Fandom: D2/Prince of Tennis Musical 2nd Season
Cast: Yamaguchi Kenki, Mitsuya Ryou, cameo Ogoe Yuuki
Rating: PG
Warning: BL, AU, OOC
Disclaimer: I do not own anything
Note: Selamat ulang tahun, Kenki-papaaaaa!! *nemplok dengan senang* semoga bahagia selalu sama Mama dan anakmu yang baru yaaaa *kisses and hugs*
Dulu, Kenki tak pernah menganggap ulang tahun adalah sebuah perayaan yang luar biasa. Bukan berarti dia tak suka. Kenki suka perayaan. Apapun itu. Ulang tahun, kelulusan, hari jadi, tahun baru, Natal, festival musim panas, melihat bulan, semuanya. Kenki akan dengan bersemangat ikut serta. Karena merayakan sesuatu adalah sesuatu yang menyenangkan untuk siapapun, bukan? Entah itu sebagai bayaran atas kerja keras atau sekedar ingin bersenang-senang. Sesederhana apapun, semeriah apapun.
Hanya saja, ia tak pernah merasa perlu untuk repot-repot memaksakan merayakan apapun. Kalau bisa akan menyenangkan, kalau tak bisa pun ia tak akan begitu kecewanya. Kenki tahu ada banyak cara untuk merayakan sesuatu. Sebotol bir pun kadang cukup mewakili sebagai sebuah perayaan.
Namun, tidak begitu halnya dengan Mitsuya. Tunangan tercintanya itu selalu sibuk: memikirkan kado, mencari tempat, apakah perlu mengundang orang, memasang dekorasi, dan entah apa lagi. Kenki sampai terpana ketika menemukan apartemennya penuh gantungan kertas dan balon warna-warni lengkap dengan Mitsuya dan Yuuki yang mengenakan topi pesta sambil tersenyum, menyerukan "Otanjoubi omedetou~!!" pada dirinya saat ulang tahunnya dua tahun yang lalu.
Kejutan yang menyenangkan, tentu saja. Kenki sampai tak tahu harus berkata apa selain tertawa dan menggumamkan terima kasih berkali-kali. Toh, binar mata kedua anak laki-kali itu jauh lebih menyenangkan untuk dilihat dibanding dekorasi kamarnya dan kue ulang tahunnya.
Mitsuya selalu berusaha membuat kejutan-kejutan seperti itu untuknya dan Kenki menghargai usahanya setulus hati. Meskipun dalam hati ia tahu tak ada yang bisa mengalahkan ekspresi terkejut Mitsuya saat Kenki menghadiahinya kalung perak yang sangat diinginkan Mitsuya di hari ulang tahunnya atau dompet Louis Vuitton ungu yang sudah diincar tunangannya sejak lama di ulang tahun Mitsuya yang berikutnya dan mengajaknya makan malam di Roppongi.
"Gaya sekali, sih" komentar Mitsuya saat itu.
Kenki hanya tertawa dan menjulurkan lidah. "Ini sih tak seberapa dibandingkan pesta kejutan Micchi untukku kan?"
--------
"Demam?"
"Un." Suara Yuuki menyahut dari seberang. "38 derajat."
"Setinggi itu?" Kenki menutup pintu lemari es dengan kaki, ponselnya terjepit antara bahu dan telinga kanan. "Sejak kapan?"
"Tadi siang, sepertinya. Dia tidur terus di ruang kesehatan karena tak enak badan. Tadi sore waktu aku jemput, suhu badannya naik."
Kenki meneguk air mineral dari botol yang baru saja diambilnya. "Sudah ke dokter?"
"Sudah, kok. Tadi diantar Kuma. Sudah diberi obat juga tapi Micchi tak mau makan. Bahkan Kuma yang memaksa pun dia tutup mulut." Yuuki terdengar sedih dan jengkel. Kenki bisa membayangkan anak itu pasti cukup kerepotan saat ini.
"Ya sudah. Aku ke situ sekarang." Ujarnya mengakhiri pembicaraan.
Kenki bergegas menyimpan makan malamnya yang belum sempat tersentuh ke dalam kulkas, mengambil beberapa helai baju ganti, menyambar diktat dan laptop lalu melesakkan semuanya ke dalam ransel. Setelah memastikan tak ada yang tertinggal, ia menyambar jaket dan kunci mobil.
