Cast: Jinnai Sho, Mitsuya Ryou, Ueda Yuusuke
Rating: G
Warning: AU, OOC, implied BL
Disclaimer: I do not own anything
Note: percakapan random karena saya tak ada kerjaan di hari hujan ini.
Hari masih pagi ketika Yuusuke tiba di depan sebuah kedai sake. Jalanan di depannya pun masih sepi. Hanya tampak satu-dua orang yang sedang bebersih di depan toko milik mereka. Kedai yang menjual bento sudah ramai sejak pagi buta tapi Yuusuke tak berniat mampir ke situ. Dicobanya untuk membuka pintu kedai sake yang masih tertutup - norennya pun belum dipasang karena belum waktunya buka - sambil berujar, "Gomen kudasai."
Bagian dalam kedai itu pun masih lengang dan lampu di bagian tempat makan belum dinyalakan. Kursi-kursi masih terletak terbalik di atas meja-meja. Ada dua buah panci besar bertengger di atas kompor yang menyala. Asap tipis menguarkan wangi yang diterjemahkan otak Yuusuke sebagai sup dan rebusan sayuran. Beberapa bahan makanan lain teronggok di sebuah meja.
Yuusuke mencoba lagi, "Gomen kudasai," dan tersenyum saat mendengar ada jawaban. Kepala Jinnai menyembul dari balik pintu di bagian belakang dapur. "Ah, Ue-chan! Sudah datang ya."
Yuusuke mengangkat tangannya, "Yo."
"Taruh saja bawaanmu di atas. Aku buang sampah dulu."
Yuusuke menurut dan menapaki tangga mungil yang terletak di sebelah kiri dapur. Jaket dan tasnya diletakkan di dekat meja di ruang duduk mungil di lantai dua. Sekilas ia mengintip ke arah sebuah pintu yang setengah terbuka. Seorang pria setengah baya sedang tertidur pulas dan Yuusuke tak berniat mengganggu maka ia pun turun lagi.
Sambil menggulung lengan bajunya, Yuusuke mencari celemek dan mulai memilah-milah sayuran di atas meja. Jinnai kembali tak lama kemudian, mencuci tangan dan bergabung untuk memberi petunjuk pada Yuusuke apa yang harus dilakukan.
Jinnai sedang menghitung persediaan sake dan minuman lainnya ketika didengarnya Yuusuke bertanya, "Pacarmu yang manis itu ke mana?"
Jinnai tertawa. "Hari ini dia sibuk di kampus katanya. Ada perayaan atau apa begitu. Nanti sih katanya mau datang dengan teman-temannya."
Yuusuke mengangguk-angguk sementara tangannya terus bekerja memotong-motong sayuran. "Kupikir dia akan datang dan membantumu. Biasanya begitu kan?"
"Yah, hidupnya kan tidak berputar di sekitarku saja." Jinnai mengedikkan bahu.
"Tapi tampaknya seperti itu loh." Potong Yuusuke sambil tersenyum lebar. "Kelihatannya merepotkan tapi kau senang kan?"
"Dou deshou ka," sahut Jinnai namun ia tak bisa menahan cengiran yang muncul. Yuusuke tertawa.
"Ii jyan?"
"Maa ne."
Kedua laki-laki itu tertawa lagi. Saat itu pintu kedai terbuka dan terdengar suara berat yang familiar di telinga Jinnai, "Ojamashima- eh, Ue-chan? Ue-chan da! Hisashiburiiiii!"
"Mitsuya-kun!" Yuusuke pun buru-buru berdiri namun Mitsuya sudah menghampirinya dengan langkah cepat dan menepuk2 pundak pria yang lebih tinggi darinya itu.
"Eh? Eh? Sudah lama sekali ya. Sedang apa di sini? Memangnya tidak buka toko? Wah, kau tambah tampan ya? Sho-chan, Ue-chan loh!"
"Hisashiburi, Mitsuya-kun. Yappari masih tetap semangat seperti dulu ya." Yuusuke menyalaminya sambil tertawa. "Aku diminta Sho-chan bantu-bantu. Kebetulan aku tak ada pekerjaan karena toko sedang direnovasi."
