Wednesday, April 18, 2012

[fanfic] Waka-san

Fandom: TeniMyu 2nd Season
Cast: Hiramaki Jin, Jinnai Sho, Motokawa Shota, Kishimoto Takuya
Rating: PG
Warning: AU, OOC, sedikit slash?
Disclaimer: I don't own anything and/or anyone
Note: Ini gegara shindanmaker dari Tacchin XD untuk prompt: 'yang terperangkap itu aku'




Jin tak pernah menyukai hari-hari seperti ini.

Hari di mana ia harus berdiri di tengah deretan orang yang bersumpah setia padanya –atau lebih tepatnya, keluarganya – bahkan sampai ke tingkat rela mati demi itu. Ia tak pernah suka hari dimana ia harus mempertahankan diri dengan kepalan tangan atau tendangan kaki dan yang ada dalam pikirannya hanya apa yang enak untuk makan malam hari itu. Ia benci ketika mereka harus lari sambil menahan rasa sakit akibat satu-dua tulang rusuk yang patah saat mendengar bunyi sirene dari kejauhan. Lebih lagi, ia membenci hari ketika salah satu atau beberapa dari wajah-wajah yang ia kenal, sosok yang biasa dilihatnya, terbujur kaku di sudut jalan atau rumah sakit atau rumah duka. Ia membenci hidupnya.

“Waka,”

Jin menoleh pada panggilan itu, meskipun tak ingin. Ia juga membenci panggilan itu. Ia punya nama.

Hiramaki Jin.

*****

Denting bel pertanda pintu depan dibuka membuat Jin mengangkat kepala sejenak dari crepe suzette yang tengah dibuatnya. Hari ini sebenarnya hari restorannya tutup tapi ia memang tak mengunci pintu depan meski tanda ‘Tutup’ tetap dipasang di samping pagar depan. Sesosok pria berpakaian cukup gaya melangkah masuk melewati ambang pintu. Bibirnya sedikit dimajukan dan satu tangannya dimasukkan ke saku celana sementara tangan yang lain membawa sebotol wine.

“Jangan bilang baru aku yang datang,” ujar pria itu sambil mendekati Jin.

Jin tertawa pelan, “Bukan pertama kalinya kan, Sho-chan?”

Pria yang disapa Sho-chan itu ikut tertawa. Tanpa bertanya, ia meletakkan botol wine di atas pantry dan mengambil celemek dari dalam lemari di dekat kulkas lalu mengenakannya. Pun tanpa basa-basi membantu Jin membuat saus jeruk untuk hidangan pencuci mulut itu.

“Apa itu tidak terlalu kental?” Jin mengernyit pada saus yang tengah dimatangkan Sho.

Sho menggeleng. “Tidak, tidak. Tenang saja. Di tempatku memang dibuat sekental ini dan rasanya memang lebih asam tapi percaya deh, rasanya akan enak sekali. Waka tidak terlalu suka manis kan?”

Jin mendengus seraya menyikut lengan Sho, “Aku memang tidak terlalu suka manis. Dan jangan panggil aku begitu.”

Sho hanya nyengir. Dia tak ingin membantah namun tak akan menuruti Jin untuk hal yang satu ini. Dia menghormati Jin dan untuknya, Jin selamanya akan tetap jadi tuan mudanya. ‘Waka’-nya. Sho tahu bukan hanya dirinya yang berpikir begitu. Seolah diberi tanda oleh isi kepalanya, pintu depan terbuka, diiringi bunyi denting bel yang disusul sapaan hangat dan kelewat ceria dari dua orang pria bertubuh jangkung. Sosok mereka masuk berturut-turut melewati ambang pintu,

“Gomen kudasai!” seru seorang yang lebih tinggi, mengenakan beanie warna merah bata dan jaket kulit. “Ara! Perkiraanku salah ternyata, Takuya. Sho-chan sudah duluan di sini. “

Pria berambut panjang di belakangnya nyengir lebar. “Seharusnya kau mendengarkan aku, Mossan. Bangun lebih pagi lalu pergi ke tempat Sho-chan supaya kita bisa pergi sama-sama. Setidaknya, Dai-chan akan membuatkan kita kopi yang enak.”