"Kemarin melakukan apa sih? Kok bisa sampai demam tinggi begini?" Gumam Kenki sambil mengibaskan termometer dan meletakkannya di atas meja.
Mitsuya tak menjawab, hanya melipirkan mata menghindari pandangan Kenki. Tubuhnya tertutup selimut sampai ke dagu, dahinya tertutup plester penurun panas dan wajahnya bersemu merah.
"Kemarin latihan sampai malam dan hujan-hujanan. Aku sudah bilang kalau hari ini tak usah sekolah saja, tapi Micchi malah ngotot." Yuuki menjelaskan sambil meletakkan nampan berisi semangkuk bubur di dekat Kenki.
Kalau saja kepalanya tidak pusing sekali, Mitsuya pasti sudah akan melotot pada sepupunya itu. Yuuki mencibir dan Mitsuya membuang muka. Kenki menggelengkan kepalanya sambil meniup-niup asap samar yang dari mangkuk bubur yang sekarang sudah ada dalam genggamannya.
"Bisa bangun?" Kenki bertanya pelan.
Mitsuya menggeleng. "Tak mau makan." Gumamnya.
Kenki menatapnya.
"Mulutnya tak enak." Erang Mitsuya.
Kenki masih menatapnya. Mitsuya merengut.
"Sepuluh suap." Ujar Kenki pendek. "Wada-sensei dan Yuuki-chan sudah susah-susah membuatkan bubur ini untuk Micchi."
Mitsuya melirik ke arah Yuuki yang mengangguk-angguk menyetujui ucapan Kenki. Pemuda cantik itu akhirnya menyerah dan mengangkat tubuhnya dengan susah payah dan Yuuki buru-buru membantunya duduk. Kenki menyuapinya perlahan-lahan, memastikan Mitsuya mengunyah dan menelan dengan baik sampai di suapan kesepuluh, sesuai janji, Kenki berhenti. Dibantunya Mitsuya minum juga meminum obatnya lalu membantunya kembali berbaring.
Yuuki membawa pergi bekas makan sepupunya sambil menyinggung Mitsuya tentang kebiasaannya memarahi Yuuki kalau sedang susah makan sampai pemuda cantik itu merengut hebat dan nyaris saja nekat melempar gelas ke arah Yuuki kalau saja sepupunya itu tak keburu menghilang keluar kamar.
"Sakit-sakit kok masih galak begitu sih." Goda Kenki sambil mengusap rambut Mitsuya dengan sayang.
Mitsuya melengos tapi tak urung memiringkan tubuhnya menghadap Kenki yang masih tersenyum. Tangannya terulur dan disambut Kenki dalam genggaman erat. Tangan Kenki terasa sejuk di kulit Mitsuya yang hangat.
"Kenki tidak marah?" Bisiknya lirih.
Kenki memiringkan kepala tanda tak mengerti.
"Aku tak bilang kalau aku sakit." Gumam Mitsuya dengan takut-takut.
Kenki tersenyum. "Sedikit sebal tapi aku tak akan meributkan itu sekarang."
".....Gomen."
"Daijoubu."
Mereka terdiam sesaat dan Kenki mengecup kening tunangannya dengan sayang. Mitsuya mendesah.
"Maaf juga karena aku jadi tak bisa menyiapkan apapun padahal Kenki kan besok ulang tahun."
Kali ini Kenki tertawa, menatap tunangannya yang cantik itu dengan tak percaya. "Masih memikirkan itu juga? Sudahlah. Itu tak penting."
Mitsuya merengut. "Penting dong! Ini kan ulang tahun Kenki."
Kenki menyentil ujung hidung Mitsuya pelan. "Saat ini ulang tahunku sama sekali tak penting. Yang penting sekarang adalah Micchi cepat sembuh. Itu saja."
Mitsuya masih menggembungkan pipi. Kenki mengelus pipinya dengan buku jari. "Selama ini Micchi selalu melakukan banyak hal untukku tapi sungguh deh, ucapan selamat dan kecupan dari Micchi saja sudah cukup kok."