Tanpa basa-basi lagi, Mitsuya melepas mantelnya dan menarik sebuah kursi agar ia bisa duduk di dekat Yuusuke. "Eh? Paman sakit? Atau sedang pergi?"
Jinnai menghampiri mereka dan meletakkan dua cangkir teh hangat di hadapan kedua temannya itu. "Sakit pinggangnya kumat. Aku tak bisa buka toko sendirian di hari sabtu seperti ini."
"Ah, sou? Boleh kujenguk? Sebentar ya, Ue-chan!" Dan Mitsuya pun langsung melesat ke lantai dua, meninggalkan Jinnai yang geleng-geleng kepala dan Yuusuke yang menahan tawa.
"Dia sudah berubah ya?" Komentar Yuusuke sambil menyesap tehnya.
"Apanya?" Jinnai menggaruk bagian belakang kepalanya. "Sama saja, kok. Masih saja cengeng dan gampang naik darah."
"Tapi aku senang loh, kalian sudah berhenti berkelahi."
"Berkelahi itu kan bukan mau kami, loh. Orang-orang saja yang terus-terusan mencari. Lagipula, tak bisa seperti itu seumur hidup kan? Lagipula, itu kan sudah lama sekali, Ue-chan. Tak usah diungkit lagi." Tukas Jinnai seraya mengibaskan tangan.
Yuusuke mengangguk-angguk. "Tak menyangka saja dia akan menikah lebih dulu dan... berapa anaknya sekarang?"
"Hmm... Empat?"
"Sugoi~" Yuusuke tertawa.
Jinnai pun terkekeh. "Begitulah. Lagaknya saja marah-marah tapi sebenarnya suka sekali kok."
"Kau juga lega karena tak harus menjaganya terus kan?" Yuusuke mengangkat alis.
"Haaah?" Jinnai menuding temannya dengan sebilah pisau. "Dengar ya, saling menjaga itu insting untuk bertahan hidup, tahu. Sama sekali tak ada unsur romantisnya."
Yuusuke menepis tangan Jinnai dengan tenang. "Aku juga tak bilang begitu, kok. Maksudku, hidupmu jadi lebih tenang kan?"
Jinnai memiringkan kepala, "Yah, dibilang lebih tenang sih..."
"Ah, tidak juga ya." Yuusuke tertawa lagi.
"Sou."
Mitsuya kembali bergabung dengan dua teman lamanya itu tak lama kemudian. "Paman sempat bangun sebentar tadi, tapi sudah tidur lagi." Ujarnya sambil menduduki kursinya lagi dan menjangkau seikat sawi putih.
Jinnai mengangguk lalu mengangkat alis. "Sedang apa?"
Mitsuya balas mengangkat alis. "Aku sedang tak ada kerjaan jadi ikut bantu tak apa kan? Toh, sudah lama tidak bertemu Ue-chan. Ne?" Ujarnya sambil mengangguk pada Yuusuke.
Jinnai memukul bagian belakang kepala Mitsuya dengan kesal dan membuat Mitsuya mengaduh keras dan balas memukul lengan Jinnai. "Apa sih tujuanmu kemari? Kau kan tahu kedai tak akan buka sampai jam 7 malam."
Mitsuya mengerjap. "Ah! Sou!" Dia menepuk tangan seolah baru ingat akan tujuannya mendatangi kedai itu pagi-pagi. "Tak ada apa-apa sih. Hehehe."
"Hah?" Tangan Jinnai sudah terangkat hendak memukul Mitsuya lagi namun temannya yang cantik itu merengut.
"Habis, Kenki sedang dinas ke luar kota. Anak-anak juga sedang study tour ke Osaka. Mereka tak akan pulang sampai lusa. Aku tak ada kerjaan nih." Keluhnya.
Jinnai menghela nafas. Yuusuke tersenyum lebar. "Tak apa kan, Sho-chan. Semakin banyak yang membantu kan enak. Kau jadi punya waktu memperhatikan paman juga."
"Ya sudah." Jinnai melengos ke arah dapur. "Sini. Bantu aku memotong daging ayam untuk yakitori." Ujarnya. "Setelah itu angkat krat bir dari belakang ya."
