Sunday, February 5, 2012

[fanfic] Just His Luck

Cast: sexy-san, otome-nyan
Rating: PG
Warning: BL, AU, OOC
Disclaimer: I own nothing
Note: I hate my blekberi keypad -_-


Suara pisau beradu dengan talenan dengan ritme yang teratur mengisi dapur mungil itu. Sesekali terhenti untuk kemudian berlanjut lagi. Asap tipis mengepul dari sela tutup panci di atas kompor. Wangi samar daging, sayuran segar, harum bawang bombai dan beberapa bumbu lain memenuhi udara. Daisuke mengendus pelan, memejamkan mata sementara sudut-sudut bibirnya terangkat membentuk senyum. Lengannya yang panjang mendekap lutut di depan dada, seolah tak begitu peduli kalau kakinya tak tertutup apapun. Matanya kemudian terbuka, kembali terarah pada sosok yang tengah sibuk memindahkan sayuran yang sudah dipotong-potong untuk direbus di dalam panci.

"Madaaaa?" Tanyanya sambil memiringkan tubuhnya sedikit ke kiri.

"Sabar sedikit. Lagipula, aku yang lebih lapar, kan?" Jinnai melempar beberapa jumput garam dan merica ke dalam panci lalu melempar sejumput melewati bahu.

Melihat itu, Daisuke mengerjap. "Kenapa melakukan itu?"

"Apa?" Jinnai bertanya tanpa menoleh.

"Itu, melempar garam ke belakang."

"Oh." Jinnai melirik sekilas lalu tersenyum miring. "Untuk mengusir nasib buruk yang selalu ada di belakangku."

Sesaat, Daisuke mengerjap, berusaha mencerna ucapan Jinnai lalu menggembungkan pipi dengan sebal saat mengerti apa maksudnya. "Mou! Jadi maksudmu aku ini nasib buruk, begitu?"

Jinnai terbahak, berhenti untuk mencicipi masakannya lalu nyengir lebar, "Maa ne."

"Jinshan!"

Suara tawa Jinnai kembali terdengar sementara si pemilik suara kembali sibuk berkutat dengan masakan lain: meletakkan penggorengan penuh berisi minyak dan menyalakan kompor. Sepasang lengan yang mendadak melingkari pinggang mengejutkannya.

"Kalau begitu, aku akan jadi nasib buruk yang tak mudah diusir dengan taburan garam dan akan mengikuti Jinshan ke manapun seumur hidup."

Jinnai menepuk lengan itu, "Komatta na." Ia kemudian berputar, menghadapi Daisuke yang masih mendekapnya dan menunduk untuk mengecup kening pemuda itu. "Keberuntunganku sepertinya memang sudah habis sejak menolongmu tempo hari. Jadi, Nasib Buruk-kun, sebaiknya kau membantuku meracik salad atau kau tak akan kubagi sup bola daging dan kroketnya." Ujarnya sambil menepuk punggung Daisuke.

"Huh." Daisuke melengos. "Berbahagialah karena nasib buruk yang satu ini suka masakanmu." Cibirnya sembari melipir ke lemari es dan mengambil bahan-bahan untuk salad.

Sambil menggoreng kroket, Jinnai melirik pada Daisuke yang sudah sibuk di sebelahnya. Ia menggigit bibir agar tak mengomentari jersey Daisuke yang panjangnya hanya mencapai setengah pahanya. Pemuda itu bahkan tak ambil pusing untuk mengenakan celemek dan meracik salad dengan tekun. Mau tak mau Jinnai nyengir melihat pemuda itu membuat salad seperti yang biasa disajikan di kedai. Daisuke memperhatikannya saat datang ke kedai di tengah jam sibuk. Siapa sangka Daisuke ingat bagaimana membuatnya.

Daisuke mencicipi campuran saus yang dibuatnya. Cengirannya melebar dan lalu mengulurkan jari telunjuk yang berbalut saus di ujungnya pada Jinnai. Dengan patuh, Jinnai membuka mulut. Bahu Daisuke berkedik senang saat Jinnai mengangguk, menyetujui rasa sausnya lalu beralih membawa mangkuk berisi salad ke meja makan.

"Perlu mangkuk?"

"Kecuali kau mau makan langsung dari panci,"

Daisuke terkikik, melewati Jinnai untuk menjangkau lemari gantung di atas kompor. Sejenak kemudian, ia sudah sibuk menata meja sementara Jinnai memberikan sentuhan-sentuhan akhir pada masakannya. Tak lama, pemuda itu menatap antusias pada sup bola daging, kroket, salad dan nasi hangat yang tersaji di hadapannya.

"Uwa, uwa, uwaaaaa~ Jinshan memang hebaat!" Daisuke bertepuk tangan ceria dan Jinnai harus meletakkan jari di depan bibir agar pemuda itu memelankan suara karena khawatir akan membangunkan ayahnya yang sudah tidur. Daisuke ikut meletakkan jari di depan bibirnya sendiri dan mengangguk minta maaf. "Paman tidurnya cepat ya?" Komentarnya sambil menjangkau sumpit.

Jinnai duduk di sebelahnya, di sisi lain meja. "Biasanya sampai larut juga kok tapi sepertinya sedang agak tak enak badan."

Mereka mengangkat sumpit ke depan dada dan bersama-sama mengucapkan "itadakimasu". Daisuke menjumput saladnya, "Kalau begitu, besok akan seharian di kedai ya?"

Jinnai mengangguk. "Mungkin. Kenapa?"

Daisuke menggelengkan kepala. "Nandemonai," dan mengunyah pelan. "Umai~" komentarnya pada sebuah gigitan kroket.