Mitsuya yakin demamnya makin parah karena wajahnya terasa makin panas. Dikecupnya punggung tangan Kenki seraya menatap Kenki dengan matanya yang besar. Kenki tersenyum lembut, membalas pandangan Mitsuya lalu merunduk.
"Nanti tertular." Bisik Mitsuya sambil menutupi bagian bawah wajahnya dengan selimut.
"Kalau begitu, begini saja. Tak akan tertular kan?" Ujar Kenki sambil mendekatkan wajahnya dan mencium Mitsuya dari balik selimut itu.
-------
Mitsuya terbangun, merasa kalau nafasnya terasa begitu berat dan panas. Pandangannya juga sedikit kabur. Matanya mengerjap pelan, memandang samar di tengah cahaya yang temaram. Rupanya Kenki sudah mematikan lampu dan menyalakan lampu baca di meja sebelah tempat tidur.
Mitsuya menoleh, merasakan sesosok kepala terkulai di atas sepasang lengan sebagai tumpuan di dekat bahunya. Kenki tertidur lelap dan Mitsuya ingin membangunkan karena pasti rasanya pegal sekali tidur dengan posisi seperti itu. Tapi ia juga tak tega karena pemuda itu tampak begitu pulas.
Diliriknya jam digital di atas meja. 00:15. Sudah tanggal 17 Juli. Ulang tahun Kenki.
Ia merasa sedikit kecewa karena tak sempat memikirkan acara untuk merayakan ulang tahun Kenki. Tahun lalu ia mengajak Kenki piknik tengah malam di dekat Tokyo Tower bersama Yuuki, Wada-sensei dan beberapa teman dekat Kenki. Sangat kurang kerjaan tapi seru sekali. Tahun ini ia malah belum tahu sama sekali hendak melakukan apa.
Mitsuya mendesah. Pokoknya, setelah ia sembuh nanti harus ada pesta untuk Kenki. Harus.
Sementara itu...
Pemuda cantik itu beringsut pelan, mendekatkan wajahnya ke kepala Kenki dan mengecup rambut Kenki dengan penuh perasaan.
"Terima kasih sudah jadi tunangan paling hebat sedunia." Bisiknya. "Otanjoubi omedetou, Yamaguchi Kenki-san."
Kepala Kenki bergerak pelan. Mitsuya sudah takut Kenki terbangun tapi Kenki tak bergerak lagi. Mitsuya pun tersenyum dan kembali terlelap. Sama sekali tak menyadari sudut bibir Kenki yang terangkat membentuk senyum.
UWAAAAAAAAA GIN GIN DA!!
ReplyDeleteSelamat ulang tahun Kenki-papa!
Micchi sembuh dulu deh baru nanti dirayakan dengan bagus. *usap-usap* Yuuki pintar deh, tumben. dan yakin buburnya enak? yang masak meragukan. XDD
Aku ingi punya pacar seperti Kenki ;___;
Kenki, selamat ulang tahun!
ReplyDeleteSemoga kau bisa jadi Sanada
Micchi~, aku iri~~! *berguling resah*
Aaaawwww manisnyaaaaaa *uyel2 dua2nya* Aku cinta kalian walaupun kalian membuatku iri, papa dan mama *hearts*
ReplyDeleteOtan omeee, Kenki-papa!
They're both so sweet! (>.<)
ReplyDeleteHBD, kenki! He3
@Nei kan nggak dibilang kalo enak juga, lagipula Micchi kan lagi mati rasa mulutnya, jadi kalo gak enak pun dia gak akan tau. *dilempar bor gigi dan dicakar*
ReplyDelete@Riri semoga Kenki jadi Sanada! *tepuk tangan tiga kali
@Icha Mama memang beruntung dapat Papa *sighs wistfully*
@renkuroi indeed, they are <3
Terus aja, saya makin jelly! Kenki, ayo gandakan diri! *jambak2*
ReplyDeleteNanti hadiah ultah Kenki didobel ya Micchi! *senyum inosen*
Duh. . . Baiknya. . . Suami kaya gni beneran eksis ga sih? *ilerin kenki*
ReplyDeleteya itu *nunjuk Kenki* XDDD
ReplyDelete