Tuesday, June 12, 2012

[fanfic] Kore Kara Mo Zutto

Cast: Takagi Kyoushiro, Takahashi Fumiya
Rating: PG-13
Warning: BL, AU, OOC
Disclaimer: I only owned the plot
Note: Shirason Kyoudai AU. Untuk Tacchin sayang dan penggemar KyoFumi lainnya yang bisa dihitung sebelah tangan di luar sana XD Ini jinak kok, Tacc dan gak jadi pake iklan obat mata itu LOL



Fumiya yakin dia tak pernah punya selimut berwarna coklat di kamarnya. Tambahan lagi, sejak kapan kasurnya terasa lebih keras dari biasanya?

Fumiya mengerjap bingung. Dia pasti belum bangun dan masih bermimpi tapi dentuman keras dan rasa berat di bagian belakang kepalanya ini sepertinya bukan mimpi. Pemuda itu mengerutkan kening dan mengerang sebal. Sial, berapa gelas yang dihabiskannya semalam? Mengingat dirinya cukup tahan alkohol berarti memang banyak sekali yang ditenggaknya di kedai sake itu.

Kenapa juga dia minum sebanyak itu semalam? Kepalanya benar-benar tidak dalam kondisi bisa diajak berpikir apalagi mengingat tapi ia sungguh penasaran. Pemuda itu berputar dan membenamkan wajahnya ke dalam bantal. Hmm, kenapa wangi bantalnya pun beda ya? Apa dia mengganti pewangi cuciannya?

Ia mengerang lagi. Dia benci sekali saat-saat seperti ini. Padahal hari ini dia harus melakukan inventaris buku-buku baru. Mana bisa dia berdiri di atas tangga atau berjalan mondar-mandir kalau kondisinya begini? Atasan dan teman kerjanya pasti akan menegurnya karena masuk kerja dengan keadaan hang over berat begitu.

“Sudah bangun ya? Bisa duduk? Sebaiknya minum ini dulu supaya lebih enak.”

Otomatis, tubuhnya bergerak; berputar pelan lalu mengulurkan tangan dan merasakan dua butir pil diletakkan di telapak tangannya yang terbuka. Dengan patuh dan setelah susah payah menarik tubuhnya untuk duduk, ia menelan pil-pil itu lalu meminum air putih yang disodorkan berikutnya. Fumiya mendesah lalu berusaha membuka matanya.

Seorang pria bertubuh lumayan besar, berkulit coklat berdiri di dekat tempat tidur, tersenyum ramah padanya. “Dou?”

Fumiya mengangguk kecil.

Siapa?

“Jam berapa?” Tanya Fumiya sambil memicingkan mata karena sinar matahari yang masuk dari jendela di sebelah kanan tempat tidur itu terlalu menyilaukan untuknya. Hmmm, sepertinya jendela di kamarnya di sebelah kiri.

Pria itu melirik arloji di pergelangan tangannya. Kenapa orang ini sudah serapi itu? Ini kan masih pagi sekali. “Jam tujuh seperempat. Masih ada waktu, kok.”

Fumiya mengangguk-angguk lagi sambil menghabiskan air putih di dalam gelas yang masih dipegangnya lalu diulurkannya pada pria itu yang menyambut masih dengan senyum.

“Aku sedang buat sarapan. Mau makan? Ada kopi juga, kalau mau.”

Siapa orang ini?

Fumiya mengangguk. “Un. Kopi.”

Pria itu ganti mengangguk kemudian berlalu keluar kamar sementara Fumiya kembali merebahkan tubuhnya dan menutup matanya lagi. Minum-minum di hari kerja. Poin minus, Takahashi Fumiya, rutuknya dalam hati. Sekali lagi, Fumiya mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Ia ingat dia lembur untuk menyiapkan inventarisasi hari ini. Hitung-hitung mengurangi beban pekerjaan supaya tak terlalu repot dan lembur dua malam berturut-turut. Padahal teman kerjanya sudah bilang bersedia datang lebih pagi dan membantu Fumiya tapi ia memaksa. Kenapa? Fumiya memaksa otaknya untuk mengingat.

