Friday, July 8, 2011

[fanfic] AU Strike Two

Fandom: TeniMyu/Fujoshi Kanojo
Cast: Daito Shunsuke, Harukawa Kyousuke, Sasaki Yoshihide
Rating: PG
Warning: BL, AU, OOC
Disclaimer: Own nothing
Note: Untuk tanuki sayang yang hari ini abis dilepeh sama singa XDD Ganbatte, bb!! Juga buat Anne yang udah nge-spam yukata dua hari yang lalu. Dan buat Nei yang udah sukses bikin ngakak hari ini. Mama-san senang sekali hari ini *kecup2 semuanya*

ETA: poster made by Nei



Sudah nyaris satu jam Halu berdiri di depan cermin besar itu. Keningnya berkerut hebat sementara wajah dan punggungnya mulai basah oleh keringat meskipun pendingin ruangan dinyalakan dengan kekuatan penuh. Ia tak peduli kakak dan ayahnya akan ngomel-ngomel tentang biaya listrik bulan ini. Musim panas sudah mulai dan hari itu panasnya luar biasa. Dia belum mau kulitnya yang seputih susu jadi kecoklatan seperti sang kakak (meskipun sang kakak justru kelihatan manis karenanya). Untuk kesekian kalinya, Haru menghela nafas dengan frustrasi. Yukata-nya tak juga terpasang dengan rapi dan dari tadi ia tak bisa menyimpul obi-nya dengan baik. Kurang kencang, tak rapi atau bentuknya tak jelas. Berulang kali dilepas dan diikat lagi, malah membuat yukatanya ikut berantakan.

Kenapa sih dia harus setuju memakai yukata ke festival musim panas di kuil dekat rumah? Pergi dengan celana pendek dan kaus tanpa lengan kan lebih praktis dan dia tak perlu repot seperti ini. Pemuda berkulit putih itu menggerundel pelan, menarik-narik obinya sekali lagi.

Karena ayahnya sudah membelikan dua stel yukata masing-masing untuknya dan Hide. Itu sebabnya. Tentu saja dia tak bisa begitu saja menolak untuk mengenakannya. Apalagi yukata kan tidak murah. Ditambah lagi, yang didapatnya ini motifnya bagus sekali: gradasi warna coklat -terang di atas dan makin gelap di bagian bawah- dengan sulaman benang emas berbentuk helain daun ginko di bagian lengan dan bagian bawah yukatanya. Senada dengan motif daun ginko-nya, obinya pun berwarna emas polos. Sungguh, dia lebih senang mengenakan jinbei yang jauh lebih praktis. 

Halu mendesah keras. Akhirnya menyerah dan menarik lepas obi-nya. Mungkin sebaiknya dia minta bantuan Hide saja untuk mengenakan yukatanya. Atau cuek saja pakai baju biasa dan minta maaf pada ayahnya kalau ditanya. 

Matanya berkedip saat membuka pintu kamar kakaknya setelah mengetuk sekali dan mendapat jawaban. Kakaknya itu sedang berdiri di dekat tempat tidur, terbalut yukata berwarna merah darah dengan motif capung berwarna hitam di bagian bawahnya. Kedua lengannya terangkat, menggenggam lengan yukata agar memudahkan Shunsuke yang sedang berlutut di belakangnya memasang obi-nya yang juga berwarna hitam bermotif aliran air. 

Akrab sekali, pikirnya, masih agak tak rela karena Hide sudah menyambut Shunsuke dengan lebih terbuka. Yang lebih membuat sebal lagi, Shunsuke mengenakan jinbei berwarna hijau tua bermotif jalinan tali tipis berwarna putih. Pria itu leluasa bergerak berjongkok, berdiri, merapikan lipatan dan kerut di yukata Hide. Tangannya juga seolah mahir sekali membuat simpul obi. Halu menatap tak rela.

Hide menoleh. "Loh, dari tadi belum selesai?"