"Eeeeeh?"
"Katanya mau bantu. Aku bosnya di sini. Kalau tak mau kerja, kau tak akan kubagi sarapan. Atau lebih baik lagi, pulang saja sana." Tukas Jinnai dengan tegas seraya mengacungkan sumpit masak dengan jumawa.
Mitsuya menggembungkan kedua pipinya. Ia makin merengut karena ditertawakan Yuusuke yang geli melihat tingkah dua orang itu. Meskipun begitu, lelaki cantik itu menurut juga dan menghampiri Jinnai untuk mengambil baskom berisi potongan daging ayam dan mulai bekerja dengan tekun.
Sesuai perkataannya, Jinnai membuatkan sarapan yang lezat untuk mereka meskipun sederhana: sup miso, tempura dan asinan sayur menemani nasi hangat yang mengepul wangi. Yuusuke menyumbang tenaga membuatkan yakitamago yang luar biasa enak. Sementara kedua temannya makan, Jinnai menghilang sebentar ke lantai dua mengantarkan bagian ayahnya.
"Banyak sekali ya," komentar Mitsuya setelah mereka selesai makan dan kembali bekerja, memandang tumpukan sayur, daging, ikan dan bahan-bahan lain yang siap diolah setengah jadi.
Yuusuke mengangsurkan ujung sendok kayu yang digunakannya mengaduk campuran bumbu yakitori pada Jinnai. Menggunakan kelingkingnya, Jinnai mencolek sedikit bumbu dari sendok kayu itu, mengecap sejenak, "Mirin-nya ditambah sedikit lagi," pintanya. "Yah, beginilah kalau akhir minggu. Makanya aku minta Ue-chan membantu."
Mitsuya meletakkan satu krat bir di lantai dan mulai mengatur isinya ke dalam lemari pendingin. "Anak itu tidak akan cemburu?"
Jinnai mengangkat alis. "Maksudmu Daisuke?"
Mitsuya mengangguk.
"Kenapa harus? Kedai ini kan milik keluargaku. Dia saja yang seenaknya memutuskan dia punya hak untuk ikut repot." Jinnai berkilah.
"Sho-chan," tegur Yuusuke halus.
"Iya, bercanda." Sela Jinnai. "Aku malah senang kalau dia tak sering-sering muncul dan lebih konsentrasi belajar. Aku tak ingin dilabrak ibunya kalau sampai nilainya hancur karena terlalu sering main di sini. Yah, meskipun dia juga belajar di sini sih."
Mitsuya mendekat dan menusuk pipi temannya itu, "Sho-chan, kawaii."
"Uruse." Jinnai menepis tangan Mitsuya dan berpura-pura sibuk memeriksa kaldu untuk kuah oden.
"Ne," Yuusuke berujar, tanpa menoleh karena menjaga agar bumbu yakitori yang sedang dibuatnya tidak terlalu mendidih, "apa kau akan mengambilnya masuk ke keluargamu? Paman pasti akan senang sekali punya anak semanis itu."
Jinnai tertawa dan mengedikkan bahu. "Saa ne. Mungkin? Aku masih belum tahu."
"Sudah ditanya?"
"Tentu saja belum."
"Nandee?"
"Micchi, uruse."
"Nandeeee?"
Jinnai menghela nafas. "Belum saja. Kalau dia punya cita-cita yang lebih hebat daripada sekedar menemaniku mengurus kedai sake ini, aku kan tak bisa melarang."
Yuusuke mengangguk-angguk. "Kita punya kewajiban keluarga ya. Bukannya terpaksa sih."
"Sou. Kau mengerti maksudku kan, Ue-chan?"
Yuusuke mengangguk lagi. Mitsuya ikut mengangguk. "Anak itu tak pernah pergi dari sampingmu sih, ya. Bagus juga kalau sesekali dia melakukan hal lain. Demo, iinjyanai? Begini saja kau bahagia kan? Memang tak perlu buru-buru ya. Namanya juga Sho-chan."
Kali ini Jinnai tersenyum lebar. "Sou desu ne."