Karena orang itu. Orang yang dua bulan belakangan ini datang ke perpustakaan umum tempatnya bekerja. Orang itu datang hampir tiap hari sepulang jam kerja, mengambil kamus dan buku panduan bahasa Inggris lalu duduk di sudut. Ia akan duduk di situ sampai perpustakaan tutup jam setengah sembilan malam. Fumiya yang membantunya mencari buku karena bulan-bulan ini sedang gilirannya shift malam. Semalam, entah kenapa, Fumiya mengajak pria itu ke kedai sake di blok tiga dan entah kenapa pula pria itu mau. Padahal mereka sama sekali tak pernah bicara lebih dari tiga kalimat sebelumnya dan itu pun hanya menanyakan buku ini ada di mana dan oh, ada di rak keempat dua baris dari kiri.

Orang itu. Fumiya membuka matanya dan duduk tegak lagi. Mereka mulai minum dan Fumiya mulai mengoceh tentang banyak hal dan mungkin beberapa di antaranya terlalu pribadi. Pria besar itu yang tadi memberinya aspirin dan air dan tersenyum dengan ramah dan penuh pengertian. Kenapa orang itu bisa ada di sini?

Perlahan-lahan, Fumiya mulai memperhatikan isi kamar itu dan mulai menyadari kalau kamar berukuran enam kali enam itu sama sekali bukan kamarnya. Juga, kenapa ia tidak pakai baju?

Dalam sekejab, Fumiya terlanda panik.

“USOOOO!!!”

*****

Takagi Kyoushiro terbahak pelan sementara pemuda mungil yang duduk di hadapannya di meja makan itu merengut sebal dan menolak memandang ke arahnya. Diperhatikannya Fumiya yang lebih tertarik mengobrak-abrik telur dadarnya dibanding memakannya. Ia sendiri memaksa dirinya untuk menelan makanannya dan berharap kopinya cukup ampuh untuk mengusir pusing.

Mungkin seharusnya dia tidak minum-minum semalam tapi siapa yang bisa menolak kalau yang mengajak semanis itu? Pakai acara malu-malu segala, lagi. Selama ini Kyoushiro berpikir dia bukan tipe pria yang mau saja pergi minum dengan orang yang tidak dikenalnya dengan baik (kecuali klien dan itu lain soal). Dia tak suka kalau harus berurusan dengan implikasi apapun yang umumnya timbul akibat mabuk dengan orang tak dikenal.

Tapi Kyoushiro tidak menyesali yang satu ini. Sama sekali tidak.

Petugas perpustakaan yang manis itu, yang biasanya selalu menghindari tatapan mata Kyoushiro dan langsung buru-buru pergi setelah menjawab pertanyaannya, semalam tanpa sungkan langsung nyerocos tentang kehidupan pribadinya setelah menghabiskan 3 gelas bir. Kyoushiro tersenyum simpul mengingat itu. Lucu sekali. Mungkin ia butuh teman dan kalau tak salah, Fumiya mengaku ia tak punya teman dekat. Tinggal sendirian di Tokyo dan jauh dari orang tua rupanya cukup membuatnya stres. Kyoushirou paham sih. Dia sendiri tak begitu dekat dengan teman sekolah ataupun teman kuliah tapi sampai tiga bulan yang lalu, dia punya pacar jadi rasanya tak sesepi itu.

“Ano, Takagi-san…”

Kyoushiro mengangkat kepalanya, “Ah, gomen. Hanya teringat sesuatu. Mau tambah kopinya?”

Fumiya mengerjap lalu menggeleng. “…Arigatou. Umh, maksudku,” pemuda itu berhenti sejenak dan semburat merah menjalari leher dan telinganya. Sekali lagi, Fumiya menolak melihat ke arahnya. “Iie, nandemonai.”