Halu mencibir. "Curang sekali, sih. Hide-kun kan sudah pintar pakai yukata. Kenapa masih dibantu?"

Hide hanya menjulurkan lidah. "Habis Shunsuke-san menawarkan membantu. Kata Tou-san kan tak baik menolak kebaikan orang."

Alis Halu berkedut. Shunsuke-san. Sejak kapan?

Shunsuke terkekeh pelan. Ditepuknya kai no kuchi musubi yang baru dibuatnya. "Hai. Dekita." Pria itu berdiri, mengibas debu yang tak kelihatan dari pundak Hide sambil menoleh pada Halu. "Haru-kun mau dibantu juga?"

Hide mengangkat alis pada sang adik yang hanya terdiam namun sejenak kemudian mendekat sambil mengulurkan obinya. Shunsuke hanya nyengir, menyambut obi yang dilulurkan dan meletakkannya di atas tempat tidur Hide. Dilepasnya tali putih penahan yukata dari pinggul Halu. Digenggamnya kedua ujung tepi kain yukata dan ditarik-tariknya sedikit untuk menyamakan panjang. Sisi kanan ditariknya masuk dan diisyaratkannya Halu untuk menahan dengan tangannya sendiri di bagian pinggul.

Halu melipirkan matanya ke atas, merasa tak nyaman karena dibantu. Hide duduk di tepi tempat tidur, menutup wajah dengan uchiha sementara bahunya berguncang pelan karena menahan tawa. Halu mendelik padanya dan sudah membuka mulutnya tapi terhenti karena Shunsuke memintanya menahan sisi yukata yang sebelah kiri agar Shunsuke bisa mengikat tali penahan dengan mudah. Hide sukses terkikik geli tanpa ditahan lagi.

"Hide-kun, berisik! Bantu Tou-san sana!" sentak Halu dengan wajah sedikit memerah.

"Ini kan kamarku. Terserah aku dong mau melakukan apa."

Shunsuke melirik pada pemuda berkulit putih itu dan nyengir. "Haru-kun selalu galak begitu ya kalau jadi kapten?"

Halu mendelik. "Bukan urusan Daito-san kan?"

"Haru-kun." tegur Hide seraya menggelengkan kepalanya tanda tak setuju. Halu merengut lagi lalu menggerundel. "Biasa saja, kok. Aku dipilih jadi kapten bukan karena aku galak."

Shunsuke tertawa pelan. "Untunglah. Aku tak begitu tahu tenis, tapi sepertinya kalian berdua cukup jago ya." ujar Shunsuke sambil mengikat kuat tali penahan dan beringsut mengambil obi.

Halu tak menjawab, hanya mengangkat hidung tinggi-tinggi. Dadanya juga sedikit membusung. "Yah, kami cukup sering menang sih."

Shunsuke mengangguk-angguk. Kedua lengannya terjulur melingkarkan obi di sekeliling pinggul Halu dan tubuh Halu tersentak canggung. Hide beranjak mendengar Yun memanggilnya. Halu sudah ingin menjitak kakaknya yang tampaknya senang sekali meninggalkannya satu ruangan dengan Shunsuke. Hide mungkin saja sudah tak punya masalah dengan pria itu tapi Halu masih belum percaya kalau Shunsuke tak punya motivasi tertentu mendekati ayahnya.

Dia juga agak heran kenapa akhir-akhir ini Shunsuke seperti tak berusaha lagi untuk menyenangkan dirinya dan Hide. Mungkin sudah merasa menang karena sudah berhasil menaklukan Hide atau bagaimana, Halu tak begitu paham. Kalau memang benar begitu, maaf-maaf saja. Dia tak akan semudah itu ditaklukan seperti kakaknya itu. Dia masih yakin dalam waktu tak sampai setengah tahun dari sekarang, Shunsuke pasti akan bosan sendiri atau ayahnya yang akan bosan duluan. Selalu seperti itu kasusnya. Beberapa kali ada yang datang, berusaha bermanis-manis dengannya atau Hide (bahkan tanpa dikenalkan Yun lebih dulu) lalu pergi dengan alasan tak siap menghadapi kedua anak Yun itu. Halu sampai kesal sekali. Memangnya dia dan Hide itu dianggap apa?