Sho tertawa keras, “Yah, memang cuma itu yang dia bisa.”

Jin ikut tertawa, mengelap tangannya agar ia bisa menyambut pelukan Takuya. “Kau menginap di tempat Mossan lagi, Taku-san?”

Shota melompat ke meja pantry dan mencolek sedikit saus jeruk dari crepe suzette yang baru saja diletakkan Sho di dekat pahanya. “Un. Kami pergi minum-minum semalam. Sebenarnya ingin ke tempat Sho-chan tapi Taku-san ingin makan oden, jadi kami ke kedai di blok empat.”

Sho memukul tangan Shota yang sudah siap mencolek saus jeruk lagi. “Hentikan kalau tak ingin tanganmu patah, Mossan.”

“Uwah, kowai!” Shota berjengit dan menurut. “Oi, Takuya! Mau sampai kapan kau memeluk Waka? Nanti kita tak jadi makan.”

“Urusee, Mossan! Aku ini kan kangen sekali sama Waka.” Tukas Takuya sambil menyusut hidung dan menyeka sudut matanya dengan ibu jari.

“Kenapa kau menangis, Takuyaaaa? Kita kan baru bulan lalu bertemu!” kali ini Jin menyela dan menepuk-nepuk punggung Takuya seraya mencoba melepaskan diri dari pelukan temannya itu. “Dan kalian semua harus berhenti memanggilku begitu.”

Ketiga pria itu saling melempar pandang lalu menjawab serentak, “Yada.”

Jin mendesah, “Mossan, turun dari situ dan bantu aku menata meja. Takuya, bantu Mossan,” ujarnya kemudian dengan nada tegas dan kedua pria itu pun menurut. Sho terkekeh-kekeh kecil sembari memberikan sentuhan terakhir pada hidangan pencuci mulut yang tengah dikerjakannya sementara Jin mengeluarkan seloyang butter bread dari dalam oven. Ruangan itu pun makin wangi dan Shota berdendang senang.

Tak lama mereka sudah duduk mengitari satu meja yang sudah tertata rapi. Sepinggan ravioli isi daging dan keju yang masih mengeluarkan bunyi berdesis, sekeranjang butter bread hangat dan sebuah mangkuk besar berisi French onion soup yang wangi dengan crouton, potongan bacon dan keju brie meleleh di atasnya. Sho menuangkan wine yang tadi dibawanya ke masing-masing gelas, mengitari tiap sisi meja dengan gaya seorang maitre d’ yang anggun dan profesional.

Setiap orang memutar-mutar gelas mereka lalu mengendus pelan. Jin tersenyum lalu mencicip sedikit. “Enak sekali,” dan disetujui oleh yang lain. Sho kembali ke tempat duduknya, melakukan hal yang sama dengan yang lain lalu mengangkat gelasnya, “Jya, untuk Waka.”

“Untuk Waka.”

“Untuk Waka.”

Jin tertawa namun mengangkat gelasnya juga lalu mendentingkannya dengan gelas-gelas yang lain. “Untuk kalian juga.”

Sambil menikmati makan siang yang sederhana itu, Jin memperhatikan teman-temannya satu per satu. Ia sudah mengenal mereka semua sejak lama. Ayah Sho adalah tangan kanan ayah Jin dan mereka tumbuh besar bersama. Jin bertemu Shota dan Takuya saat masih SMU, saat kelompok kecil yang dipimpinnya saat itu ditantang oleh kelompok pimpinan Shota. Setelah dikalahkan, Shota dan Takuya memutuskan untuk masuk ke kelompok pimpinan Jin dan bersumpah untuk mengikuti Jin kemanapun. Ayah Jin pun menyukai ketiga “bawahan” anak lelakinya itu. Saat Jin memutuskan untuk keluar dari rumah, beliau mengijinkan ketiga pria itu untuk tidak terlibat langsung dengan urusan kelompok mereka agar mereka bisa menjaga dan melindungi Jin juga melapor pada beliau jika sesuatu terjadi.