Kyoushiro mengangkat alis. “Tidak apa-apa loh. Kalau memang ada yang ingin dikatakan, katakan saja. Toh, Fuumiya-kun sudah bercerita banyak hal padaku kan semalam?” Kyoushirou mencoba tersenyum.

“…sore dake ka?” Fumiya bergumam.

“Eh?”

“Iie.” Fumiya buru-buru menggeleng dan kembali sibuk dengan makanannya. Kali ini dia menyuap beberapa kali dan Kyoushiro senang melihatnya.

“Apa rasanya enak?”

Fumiya menatapnya dengan bingung.

Kyoushiro menggaruk bagian belakang kepalanya dengan sedikit salah tingkah, “Ah, maksudku, selama ini aku hanya masak untuk diriku saja dan dulu selalu pacarku yang memasak untukku jadi aku tak yakin dengan rasanya.”

“….Takagi-san punya pacar?”

Kyoushiro tidak yakin kenapa Fumiya terlihat begitu terkejut. “Dulu ya.”

“Jadi sekarang… tidak?”

“Tidak,” Kyoushirou menggeleng, “Sama sekali tidak.” Ia kemudian mengerutkan kening, bingung kenapa harus mengatakannya seperti itu. Ia kemudian menyesap kopinya, pura-pura tak melihat Fumiya menghela nafas dan mencoba tidak mempertanyakan apapun itu.

“Rasanya enak, kok.” Fumiya kemudian berujar pelan. “Setidaknya, ini lebih enak dari masakanku.”

Kyoushiro tersenyum. “Yokatta.”

*****

Fumiya membenamkan wajah ke balik lipatan syal yang membelit lehernya. Sarapan singkat yang lebih banyak dihabiskan dalam diam itu tak membuat perasaannya jadi lebih baik. Mungkin dia harus pesan makan siang yang banyak nanti. Dan dua gelas kopi lagi.

Berkali-kali, ia melirik ke arah pria besar yang berjalan di sampingnya itu. Kyoushiro menjaga jarak yang cukup aman dengan dirinya. Tidak jauh tapi juga tidak terlalu dekat sampai membuat mereka merasa tak nyaman. Dibilang begitu pun, rasa tak nyaman itu tetap ada. Kyoushiro terlihat begitu santai dan Fumiya merasa ini tidak benar.

“Ano, Takagi-san,”

“Ah! Kalau tidak keberatan, besok mau pergi bersama lagi?” Kyoushiro memotong niatnya bertanya dan membuat Fumiya menatapnya dengan mata terbelalak. Orang ini serius, ya? Fumiya sungguh tak habis pikir. Kyoushiro sepertinya tidak menyadari ekspresi Fumiya dan melanjutkan pertanyaannya. “Aku tahu kedai es krim enak di sekitar sini. Mungkin Takahashi-kun mau coba?”

“Nande?”

“Eh? Karena es krim di kedai itu enak sekali. Aku sudah dua kali ke sana dan Takahashi-kun suka yang manis-manis kan?”

“Nande?”

“Eh?” Kyoushiro tertawa bingung dan Fumiya jadi kesal. “Ya, karena seperti yang sudah kukatakan tadi. Apa Takahashi-kun keberatan keluar denganku lagi?”

“Bukan itu masalahnya kan?!” Suara Fumiya meninggi dan tanpa sadar, kedua tangannya mengepal menahan marah. “Kenapa Takagi-san bisa sesantai ini? Apa selalu seperti ini dengan semua orang yang mengajakmu minum lalu tidur bersama? Aku tidak bilang aku tidak salah tapi setidaknya katakan sesuatu dong. Aku tidak biasa seperti ini dan aku belum tentu mau bertemu dengan Takagi-san lagi kan? Kenapa bisa sesantai itu bicara, membuatkan sarapan segala lalu mengajakku keluar lagi. Memangnya Takagi-san tidak merasa aneh?”