-end-
Nani kore shiawase. 8DDDDDD
ReplyDeleteObrolan simple tapi fuwafuwa sekali ya? dan noroke pasangan masing-masing secara terselubung sekali itu jinshan dan micchi. Uechan kau tak punya yang bisa dipamerkan? *dibuang*
Sudahlah Jinshan, nikahi saja Dainyan! Toh dia juga pasti malah senang bisa makan enak tiap hari XDD
Jinshaaaaaaannnn kenapa keren sekali Jinshaaaaaan!! Bisa masak, ganteng, seksi, bertanggung jawab, udah Daisuke! Minta dia menikahimu!!!
ReplyDeleteKenki ke luar kota, rumah sepi ya? Ajak saja nyonya Aoki belanja, suaminya kan juga pergi. *seenaknya*
Ue-chan terlalu banyak penggemar, sekelompok anak SMU (yg satu hyper, satunya kurus berambut highlight biru, satu tinggi besar, satu bermuka anak2, satu lagi chibi ganteng, dan pemuda bersenyum segar) XDDD
@Tacc: sou ka? Fuwa fuwa ka? Arigatou~ Oran wa saikou (?)
ReplyDeleteMasa sih terselebung? Jelas2 gitu loh XDD Aku... Bingung Ue-chan mau membanggakan siapa XD
@Nei:
Kenki sama Tsune satu kantor? Eh? Atau sebenernya pura2 dinas luar kota tapi sebenernya kabur bareng karena diajak Kuma mancing? Eh?
Eh, itu maksudnya siapa? Kinari, Okazaki, Mao, Fuumin dan Kyou-chan? Eh?
sepertinya itu emang maksudnya pasukan groupies tachibana-san fudoumine XDDD
ReplyDeleteKenapa jadi Oran XDDD
Terselubung krn ga langsung bilang "suamiku keren lho!" gitu misalnya, tapi secara natural pameeeeer. *jitakin semuanya krn iri*
Diajak manciiiiiing XDDDD bapak-bapak itu pun perlu waktu sendiri supaya tidak stress sama kerjaan ya? *disambit umpan*
ReplyDeleteiya, anak fudomine. (walaupun kyouchan lebih mirip salariman)
Yappariiii! XDDD Kalo gitu sebenernya Ue-chan diem aja karena dalem hati, "gue punya lebih dari satu! HAH!" (Apakah kau salah satu shogun Tokugawa, Uechan? XDD)
ReplyDeleteAh! Yang lgsg pamer begitu pasti cuma Dai-nyan dan Tsune XDDD
@Nei: Karena yang dua kadang2 pingin istirahat gak ngurusin anak2 *dijitak Micchi dan Tomoru* XDDD
ReplyDeleteSalariman! XDDDDD
dasar bapak-bapak pemalesan! *sambit popok*
ReplyDeleteTsuneeeee, kau mau pamer apa? 'Istri gue masih muda!' gitu?
"Istriku masih muda dan sangat lucu! Anak-anakku juga lucu loh! Mau lihat fotonya?" *keluarin dompet dan handphone*
ReplyDeleteterus semuanya bingung, 'Anakmu tiga?' XDDDDD *dikeplak Tsune*
ReplyDeleteHoahoahoahoahoahoahoahoahoahoa
ReplyDeleteAku jadi lapar..... *duduk menunggu di depan kedai* ...makan odennya apa yang jualan oden yaaa...
ReplyDeleteMicchi kenapa kau lucu sekali siiih. Jadi inget mamanya Honda Tooru. XD;
Dan ternyata... Ue-chan punya harem?!
kalau makan yang jualan oden nanti kau dijadikan oden sama otome-nyan loh, kk :3
ReplyDeleteYang boleh makan yang jualan oden hanya otome-nyan dan aku! >:| #posesip
ReplyDelete......kenapa ada bagian 'dan aku'-nya ituuuuu *gigit*
ReplyDeleteKarena *gyay*
ReplyDeletepenulis punya hak?
ReplyDelete*berdoyagao*
ReplyDelete*lirik nista ala Oran*
ReplyDelete