Ketiga pria itu memilih tempat tinggal dalam radius tak lebih dari 1 kilometer dari tempat Jin tinggal. Meskipun Sho memiliki sebuah restoran Perancis kelas atas di Roppongi, Shota mengurus beberapa tempat pemandian umum kelas atas dan serangkaian tempat pijat dan Takuya mengelola tempat pachinko dan sebuah game center; mereka akan dengan mudah mendatangi Jin jika sesuatu terjadi.

Mereka merahasiakan niat itu dari Jin tapi tentu saja Jin tahu. Tak mungkin ayahnya akan diam saja dan bukan tak mungkin, jika kelompok mereka tak juga menyerah dan menemukan calon penerus untuk ayahnya, mereka akan memaksa Jin untuk kembali ke rumah. Jin sama sekali tak ingin itu terjadi dan berharap tak ada sesuatu pun yang menimpa Shota karena kalau ia beruntung, musim semi tahun depan, rapat besar kelompok mereka akan menunjuk Shota sebagai penerus ayah Jin.

“…soal geng di blok dua itu. Mungkin sebaiknya kau mengirim beberapa anak buahmu untuk mengawasi mereka, Taku-san.” Jin mendengar Shota berujar.

Takuya mengangguk sambil menyobek sebuah butter bread dan mencelupkannya ke dalam sup. “Sudah. Aku memang tak senang dengan keadaan ini. Daerah itu memang banyak sekolah, sih. Kenalannya Waka juga sekolah di daerah itu kan?”

Jin mengangguk. Tentu saja mereka pun tahu soal Yuta. “Dia belum pernah cerita apapun tentang diganggu berandalan atau semacamnya. Tapi dia memang pernah bilang kalau belakangan ini semakin banyak gerombolan yang nongkrong di daerah sekitar sekolahnya.”

“Apa aku perlu mengirim orang untuk menjaganya, Waka?” Tanya Shota dengan wajah serius.

Jin menghela nafas. Dia tahu Yuta tak pernah pulang-pergi sendiri. Entah diantar Takuma kalau sedang sempat atau bersama temannya tapi ia tahu kalau kegiatan geng-geng itu makin meningkat dan mulai mengganggu, mungkin ada baiknya kalau ia tahu Yuta dan teman-temannya aman.

Saat Jin tak menjawab, Sho menopang dagu sambil menatap tuan mudanya, “Apa dia tak tahu kau ini siapa, Waka?”

Jin balas mengangkat alisnya pada Sho, “Memangnya aku ini siapa, Sho-chan?”

Sho menatapnya beberapa saat lalu mengedikkan bahu. “Hanya saja, suatu saat harus diberi tahu. Apalagi kalau Waka tak berniat menjauh dari anak itu. Harus kuakui kalau dia lucu.”

Sikut Jin terpeleset dari pinggir meja dan ia berusaha agar wajahnya yang memerah tak terlalu kentara. “Anak itu memang lucu dan kepribadiannya menarik. Mungkin kalau kuceritakan soal keluargaku,” Jin mengedarkan pandang pada mereka satu per satu, “dia akan tertarik dan berujar, “Sugooi!” begitu. Tapi kakaknya pasti akan histeris.” Jelas Jin sambil nyengir.

Takuya tertawa, “Ahahahaha! Tahu! Tahu! Dokter gigi tampan itu memang nampaknya agak panikan meskipun sadis sekali kalau sudah berhadapan langsung dengan pasiennya,” ujarnya sambil bergidik lalu mengelus pipinya sendiri.

Jin menatap setengah terperangah. Mereka bahkan sudah mendatangi Takuma. Apa mereka benar-benar berpikir kalau Yuta selamanya akan ada di dekat Jin? Tapi tentu saja mereka akan melakukan itu. Siapapun yang dekat dengan Jin akan dicari tahu latar belakangnya; siapa keluarganya, datang dari mana, siapa saja teman dan kenalannya, apakah orang ini punya maksud tertentu mendekati Jin dan lain sebagainya. Jin ingin mencegah itu tapi ia tahu mereka tak akan mendengarkannya untuk yang satu ini.