Fumiya yakin ia nyaris menangis. Rasanya mau lari saja karena Kyoushiro menatapnya dengan pandangan yang begitu bingung. Oke, ralat. Dia ingin memukul Kyoushiro. Kalau pria itu tidak berkata apapun juga, Fumiya bersumpah dia akan memukul pria itu.

“Anu, Takahashi-kun, memangnya kita tidur bersama?”

“…………Eh?”

Kyoushiro balas menatapnya.

“Tidak?”

Kyoushiro menggeleng.

“Nande?”

“Nande tte…” Kyoushiro tertawa gugup. “Apakah seharusnya kita tidur bersama?”

“Bukan itu maksudku!” Fumiya buru-buru membuang muka. Merasa begitu malu dan bodoh karena sudah berpikir yang tidak-tidak. Tapi kan bukan salahnya. Terbangun di kamar asing dan tidak pakai baju setelah mabuk dengan orang tak dikenal, biasanya mengarah ke situ kan? Lagipula, kalau Kyoushiro punya keberanian untuk melucuti pakaiannya, kenapa dia tidak melakukan apa-apa? Memangnya dirinya sebegitu tidak menariknya sampai Kyoushiro tidak menyentuhnya sama sekali?

Fumiya buru-buru menepis pikiran itu. Apa-apaan sih? Sekarang bukan waktunya!

Lagi-lagi Kyoushiro menggaruk bagian belakang kepalanya. “Gomen. Aku bukannya biasa seperti ini tapi semalam menyenangkan sekali, loh. Aku senang kamu mengajakku minum dan bercerita banyak hal padaku. Padahal kupikir kamu takut padaku, loh. Karena itu semalam aku senang sekali dan kalau bisa jadi berteman denganmu, aku tidak keberatan.”

Teman?

“Tapi Takagi-san kan jauh lebih tua dariku. Memangnya tidak apa-apa?”

Kyoushiro mengangkat bahu. “Aku rasa itu bukan masalah kan? Buktinya semalam Takahashi-kun bisa bicara panjang lebar denganku.”

Fumiya membuang muka dan bergumam, “Aku kan mabuk.”

“Takahashi-kun takut padaku?” Kyoushiro bertanya dengan hati-hati.

Fumiya ingin menggeleng. “…..Un.”

“Jya, kenapa mengajakku keluar semalam?”

Kali ini ia menggeleng, “Tidak tahu. Rasanya ingin menangis tapi aku tidak tahu kenapa aku mengajakmu keluar semalam. Hanya ingin saja. Entahlah. Jangan tanya lagi.”

Kyoushiro tertawa pelan. Dengan lembut, diletakkannya tangannya di atas kepala Fumiya dan menepuk pelan. “Karena itu, aku mengajakmu keluar lagi. Supaya Takahashi-kun tidak takut lagi padaku. Aku ini benar-benar tidak menggigit loh.”

Fumiya terdiam lalu memandang Kyoushiro dengan tak yakin. Kyoushiro tersenyum dan untuk pertama kalinya, Fumiya merasa senyum pria itu manis sekali dan Kyoushiro sama sekali tak terlihat seram atau menakutkan.

“Kedai es krim?”

Kyoushiro mengangguk antusias. “Iya. Tempatnya tidak begitu ramai tapi es krimnya enaaaaaaaaak sekali.”

“Takagi-san yang bayar?”

Kyoushiro terbahak. “Baiklah. Pertama kali aku yang traktir.”

“Takagi-san,”

“Hai?”

Fumiya mendului pria itu dan membungkuk di depannya, “Yoroshiku.”

Kyoushiro tersenyum lebar. “Un. Yoroshiku na.”