Shunsuke berputar ke belakang anak laki-laki itu dan berlutut, mulai menyimpul sisa obi menjadi simpul kerang. "Terlalu kencang?"

Halu menggeleng, menggeser sedikit posisi obi agar lebih nyaman. "Tidak."

"Kalau ada yang mau dikatakan, silakan saja loh. Aku orang yang cukup terbuka pada kritikan kok. Aku ini kan pengacara." seloroh Shunsuke sambil tersenyum. Alisnya yang tebal bergerak-gerak geli.

Halu menoleh sekilas, tak benar-benar bisa melihat ke arah pria yang masih berlutut di belakangnya itu. "Tak ada yang perlu dikatakan kok. Daito-san sudah tahu apa pendapatku."

"Hmm... Memangnya tidak lelah ya, mencurigaiku terus menerus?" cetus Shunsuke yang membuat Halu agak terkejut karena sama sekali tak ditutupi. Shunsuke tertawa pelan. "Melihat ayahmu, dan cara kalian berkomunikasi, aku yakin tak ada gunanya menutup-nutupi apapun." Shunsuke memastikan simpul yang dibuatnya cukup erat dan rapi sebelum berdiri dan merapikan kain yukata Halu. Pengacara tampan itu berjalan memutar dan berdiri di depan Halu yang menolak melihat ke arahnya.

"Kalau kau tak suka padaku, aku tak akan memaksa. Mau bagaimana lagi? Tapi aku tak ingin kau curiga terus menerus padaku karena sungguh, aku tak punya maksud apa-apa berteman dekat dengan ayahmu. Selain karena tertarik dan aku sayang padanya. Itu saja, kok."

Halu mendengus. 

Shunsuke melipat tangan dan tertawa. "Haru-kun tak punya orang yang disayangi? Selain ayahmu dan Hide-kun ya."

Kening Halu berkerut tanda tak suka dengan pertanyaan Shunsuke. Pria itu tertawa pelan. "Niatku hanya ingin punya teman istimewa untuk diajak berbagi. Lebih dari saudara atau sahabat. Aku yakin kalau kamu punya seseorang yang disayang, kamu mengerti apa maksudku. Ayahmu pria yang hebat dan aku bersyukur karena dia melihatku. Itu saja cukup untukku. Tentu saja aku akan senang kalau Hide-kun dan kamu mau menerimaku. Kalau tidak, aku tak bisa memaksa."

Pemuda berkulit putih itu makin mengerutkan keningnya. "Memangnya tidak ada maksud melangkah lebih jauh dari sekarang? Pasti ada kan? Pasti ingin tinggal berdua dengan Tou-san kan? Bebas dari aku dan Hide-kun."

Shunsuke mengedikkan bahu. "Meskipun ingin sekali begitu, aku tak bisa memintanya memilih kan? Aku yakin kalian jauh lebih berharga dibanding aku dan kalau aku meminta Yun memilih, jelas aku akan kalah. Dan sekali lagi kubilang, aku tak bisa begitu dengannya. Aku juga tak berniat begitu."

"Kalau sudah tahu ada aku dan Hide-kun, kenapa tetap mau jalan dengan Tou-san? Tou-san memang tampan, tapi dia kan cuma guru. Pemasukannya bahkan tak seberapa dibanding Anda yang pengacara."

Shunsuke terbahak dan mengibaskan tangannya. "Kankeinai yo."

"Lalu kenapa?"

"Karena aku suka. Sudah kubilang tadi kan?"

