudah berapa kali dia membiarkan Inoue-kun mampir ke apartemennya tanpa rencana sebelumnya. Dia bahkan sudah agak lupa kapan dan kenapa Inoue-kun pertama kali mampir (dan nyaris menginap) untuk pertama kali ke apartemennya. Tapi Matsuzaka ingat kapan dan kenapa Inoue-kun pertama kali menginap di apartemennya.
Telinganya selalu jadi panas dan semerah daun momiji di musim gugur kalau teringat. Sejujurnya, dia masih bingung kenapa Inoue-kun suka sekali impromptu muncul di rumah sakit (well, bisa jadi Inoue-kun menyambangi Katou-sensei) cuma untuk mengajaknya minum kopi atau makan siang atau makan malam atau cuma jalan-jalan keliling taman rumah sakit. Semuanya tanpa rencana. Pemuda itu seperti tidak peduli apakah jadwal Matsuzaka penuh atau tidak, apakah Matsuzaka harus keluar rumah sakit atau tidak, dan apakah Matsuzaka mau bertemu dia atau tidak. Seperti siang ini ketika dia tiba-tiba muncul di rumah sakit dan berdebat keras dengan salah satu calon pasien Matsuzaka hanya karena Inoue-kun ngotot kalau mereka sudah punya janji makan siang.
Memang sih mereka punya hubungan khusus. "Kamu kan pacarku." ujar Inoue-kun kalau ditanya, dengan dagu terangkat sombong dan nada yang tidak bisa dibantah. Entah kenapa Matsuzaka juga tidak berniat membantah. Padahal kalau dipikir-pikir, kapan tepatnya mereka resmi pacaran Matsuzaka sudah tidak ingat sama sekali. Kalau memang momen Inoue-kun menyatakan perasaannya atau dia sendiri yang menyatakan perasaan pada Inoue-kun benar terjadi. Matsuzaka menghela nafas dan buru-buru menghabiskan segelas air. Kalau berpikir seperti ini, kepalanya langsung pusing, perutnya mual dan rasanya seperti diaduk-aduk.
Dan sekarang Inoue-kun sudah duduk santai di sofa kecil milik Matsuzaka sambil sibuk memindah-mindah saluran televisi. Kakinya terjulur santai memenuhi ruangan sampai Matsuzaka harus menendangnya supaya dia bisa lewat. Inoue-kun hanya menyeringai dan kembali menjulurkan kakinya. Matsuzaka kembali menendang kaki Inoue-kun, kali ini dengan tumitnya. Inoue-kun mengaduh dan berusaha balas menendang tapi sia-sia karena dia malas bergerak dari tempat. Sebagai gantinya, Inoue-kun mengambil segumpal tisu dan melemparnya ke punggung Matsuzaka. Matsuzaka hanya geleng-geleng kepala dan masuk ke kamar mandi.
Inoue-kun akhirnya memutuskan untuk menonton acara komedi, Matsuzaka bisa menebak dari suara televisi yang terdengar sampai ke kamar mandi saat dia sedang melucuti pakaiannya dan melangkah masuk ke bawah shower. Sedetik kemudian, suara televisi tertutup suara aliran air dari shower head. Selesai dari situ, dia melangkah masuk ke ofuro besar yang penuh air panas. Matsuzaka membenamkan tubuh dan kepalanya ke dalam air selama beberapa detik sebelum akhirnya bersandar di satu sisi. Matsuzaka menghela nafas sambil menutup matanya.
Entah berapa lama Matsuzaka berendam di dalam ofuro itu. Sepertinya malah sempat tertidur karena begitu dia membuka matanya, dia mendapati Inoue-kun sudah duduk di hadapannya. Matsuzaka nyaris melompat keluar dari dalam ofuro karena kaget. "Inoue-kun!"
"Matsuzaka-sensei." Inoue-kun menyahut.
Matsuzaka menghela nafas. Senyum miring itu lagi. Diraupnya air yang sudah tidak terlalu hangat lagi itu dengan dua tangannya dan menyiram wajahnya sebelum benar-benar mengalihkan perhatiannya pada pemuda jangkung di depannya. Begitu panjangnya kaki Inoue-kun sampai dia masih harus melipat kakinya di dalam ofuro yang ukurannya lumayan besar itu.