Takuya menangkap pandangan Jin lalu mengibaskan tangannya. “Bukan apa-apa kok, Waka. Aku memang sakit gigi tempo hari lalu Sho-chan memaksaku ke rumah sakit. Kebetulan saja di sana aku melihat Koseki-chan di ruang tunggu ruang praktek.”

Jin memicingkan mata. Takuya buru-buru mengangkat kedua lengannya sebagai tanda mengalah. “Aku tidak bicara padanya. Sumpah!”

Sho menyesap wine-nya lalu berujar dengan santai, “Tapi tak ada salahnya loh mengenalkannya pada kami, Waka. Aku saja mengenalkan Daisuke pada kalian kan? Ne, Mossan?”

Shota tertawa pelan lalu nyengir, “Dai-chan itu beda kasus. Dia tak pernah pergi dari sampingmu. Jujur saja aku masih cemburu loh.”

“Oi!” Sho memukul lengan Shota dengan serbet makannya. “Memangnya tak cukup kau dikelilingi Shinchi dan Utsumi-chan? Lalu siapa itu namanya? Acchan? Kau masih juga mengejar Daisuke?”

Shota berkelit menghindar. “Bercanda, Sho-chan! Bercanda! Wakaaaa, katakan padanya kalau aku cuma bercanda!”

Jin mengulum senyum, “Saa. Mossan kan selalu begitu dari dulu. Mana aku tahu kalau kau benar-benar sudah berhenti mengejar Daisuke?”

“Wakaaa~~!”

Jin melengos sementara Sho sudah bangkit untuk memiting Shota. Takuya terbahak sampai terbungkuk-bungkuk. Sejenak, Jin membiarkan saja mereka begitu sementara ia memikirkan tentang Yuta.

Suatu saat. Suatu saat mungkin dia memang harus bercerita pada Yuta. Ia menghela nafas. Kenapa yakin sekali kalau Yuta akan selalu ada di dekatnya? Anak itu menganggapnya teman dan Jin sungguh tak bisa menjawab kalau ditanya apakah ia menyukai Yuta secara romantis. Mungkin.

Jin menggigit bagian dalam mulutnya dengan resah. Ini bukan saatnya untuk mengkhawatirkan kehidupan asmaranya. Ia mengangkat kepala, menatap lurus pada Shota yang sedang bersujud di depan Sho. “Mossan,” panggilnya pelan dan jelas. Dalam sekejab, Shota langsung menegakkan tubuhnya.

“Pastikan kalau Yuta dan teman-temannya aman. Tapi jaga jangan sampai ia sadar.”

Shota mengangguk. Begitu juga dengan Sho dan Takuya. “Wakatta.”

Jin menghela nafas.

Ia benci saat-saat seperti ini.


-end-

31 comments:

  1. *MAMPUS*
    OH TUHAN. INI SEKSI SEKALI.
    Kuma, adikmu ditaksir seorang bos mafia (yang ganteng, pintar masak, dan kebapakan); sugoi!!
    Kebayang pria-pria itu ada di poligigi XDDD
    dan Mossan, sasuga Hideyoshi Toyotomi! Haremnya banyak!

    ReplyDelete
  2. Tunggu. TUNGGUUUU. AKU MELELEH INIIIIIIIIIIIIIIIIII. MUKA GA BISA LEMPENG INIIIIIIIIIII.

    Tuhan, aku rela diserbu mafia kalau isinya seperti ini... *tepuk tangan tiga kali*

    ReplyDelete
  3. Kuma bisa pingsan kalau tau nanti. Ngejerit histeris paling nggak. LMAO Sementara Yuuki dan Stronza mungkin malah seneng. XDDD

    ffffffff--- Charlie, kenapa kau ganteng. :3

    ReplyDelete
  4. Sebelum pingsan mungkin akan ngomel atau meracau panjang pendek XD.

    Kasihan Kuma, tampaknya entah Ma-kun, Tori, atau Yuuki malah akan cuek2 aja. & Stronza jadi hyper.

    KYAAA, paman mafia yg ini ganteng!