-end-

26 comments:

  1. Na-nanda kono futari waaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa XDDDDDD *uyel-uyel dua-duanya lalu ikat jadi satu* Apa-apaan ini canggung + canggung. Gimana mau maju. XD Pantesan statusnye tetep "bukan pacar' ya? XDD

    Kuuuuuh, ini manis banget. Yang satu salah paham dan yang satu lagi tampak polos(?) ga sadar sudah mengundang salah paham.

    MAMA-SAN KEKKON SHIMASHOU KA. 8D

    ReplyDelete
  2. GYAYAYAYAYAYAYAYAYAYAYAYAY!!! Aduh manisnyaaaaa!!! Ini sih belum sempat ngutil es krim dan ngebuntutin mereka juga gue udah sakit gigi duluan, ih, kalian! *ngilu*
    Don't mind, Fuumin, siapa juga pasti berpikir macam-macam dan ke arah sana kalau bangun dalam keadaan begitu, tapi kau ini kalau mabuk langsung jadi ember ya? Nanti kalau dimanfaatkan bagaimana? Tapi jangan kuatir, Kyouchan itu orang baik!! *mengacungkan jempol dengan mantap* tidak ada masalah dengan umur, yang penting itu perasaan. #apa

    Hihihihihi, Fuumin yang salting itu lucu sekali deh XDDDD

    ReplyDelete
  3. @Tacchin: Deshou! Aku berpikir keras (?) kenapa mereka tak maju-maju dan jadinya seperti ini huahahaha tadinya malah pingin kubikin mereka ichaicha berat lalu penuh drama sinetron abis gitu pake acara Fuumin lari berderai air mata gitu deh XDDDD

    KEKKON SHIYOU!

    @Nei: Jangan berani2nya kau mengutil di kedainya Uechan! *buang*

    Itulah, untungnya perginya sama Kyouchan, coba kalo pergi sama KishiTaku gitu XD

    ReplyDelete
  4. aku tidak berniat mengutil di kedai mantan buchou itu, cari mati apa. Maksudnya mengutil es yang nanti dimakan pasangan lucu ini... hoooh... *muka fuwafuwa*
    SADIS. KishiTaku tidak akan seiseng itu! .........mungkin.

    ReplyDelete
  5. Ah dua orang ini damai ya. =w= Untung Kyouchan pria dewasa bertanggung jawab ya XDD
    Na-nanda to....? Ke-kenapa sampai lari berderai air mata!? Dia diapain sama Kyouchan!! *slepet anduk motif mawar merah* Kenapa tidak ditulis!!

    Nobunaga-san, silakan pakai gaun ini!! #salah

    ReplyDelete
  6. @Nei: Itu kan mau ke kedai es krimnya Uechan loh! XD Kencan tidak ofisial yang ofisial pertama kalinya (yang mabu2an gak diitung XD) alias abis itu mereka jadi pengunjung tetap kedai es krimnya Uechan lalu jadi ketemu makhluk2 heboh lainnya #seenaknya

    Kau yakin KishiTaku tidak iseng? Dia pamannya Reiya #truskenapa

    @Tacchin: Shiawase ne XD tapi sampai kapanpun dua2nya fail jadi mereka gak maju2 dari status 'bukan pacar' tapi kerap melakukan yang nyerempet2?
    Tetep nggak diapa2in sih dan tetep salah paham tapi reaksinya lebih penuh drama dan Kyouchan bingung kenapa Fumin lari dan akhirnya pun Kyouchan jadi berhenti dateng ke perpustakaan itu lalu ceritanya mandek LMAO

    Nfufufufufu, Oran, pake fundoshi yang merah itu ya

    ReplyDelete
  7. Kalo ga diapa-apain lalu kenapa ga pake bajuuuuu? 8D
    Lalu aku ingin tahu apa yang terjadi malam sebelumnya. XDDDD