Jinnai memiringkan kepala lalu terbelalak, "Aah! Aku sudah janji mengantarmu ke toko buku ya? Gomen."

Daisuke buru-buru mengibaskan tangan dan menelan sebelum berbicara. "Daijoubu. Aku masih bisa ke sana kapan saja. Tidak butuh buru-buru, kok."

"Hontou?" Jinnai memandang tak percaya namun anggukan kepala Daisuke berusaha meyakinkannya. Jinnai pun mengangguk-angguk meski masih tak melepaskan pandang dari Daisuke yang kini tengah mencicipi sup bola daging buatannya. Mata pemuda itu melebar dan memandang Jinnai dengan kagum.

"Ini enak sekali! Jinshan, maji de~ Umai! Chou umai!" Ucapnya dengan semangat lalu menyeruput kuah sup, "Aaa, rasanya seperti di surga~"

Jinnai terbatuk karena nyaris tersedak mendengar pujian Daisuke. "Sou?" Dia tertawa, beralih sejenak untuk mengambil teh.

"Un! Aaah, aku sungguh beruntung karena bisa merasakan masakan seperti ini terus." Ujarnya seraya mengulum sumpit.

"Terus?"

"Un."

Jinnai menggigit bagian dalam mulutnya, menahan cengiran. "Sou? Aku benar-benar tak bisa mengusir nasib burukku sepertnya ya."

Daisuke tersenyum lebar. "Muri desu."

-end-

17 comments:

  1. ROFLMAO. Jinshan!! *Nei berguling jatoh*
    ah, mana bisa sih kau mengusir nasib buruk berwujud otome semanis itu, Jinshan? Kalau tak mau, berikan padaku!! #eh

    ini sambungan dari Simple kemarin ya? :3 iiishhh, manis banget sih dua orang ini!!

    ReplyDelete
  2. Aaaaaah, otome-chan, aku juga ingin nyicip masakan Jinshan! Kayaknya enak banget. 8D

    Dan itu kalo tau2 bapaknya Jinshan datang ngeliat pakaiannya Dainyan cuma gitu, gimana reaksinya ya? XD

    ReplyDelete
  3. Paha Dainyan! Paha Dainyaaaaann!!! Pasti putih dan mulus! #plak
    Bukannya denial nya uda lewat, Jinshan? XDD
    Bagi makananyaaaa! #eh Keren sekali kau, preman tp bs masak! XDD

    ReplyDelete
  4. sexy-san, tahukah bahwa pria memasak itu jadi berkali-kali lipat lebih seksi? Pantesan aja otome-nyan nempel terus. XD

    ReplyDelete
  5. Sebenernya kebiasaan aja kalo masak dia begitu, tapi pengen ngerjain Dai-nyan aja LOL

    Aku juga mau Otome-nyaaaaaaaaaaaaaa

    Iyap, sambungan yang kemaren :3

    ReplyDelete
  6. gara2 liat Meshitomo nih, tingkat keseksian Jinshan naik drastis gara2 masak berdua Kenki trus pake acara usap2 bibir Kenki itu. GUE MATI.

    Bapaknya kan... udah tidur? Eh, tapi pede bener ya Dai-nyan, secara dia gak tau bapaknya Jinshan udah bobo apa belum XD

    ReplyDelete
  7. Putih dan mulus, iya. tapi kurus XDDD

    Ini sudah tidak denial lagi, Jinshan-nya XD

    ReplyDelete
  8. Tentus saja dia tau *sebenernya Otome-nyan gak bisa masak* *dislepet pita merah panjang*

    ReplyDelete
  9. ngomong-ngomong itu dainyan pernah bilang "aku juga bisa masak lho kalo cuma kare!! Tapi pernah sekali kebanyakan ngasih air dan jadi sup kare!" XDD

    kan siapa tau ga enak badan trus tidurnya ga nyenyak dan pingin minum gitu si bapak. Jalan ke dapur tau2 ada paha otome. Bisa pingsan berdiri ntar XDDD

    ReplyDelete
  10. Kalo cuma kare semua orang juga bisa, Dai-nyaaaaaaaaaan *tiban*

    Ah, benar juga. Tapi mungkin justru karena itu bapaknya langsung menuntut Jinshan untuk menikahi Daisuke? Sudah terlanjut menodai Otome, begitu

    ReplyDelete
  11. Ceritanya dia ga mau kalah ama Jinshan yang 'ikemen pandai masak' XDD *mamam otome*

    ......Apakah semua ini sudah direncanakan Dainyan? *eh*

    ReplyDelete
  12. Matamu sungguh keren bisa melihat potensi (?) Jinshan, Dai-nyan! *handguts*

    ...trus gue jadi serem kok lama2 Dai-nyan mulai terasa kaya Reiya ^^;;

    ReplyDelete
  13. bapaknya orang kolot gitu ya, 'Sho! Apa yang kau lakukan pada anak ini? Dasar tidak bertanggung jawab! Segera nikahi dia!'

    ReplyDelete
  14. Si Rachael Ray (?) tu kalo masak juga gitu kan ya, 'for luck' kalo ga salah dia bilangnya XD

    A...aku tak yakin aku bisa masak kare. 0:3 *menempel ke otome-nyan*

    ReplyDelete
  15. kau kan masak aer aja gagal, tanuki *dibuang*

    Iya, tapi kebiasaan itu emang house wives' tale sih, lempar garam ke belakang bahu supaya gak ada setan yg mengganggu

    ReplyDelete
  16. Aku tidak gagal kok kalo cuma masak aer... sepertinya. Er. *ninja*

    Hooo... gw ga tau sejarahnya. XD

    ReplyDelete