Saat itu, Halu ingin sekali memukul pria itu karena terdengar begitu mirip dengan ayahnya, juga karena merasa kalah dan tak bisa membalas lagi karena semua perkataan pria itu bisa dimengerti Halu. Memang, saat ini belum ada orang yang benar-benar istimewa yang disukainya, tapi rasanya Halu bisa menyamakan dengan perasaannya pada ayahnya dan Hide. Karena ia sayang kedua orang itu, rasanya tak butuh alasan lain untuk ada di dekat mereka. 

Karena suka. Karena sayang.

Halu menggigit bibir. Shunsuke tersenyum dan menepuk pundaknya. "Tak usah memaksa. Aku tidak. Yun juga tidak. Aku yakin Hide-kun pun tidak. Nanti sakit perut loh." Shunsuke mengerling.

Wajah Halu bersemu merah. Ia menundukkan kepalanya, menggenggam tepi yukatanya dengan erat. "Aku mungkin tak akan pernah benar-benar rela mengijinkanmu ada di dekat Tou-san loh. Ibuku pergi begitu saja. Aku tak mau mengalami hal yang sama lagi."

Shunsuke mengangguk dan mengulurkan tangan untuk mengusap kepala pemuda itu dengan sayang. "Sekali lagi, aku sama sekali tak memaksa. Sungguh. Kalau aku berbuat aneh di kemudian hari, Halu-kun boleh memukulku sekeras mungkin."

Halu mengangguk. Meskipun dalam hati, ia mengernyit karena sama sekali tak menyukai rasa hangat yang menyelinap ke dalam hatinya dari sentuhan tangan Shunsuke di kepalanya.

Hide menyembulkan kepalanya. "Belum selesai?"

Kedua orang itu menoleh. Hide melangkah masuk. Satu sisi rambutnya sudah terjalin rapi dan ditahan tali rambut berwarna maroon. Halu yakin pasti dia harus sibuk mengusir pergi orang-orang yang menggoda kakaknya begitu mereka berjalan di festival nanti. Shunsuke tersenyum lebar.

"Hide-kun, manis sekali~" pujinya.

Hide mengibaskan tangan. "Ini kerjaan Tou-san. Shunsuke-san dicari Tou-san, loh."

"Un." Pria itu mengangguk, menepuk pundak Halu sekali lagi sebelum berlalu pergi.

Hide melirik ke arah adiknya yang masih berdiri mematung di tempat. "Ada apa?" Kepalanya dimiringkan dan mata rubahnya mengerjap pelan.

Halu mendesah lalu menyentil ujung hidung Hide. "Nandemonai."

Hide menatap sang adik dan seolah paha, tersenyum sambil menusuk pipi Halu yang menggembung tanpa sadar sambil nyengir.

Halu menepisnya dengan sebal.

26 comments:

  1. KYAUUUUUUUUUUUUUUUUUUNG MANISNYAAAAAAAAAAA Ih manis, manis sekali sih kakak adik ini!!! gayamu, Halu, biar hitam begitu kakakmu jauh lebih cakep, tahu, puh puh *diseruduk sapi*


    .....'Tou-san memang tampan, tapi dia kan cuma guru.

    Hey, biar guru juga kalau ganteng apa boleh buat nak.

    ReplyDelete
  2. Nanti kau digantung kebalik lagi loh, Halu XD

    ReplyDelete
  3. *melolong lolong tak tentu arah* MOEEEEEEEEEEEEEEEEEEE HUAUUUUUNGGGGGG

    AKU SUKA MUSIM PANAS JEPANG GYAGYAGYAGYAAAAAAAA TRUS GW KEBAYANGNYA HIDE PAKE YUKATA CEWE *diseplak papa rubah*

    Makasih pandaaaa~ *lirik atas* ...apakah kau senang karena aku dilepeh singaaa? *terluka*

    ReplyDelete
  4. XDDDDD

    AKU JUGA SUKA MUSIM PANAS DI JEPANG!!!

    Tadinya pengen gitu sih, tapi gue masih ingin hidup *lirik papa rubah* XDDD

    Abis istilah lo nggak banget XDD *kecup*

    ReplyDelete
  5. SEMANGKA YUKATA DAN BUNGA MATAHARI! TEMPAT OBAT NYAMUK BENTUK CELENG! LONCENG ANGIN!