    ReplyDelete
  8. biarkan saja Fuumin penasaran selamanya nfufufu XD

    ReplyDelete
  9. Memang yang model-model begini yang minta dijitak karena ga mau mengesahkan padahal sudah nempel banget ya? XDDD "Kami cuma teman ngobrol kok. Ne~?" "Ne~" XDDD
    ..............WAOW. Yang itu tampak bakal panjang dan penuh drama romantika. *apa* XDD *malah penasaran kalo yg itu ntar endingnya gimana*

    Jadi ini memang RanNobu? *disambit mic*

    ReplyDelete
  10. Yang ngeliat hanya akan manggut2 ngerti karena udah capek gregetan? Keliatannya Mao-san yang paling usil ngejailin mereka ini ya XD Entah kenapa XDD

    Sudah kubilang sampai di situ gue gak bisa nerusin lagi LMAO Sumpah itu jadinya malah lebih horor dan bikin merinding saking tacky and corny-nya XDDDD

    Tapi ijinkan aku mengikatmu dengan fundoshi merah itu ya~ Mari bikin album (foto) baruuuuuuuuuu!!

    ReplyDelete
  11. aku malah jadi ingin baca. *gerut-gerut dagu ala Mao-san*

    ReplyDelete
  12. Mao-san mukanya usil sih ya XDD Mungkin balas dendam karena tiap ketemu, Fuumin selalu ngajak ngebandingin tinggi badan. *salah setting*

    Ta-tapi beneran penasaran kalau drama gitu, endingnya gimana biar mereka nyambung lagi XDDDDDD

    Nobunaga-san no ecchi~~ *dorong sambil malu2 mau* #apa

    ReplyDelete
  13. @Nei silakan loh, kalo mau bikin *kikir kuku*

    @Tacchin iya, mukanya kan ganteng usil gitu. Cengirannya itu loh *gemes* Fuumin, janganlah kau jumawa begitu. Begitu2 juga Mao-san punya status lebih jelas dibanding dirimu *dilempar*

    Gue beneran gak tauuu XD Mungkin Kyouchan harus nongkrong di depan apartemen Fuumin (sebentar, dia belum tau Fuumin tinggal di mana kan ya XD) atau di perempatan deket perpustakaan tapi Fuumin menghindar terus sampe akhirnya diculik Kyouchan lalu diboyong lagi ke kedai sake-nya Jinshan. Kali ini minum2 dan mabu2an lagi lalu ditiduri oleh Kyouchan #eaaa gak jadi innocent kalo gitu ceritanya XDDD

    ReplyDelete
  14. aku bilang ingin baca, mamaaaa, bukan nulis!! *krikitin*

    ReplyDelete
  15. Iyaaaa!! Kalo nyengir itu kesannya usil banget. *doyan*
    Ah Fuumin bukannya senang-senang saja ga punya status jelas dengan Kyouchan sampai tiba-tiba Kyouchan disuruh omiai. Baru habis itu dia panik karena pengen marah tapi ga punya hak.

    SEREM BANGET ITU NUNGGU DI DEPAN APARTEMEN XDDD Mana Kyouchan kan tinggi item gitu (by Fuumin, awal ketemu)
    DAN KENAPA ITU TIDAK DITULIS MAMA-SAAAAAAAAN!!! <-lagaknya. Padahal kalo baca yg ++ ujung2nya serem sendiri selama itu berbahasa indonesia. Inggris-Jepang sih ayo saja

    ReplyDelete
  16. berasa pembunuh bayaran gitu ada yang tinggi besar nungguin depan apartemen, item pulak!! *dislepet anduk basah*
    apa bedanya kalau bahasa indonesia, hoi, tacc!