    Terus gw sempet kebayang kelompok yakuza yang ada di Ouran anime XD

    ReplyDelete
  5. @Nei: anak bos mafia! Kan masih belum jelas statusnya, siapa tau nanti Mossan yg jadi bos mafia-nya, mengingat dia itu Hideyoshi. Eh, tapi Charlie kan Nobunaga *dipentung gilingan roti*

    Preman pun kalah sama dokter gigi?

    @Icha: *berondong pake tommy gun*

    @Anne: Dia pasti panik gak jelas gitu. Pingin ngelarang tapi lawannya mafia, tapi dia juga gak tau harus ngapain kalo adeknya beneran dipacarin sama mafia. Yuuki pasti cekikikan ngeliat Kuma ya XD

    @Riri: Stronza malah akan bangga? 'Charlie itu yakuza loh! Keren!" gitu ya XDDDD

    gue gak inget kelompok yakuza di ouran anime. Pas mereka shooting sama Renge itu? eh?

    ReplyDelete
  6. aku ditembak mafia ganteng 8D *malah kesenengan* #murahan

    Trus malah pengen liat Stronza bener jadian sama Charlie dan Kuma panik. Pasti menarik. Fufufu. *dibor*

    ReplyDelete
  7. "Takuya tertawa, “Ahahahaha! Tahu! Tahu! Dokter gigi tampan itu memang nampaknya agak panikan meskipun sadis sekali kalau sudah berhadapan langsung dengan pasiennya,” ujarnya sambil bergidik lalu mengelus pipinya sendiri."

    *dan Nei membayangkan KishiTaku yang gahar itu bisa tak berdaya menghadapi Kuma yang sedang berserk* XDDDD
    bener!! mau lihat Stronza jadian sama Charlie!! walau itu akan membuatmu sama pedonya dengan kakaknya, Waka!!

    Kuma : KUTABARE!!! *acungin bor*

    ReplyDelete
  8. KishiTaku kan korban ijime. Tentu saja dia kalah. XDD

    Waka-san... pedo ya. XDDDDDD

    ReplyDelete
  9. Anggap saja Waka-san lebih muda dari Kuma. Nfufufufufufufu.

    ReplyDelete
  10. *baru baca*

    Apa ini. Sekelompok pria tampan + mafia = saya terkapar dulu. 8DDD
    Yappari prompt yang itu memang nyamnyam sekali ya? :9 *memang langsung ingin baca charlie/stronza begitu baca promptnya charlie* *tapi lalu mengasihani kuma dan berdoa semoga dia ga jantungan*

    Dan apa itu Mossan haremnya dikumpulin semua XDDD langsung kebayang begitu dia balik, dia langsung disambut sama pasukan haremnya XDD

    ReplyDelete
  11. FYI, ini di-rewrite sampe lima kali karena sebelum2nya isunya terlalu... berat XDDD Nanti kasian Kuma (nggak ada hubungannya sih, sebenernya tapi kasian aja kalo mendadak adeknya pulang dianterin limo item diiringi chinpira2 tak beralis dan berjas gonjreng XD)

    Karena ini.. Mossan! Aku tak bisa memisahkan dia dari haremnyaaa!! *menempeli Shinchi dan Tatsuko!Acchan*

    ReplyDelete
  12. ROFLMAO XDDDDD Kebayang Kuma bakal langsung panik habis-habisan kalo itu beneran kejadian (sementara Stronza dengan pongo cuma senyum manis dan bilang "Terima kasih oniisan-tachi~")

    Memang yang paling cocok jadi penerusnya itu Mossan karena sudah mengumpulkan harem segala? XDD *logika apa ini* (dan Tatsuko!Acchan = <3333 Pasti ngegemesin banget itu. Gemes pengen ngejitak)

    ReplyDelete
  13. Stronza akan makin bangga karena berasa keren dianterin dan dikawal kemana2? XDD Yuuki pun akan iri. Lalu lebih milih pulang-pergi sama Stronza daripada sama Kuma XDDD