    Abis rambutnya pake diiket segala! Papa rubah pake baju apa itu jadinya? *membayangkan Shunsuke dan jadi gemes pengen gigit*

    Karena memang begitulah adanyaaaaaaa bhuuuu!

    ReplyDelete
  6. KEMBANG API!! BON ODORI!!

    Papa rubah pake jinbei juga, biar sama kaya Shunsuke. Cieeeh~

    Hihihi, yoku ganbatta~ *usep2*

    ReplyDelete
  7. ES LOLI! BIKINI! #eh

    Kalo papa rubah yang pake jatohnya ga imut XD *dikeplak*

    *menarik napas sembari menegakkan kuping*

    ReplyDelete
  8. KAKIGORI! WATAAME!

    Tapi tetep ganteng dan kakinya panjaaaaaaaaaaaaaang jadi pasti.... keren #maksa XDD

    *peluk2*

    ReplyDelete
  9. tapi istilahnya kk Icha itu bagus deh. LMAO. Singa.



    meskipun tidak nyambung sama sekali dengan fanficnya XDDD

    ReplyDelete
  10. Wataame itu apa? XD;

    Bajunya lucu, mukanya datar dan seraaammm lmao soalnya anaknya ditoel2 kanan kiri.

    Huaung! *berguling*

    ReplyDelete
  11. Manis dan lucu,,, Bikin hangat ceritanya... he3

    ReplyDelete
  12. kenapa kalo musim panas kayak gini disini gak ada festival yaaa...
    *kipas2 pake harisen raksasa*

    ReplyDelete
  13. ini ya, papa Yun?



    kalau Shunsuke, mari nunggu Ouran edisi musim panas. (GYAY)

    ReplyDelete
  14. si bungsu masih belom mau ibu tiri!!! XDXD
    Hide pasti chantik banget, kebayang Halu yang musti melotot jaya sepanjang jalan ngusir orang-orang yang terpesona sama kakaknya, dan Yun yang cuma hahahehe ngeliatin tingkah 2 anaknya dari jauh

    ReplyDelete
  15. Yun sih pasti pasang mata juga XDD apalagi pacarnya juga lucu XDDD

    ReplyDelete
  16. Keluarga bahagia!! Halu, hati2 kualat kalo galak2 ma Shunsuke. xD Eh blom bilang hepi bday buat Yun!! Saya tak meyangka cuma beda sehari ma dia! *glundungan*

    ReplyDelete
  17. Happy belated birthday to you, too!

    *meskipun papa rubah gak nongol di fic ini juga sih* *digantung terbalik*

    ReplyDelete
  18. Oh, telat. Tapi~~~.... Hideeeeeeee!!! Pasti manis ya! Shunsuke juga XD

    Tenang saja, kini Halu tak cuma 'yasashii oniichan', tapi bisa diandalkan sebagai bodyguard untuk Hide *sapi petinju angkat hidung jumawa*

    ReplyDelete
  19. Oh, kappa!! Kau muncul lagi! *buang ke empang terdekat*

    Trus gue beneran ngebayangin sapi pake sarung tinju dong. ORZ *tidur lagi*

    ReplyDelete
  20. Arigatou-nyaaaannn!!!

    Sia muntjul kok. Di ruangan lain. xDDD

    ReplyDelete
  21. Well, cuma disebut. Tapi daripada gak disebut sama sekali, gue gak mau digantung sama papa rubah :p

    ReplyDelete
  22. MAsih tak percaya kalau dia CUMA lebih tua SEHARI ma diriku. Sudah beranak DUA!! #eh

    ReplyDelete
  23. karena papa rubah hobi menebar benih. Kau tidak XDDD

    ReplyDelete
  24. Mana ada saya yang menebar benih? Yang ada saya yang ditebari benih, mama-san. xDDD

    ReplyDelete