    ReplyDelete
  17. Memang. Sebenernya kan wujud kyouchan lumayan serem ya. XDDDD
    Bahasa indonesia... hazukashii.... kara. XDDD

    ReplyDelete
  18. Sudahlah. Aku bersyukur tidak jadi menulis yang seperti itu *kibas rambut*

    Makanya Kyouchan cukup kaget dan butuh lima menit buat jawab waktu diajak Fuumin minum2, karena dia juga mikirnya Fuumin takut sama dia XD

    Huahahahaha tapi membaca stensilan itu perlu untuk perkembangan kedewasaanmu (?) anak muda *angguk serius*

    ReplyDelete
  19. TAPI KAAAAAN XDDDD

    Padahal selama ini liat-liatan di perpustakaan? XDD Wait, ini kan Fuumin suka ama Kyouchan *seenaknya*, tapi apakah Kyouchannya juga suka Fuumin? *garuk-garuk dagu*

    ....Iya desu. Aku tetap seperti ini saja. *lalu baca fic kampai bahasa jepang* *eh*

    ReplyDelete
  20. TAPI APAAAAAAAAA? XDDDD

    Iya, lirik2an gitu. Fuumin penasaran kenapa ada orang sebesar dan sehitam itu (Kyouchan: MATA SORE?) sementara Kyouchan melirik karena merasa ada yang melirik-lirik XDD Nah, itu! Kyouchan mungkin masih agak lama ya sukanya sama Fuumin. Sekarang ini masih dalam tahap "anak ini lucu dan manis sekali ya" trus waktu Fuumin ngambek gara2 Kyouchan omiai, baru Kyouchan bertanya-tanya dan dokidoki? XDD

    ReplyDelete
  21. TAPI KAN ITU TERDENGAR NYAMNYAAAAAM

    Deshou ne XDD Rasanya kok ini Fuumin -->-->-->-->-->--><--<-- Kyouchan banget bau-baunya XD Ah Kyouchan, ada anak manis dan lucu kenapa reaksimu ala Terayama gitu sih. XDD Udah tidur bareng juga padahal *fitnah*

    ReplyDelete
  22. KAU YAKIIIIINNNNN?

    Bedanya akhirnya Kyouchan melakukan tindakan (?) bukan macam Tera yang... begitu aja XDDD Akhirnya pun nantinya bakal Fuumin yang menggeret Kyouchan untuk menikah ya LMAO

    ReplyDelete
  23. YAKIN!! ....tabun.

    XDD Bedanya Kyouchan pun akhirnya sadar dan menyambut perasaan Fuumin? Kebayangnya kalo Tera, dia sadar soal Reiya tapi bingung harus gimana jadi biasa-biasa aja. Un.
    Hoahahaha, jadi emang pasti Fuumin yang memimpin ya? XD

    ReplyDelete
  24. hora~ *kitikin*

    Fuumin selalu penuh inisiatif sementara Kyouchan menerima dengan senang? XD Meskipun dia ditarik masuk ke keluarga Fuumin dan tetep dipasang sebagai kepala keluarga, tapi sebenernya yg pegang kendali adalah Fuumin? Kenapa semua uke di sini aktif dan inisiatif sekali sih <33 Tera.... janganlah berubah. Tapi hati-hatilah jangan sampai suatu hari Reiya lepas kendali lalu kau dianukan

    ReplyDelete
  25. kyaaan!! *mundur ke balik terayama*

    .............Kenapa banyak seme yang soushoku begini. Kenapa harus ukenya yang memimpin begini XDD Tapi semenya soushoku juga tipenya beda-beda ya. Jadi ga kerasa monoton(?) XDD Fuumin yang pegang kendali, tapi sebenernya dia juga nurut kalau disuruh Kyouchan? Kadang-kadang Kyouchan yang pegang kendali gitu XDD

    ....Tera sih.... Ng.... semua tergantung apa Reiya keburu lepas kendali atau nggak. Yei~

    ReplyDelete
  26. *pancing pake paha Reiya*

    Dunia sudah berubah *minum teh sambil memandang matahari terbenam* Sou, sou. Hidupnya nampak damai dan sejahtera ya (apanya?) XDD

    .....Jadi kesucian Tera akan terjaga tergantung pada tingkat kestabilan mental Reiya? XDDDD

    ReplyDelete