    Begitulah. Tampang pun sudah cocok XD Trus gue jadi mikir ini apakah haremnya ditaro di dalem satu rumah semua? Atau disebar-sebar? Anggap saja Mossan punya Ooku deh #seenaknya

    ReplyDelete
  14. Isu....berat? Yappari mama-san desu kara XDDD

    ReplyDelete
  15. Sementara Kuma jadi menderita maagh akut dan paranoid karena merasa diawasi? XDDD Stronza naaak, kasian itu kakakmu XDD

    LMAO, kebayangnya kok di taruh di satu rumah biar rame (dan bukannya berantem mereka malah asik bikin acara lawak). XDD Asik juga ya jadi Mossan, haremnya banyak dan nrimo gini XD

    ReplyDelete
  16. @Nei: *ninja*

    @Tacchin: Hidupnya makin tak tenang lalu berpikir untuk pindah apartemen bahkan pindah kota sekalian tapi diprotes Stronza dan Yuuki karena sekali lagi, mereka malah seneng bisa dijaga yakuza karena kesannya keren? XDDD

    trus di kulkas ada jadwal 'nggilir' Mossan?

    ReplyDelete
  17. terus jadi makin kasihan sama Kuma, habis agak legaan karena Tori sudah diambil keluarga Keigo, eh sekarang adiknya yang diincar mafia. XD

    ReplyDelete
  18. @Nei: alien ganteng itu seumur hidup tak akan tenang ya XDDD

    @Icha: orgy di onsen! *woot*

    ReplyDelete
  19. MOSSAN KOWAI XDDDD Apa-apaan pria itu. Muka manis ganteng baik-baik tapi punya harem XDD

    ReplyDelete
  20. orgy! *lalu kuatir akan nasib Acchan*

    ReplyDelete
  21. @Tacchin: karena dia tak bisa menolak siapapun yang datang padanya? XDDDDD

    @Nei: XDDDDDDDDDDDDD Khawatir nanti dia hanya akan melihat dengan terpekur trus bereaksinya telat? XDDDD

    ReplyDelete
  22. Yah, Acchan gitu loh, kita tak bisa banyak berharap ^^;;

    Lalu aku doki-doki karena Stronza sangatlah pongo sementara Charlie....yah.....WAKA, begitu. *fetish yang aneh*
    dipiara dulu sampai agak 'dewasa' mungkin?

    ReplyDelete
  23. Acchan, berusahalah! #eh

    Gue pikir sih Stronza memang polos tapi gak polos2 amat? Sebenernya dia udah ngerti ini-itu dengan caranya sendiri? Nampaknya Charlie pun sangat-sangat gemes sama Stronza dan akhirnya 'gak sengaja' membegini-begitukan Stronza which is, Stronza juga gak keberatan? XDDD Kumaaaaaaaaaaaa!! Adikmu Kumaaaaaaa!!!

    ReplyDelete
  24. Waka! Jangan anggap remeh anak SMA itu! *gym*
    Toh Kuma ga bisa banyak mencela karena dia juga melakukan hal yang sama! XDDDD

    Kuma: *langsung sakit perut*

    ReplyDelete
  25. Gimana caranya Stronza ga ngerti ini itu kalau adegan yang diliat tiap hari adalah beruang dan kucing sayang-sayangan? Memangnya setebal apa dinding kamar Kuma? XD;

    Aku mauuuu fic Charlie membeginikan dan membegitukan Stronza (´・ω・`)

    ReplyDelete
  26. Benar jugaaaaaa! Apartemen Kuma kan bukan kamar bocchan yang bisa kedap suara (?)

    MAU JUGA!

    ReplyDelete
  27. Charlie sih pasti akan melakukannya dengan baik dan benar (?) *lalu blushing sendiri ngebayangin Charlie* ^///////////////////////^

    ReplyDelete
  28. dan gue baru sadar sesuatu soal haremnya Mossan......
    'KIKUCHIIIIIII! ADIKMU, KIKUCHIIIIIII!!!'

    ReplyDelete
  29. Kikuchi: *diam sesaat lalu melengos* ...terserah aja deh

    XDDDDDDDDDDDDDDDDD

    ReplyDelete