"Jam berapa sekarang?" tanyanya berbasa-basi.
Inoue-kun mengangkat bahunya. "Sekitar jam 12. Mungkin."
Mata Matsuzaka berkedip. Artinya dia sudah nyaris 2 jam lebih berendam di dalam ofuro. Pantas saja ujung jari-jarinya terasa keriput. Matsuzaka tidak berkata apa-apa lagi dan beranjak keluar dari dalam ofuro dan nyaris terjungkal karena secara tiba-tiba lengannya ditarik Inoue-kun. Matsuzaka melemparkan pandangan kesal pada pemuda itu.
"Hei! Lepaskan! Aku sudah mulai masuk angin."
"Ini kan air panas, mana mungkin kau masuk angin."
"Logikanya tidak seperti itu, tahu."
Inoue-kun akhirnya melepaskan tangannya sambil menyeringai dan ikut melangkah keluar dari ofuro. Diambilnya handuk besar yang menggantung di dekat pintu dan melingkarkan handuk itu ke pundak Matsuzaka. Ditariknya Matsuzaka mendekat dan dengan gaya acuh mulai mengusap wajah dan rambut Matsuzaka dengan handuk itu. Salah tingkah karena tidak biasanya Inoue-kun bersikap seperti itu padanya, Matsuzaka hanya menunduk.
"Aku bukan anak kecil." Gumamnya.
"Tapi kan kau pacarku."
Matsuzaka menggigit bibirnya sebelum akhirnya menyahut. "Soal itu, aku ingin tahu, sejak kapan aku jadi pacarmu?"
Inoue-kun menatap dokter tampan itu dengan heran. "Memangnya masalah ya, sejak kapan kau jadi pacarku?"
Matsuzaka mengangkat bahu. "Biasanya seperti itu kan? Dan apakah selama ini kita pernah merayakan sesuatu? Tidak kan? Jadi aku ingin tahu kapan persisnya aku jadi pacarmu."
"Memangnya harus dirayakan?"
"Tidak ada salahnya kan? Seperti pasangan pada umumnya. Oh, aku lupa. Kita kan bukan pasangan ya. Aku ini pacarmu. Belum tentu kau ini pacarku."
Inoue-kun terdiam. Tampak tersinggung. Dia tidak mengatakan apa-apa lagi sambil meneruskan mengeringkan badan Matsuzaka. Matsuzaka mengedip-ngedipkan matanya.
"Hei." Panggilnya pelan. "Aku serius, loh. Wajar kan kalau aku ingin tahu kalau ternyata selama ini aku punya pacar? Karena rasanya tidak seperti itu."
Kali ini giliran Inoue-kun yang hanya mengangkat bahu. Dikeringkannya badannya sendiri dengan cepat dan melangkah keluar dari kamar mandi. Matsuzaka menghela nafas. Mungkin salah bertanya seperti itu, pikirnya.
Matsuzaka merasa agak lega ketika akhirnya dia keluar dari kamar mandi, Inoue-kun masih ada di apartemennya. Malahan, pemuda itu sudah mengambil posisi tiduran di soda sementara tangannya sibuk dengan remote control. Lagi-lagi sibuk memindah-mindah saluran televisi. Matsuzaka sempat khawatir kalau Inoue-kun langsung pergi tanpa pamit. Itu akan membuatnya merasa bersalah sekali. Matsuzaka tidak berani mendekat untuk beberapa saat dan hanya berdiri di dekat kulkas sambil mengamati tamunya. Temannya. Pacarnya. Apalah. Dia bukannya tidak suka pada Inoue-kun. Sebaliknya, Matsuzaka sayang sekali padanya. Tapi rasanya tidak enak kalau mengencani adik kolega sendiri dan Matsuzaka tidak biasa mengungkapkan perasaannya secara terbuka. Yah... sebenarnya Matsuzaka benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.
Karena tak ingin ada orang ngambek semalaman di apartemennya, Matsuzaka akhirnya mendekati Inoue-kun dan menyingkirkan kaki panjang itu supaya dia bisa duduk. Inoue-kun menatapnya sekilas lalu sibuk dengan remote control lagi. Matsuzaka mengusap wajahnya dengan tangan dan memandang Inoue-kun.
"Aku ini bukan kakakmu. Aku tak tahu bagaimana caramu berpikir. Kalau memang ada hal yang kau pikir seharusnya aku tahu, katakan saja." Ujarnya dengan hati-hati.
Inoue-kun mencibir. "Apa hal seperti itu harus dikatakan juga? Aku pikir kau ini cerdas."
"Maa-kun." ujar Matsuzaka dengan nada mengingatkan dan Inoue-kun mencibir dipanggil dengan nama kecilnya itu. Inoue-kun diam sesaat lalu mengulurkan tangannya. Antara geli dan bingung, Matsuzaka balas mengulurkan tangan dan membiarkan dirinya ditarik mendekat sampai dia harus berbaring di atas tubuh Inoue-kun. Matsuzaka merasa wajahnya memerah. "Apa?" tanyanya.
Inoue-kun mendekatkan wajahnya sambil masih terus menatap Matsuzaka dan tatapannya membuat perut Matsuzaka terasa mulas lagi. "Kalau begitu aku sudah cukup jelas selama ini. Kamu. Pacarku." dan diciumnya bibir Matsuzaka.
Matsuzaka hanya bisa mengangguk dan balas mencium Inoue-kun.
.............................. *ngikik mati di kantor*
ReplyDeletePANDA. TERJEBLOS KE DALAM JURANG KAMI.
GUE BAHAGIA.
*guling2*
HUSH! XDDDD
ReplyDelete. . . . . . . Inoue kun, kenapa kau begitu lemot Inoue kun? Tinggal dimamam saja itu, Inoue kun. Udah ga usah malu2, Inoue kun. /plak
ReplyDeleteahuhuhuhuhu, maap kalo terlalu OOC ya, Nei
ReplyDelete*tadinya kemaren itu udah nyaris bikin stensilan dengan bikin mereka pangku2an di ofuro tapi gak jadi*
Nandeeeeeeeeeee? NANDEEEEEEEEEEEEEEEEE? KENAPA GAK JADI.
ReplyDelete.............................. awawawawawawawawawa mereka akan berusaha keras demi mama-san?
ReplyDelete*nanti ya. berikutnya.*
*tepok jidat karena gali lubang*
BANZAI, BANZAI, PANDA, BANZAI. *ROFLMAO*
ReplyDelete*dengan suara kecil* Hai. Ganbari-massu
ReplyDeleteKENAPA GA JADI, MAMA SAN? ~menyandera Nagayan~
ReplyDeleteini bagus bgt, tidak bertele tele dan fuwa fuwa, nguhuhuhu, aku senang~
~melayang~
MANIIIISSSSS!!! *guling2* Dan ngga OOC! *kecup2 Mama-san*
ReplyDeleteTapi gw menyangka bakal stensilan...... *ninja*
Ini fuwaaaaaaaaaaa~ ya? XDDD
ReplyDeleteAwawaw...., berjuanglah, Mama-san! Mari buat stensilan :9
Anuuu.... Ituuuu.... *gak punya alasan kenapa gak jadi bikin stensilan*
ReplyDeleteahuhuhuhu sankyuuuuuu. Gak OOC? Masa? *udah siap2 joget karena tdnya pede kalo ini OOC berat*
@uchihaneitai: KEMBALIKAN NAGAYAN! *Abis ini dia hrs pose bugil soalnya*
ReplyDeleteSeenaknya Ma-kun dan ngambek2nya itu. Dan Tori yang agak2 lemot TAPI DOYAN. Kata gw sih ngga OOC. XDb
ReplyDeleteDan gw baru nyadar itu ada yang bilang Ganbari-MASSU! XDDDDDDD
ReplyDelete*goyang2*
ReplyDelete& karena ada adegan onsen... Tiba2 teringat Massu.... *gigit Tori*
ReplyDeleteKYAAAAAAA....... namaku disebut....... jadi malu aku....... *ala fangirl*
ReplyDelete*kabur sebelum dijitak*
.............................*timpuk cream puff*
ReplyDelete*makan cream puff sambil lambe2 ke Shi Gi* sini sini... ada cream puff gratis lho....
ReplyDeletesave
ReplyDelete