Cast: Hiramaki Jin, Koseki Yuta
Rating: PG
Warning: AU, BL hint, OOC
Disclaimer: I only own the plot
Note: Ini sebenernya sudah ditulis lama sekali tapi berhenti setelah paragraf dua XD; Akhirnya kmrn ini memutuskan untuk diselesaikan dan... hasilnya cukup inosen seperti yang gue harap (semoga XD).
“Ah, sudah reda,” Jin bergumam seraya tersenyum dan menarik tangannya yang dijulurkan keluar ambang jendela. Ditutupnya jendela itu rapat-rapat dan berjalan ke arah anak laki-laki jangkung yang tengah melingkar dengan nyaman di salah satu kursi di dalam kafe itu, terkantuk-kantuk.
Jin tersenyum maklum, tangannya mendarat lembut di atas kepala anak laki-laki dan mengusap pelan, “Hujannya sudah reda, loh.”
“Hmnh?” anak laki-laki itu bergumam, mengangkat kepalanya sekilas lalu menunduk lagi. “Ngantuk. Aku tak boleh menginap di sini saja, ya?”
Jin mengusap hidungnya dengan buku jari, “Boleh saja sebenarnya, tapi aku tak mau cari ribut dengan kakakmu. Ayo,” lengannya terulur menggamit lekukan lengan panjang Yuta dan menarik pelan agar anak laki-laki itu bangun.
Yuta menggerundel sebal namun menurut; dengan setengah hati mengenakan jaket dan menerima ransel yang diulurkan Jin. Matanya masih sesekali menutup dan tubuhnya limbung ke satu arah. Jin mendengus. Tanpa banyak bicara, pria itu berlalu ke dapur dan kembali dengan segelas susu hangat di tangannya.
“Minum,” perintahnya pelan.
Mata Yuta mengerjap; untuk sesaat memandang gelas yang disodorkan Jin lalu ke arah Jin berganti-ganti. Sudut-sudut bibirnya kemudian terangkat membentuk cengiran dan menerima gelas itu. “Sankyuu.”
Jin tersenyum. Sementara Yuta menghabiskan susunya, ia mengenakan jaketnya dan mengambil kunci mobil. Menimbang-nimbang apakah ia harus membawa dompet juga sebelum ingat kalau ia memang butuh mampir ke pasar swalayan yang buka 24 jam. Diliriknya Yuta yang sudah melompat-lompat di tempat, menepuk-nepuk pipinya yang bulat dan nyengir lebar. Jin menggeleng-gelengkan kepalanya. Sungguh lucu dan menggemaskan. Seandainya saja umurnya tak terlalu jauh berbeda dan Yuta tak punya kakak yang mudah panik.... Jin menampar dirinya sendiri dalam hati. Stop sampai di situ Hiramaki Jin. Apa sih yang kau pikirkan?
Tangannya kemudian terangkat, memberi isyarat pada Yuta untuk mengikutinya ke mobil. Setelah memastikan anak itu duduk dengan nyaman dan sabuk pengamannya terpasang dengan benar, ia pun menjalankan mobilnya menembus jalan yang agak berkabut.
”Ne, Charlie,” Yuta bergumam setelah menyandarkan punggung dan kepalanya dengan nyaman ke sandaran kursi penumpang.
”Hmm?” Jin bergumam tanpa menoleh.
”Charlie kan lebih tua dariku ya,”
Jin mengangguk. Bibirnya menyunggingkan senyum geli meskipun kedua alis matanya berkerut bingung. ”Iya, ya. Aku nyaris seumur dengan kakakmu ya. Tapi itu sudah jelas kan? Pertanyaanmu aneh sekali.”
”Dengar dulu, dong. Aku kan belum selesai bicara,” Yuta mendengus, ”Kau seperti Jack-nii deh, kalau sedang begitu.”
Jin terbahak, memutar kemudi ke kanan lalu menoleh sekilas pada anak laki-laki itu. Yuta sama sekali sudah tak terlihat mengantuk. Terkadang, Jin kagum sekali dengan sistem daya tahan anak itu. Seolah waktu tidurnya, meski hanya lima belas menit, sudah cukup untuk mengisi ulang energinya. Sementara ia sendiri butuh setidaknya empat jam tidur untuk bisa berfungsi dengan baik. ”Baiklah. Maaf. Apa yang mau kau katakan?” tanyanya, berusaha menyembunyikan nada geli dalam suaranya.
Yuta memiringkan kepalanya ke kiri, ”Apa ya? Oh! Kenapa Charlie tak punya pacar?”
”Pertanyaan apa itu? Memangnya karena aku lebih tua darimu jadi aku harus punya pacar?” sergah Jin, makin tak mengerti dan makin geli pada saat yang bersamaan.
”Aku kan hanya bertanya, loh. Jack-nii saja akhirnya punya pacar meski pacarnya temanku. Aku sama sekali tak menyangka, loh. Awalnya Jack-nii tak mau cerita. Mungkin malu. Entahlah. Tapi aku bisa tahu, loh. Habisnya mendadak dia suka mengantar-jemput Yuuki-chan. Lalu Yuuki-chan wajahnya suka memerah kalau aku cerita soal Jack-nii. Jack-nii juga begitu. Hihihi, lucu sekali deh waktu dulu pertama kalinya tak sengaja aku melihat mereka berciuman di apartemen. Wajahnya meraaaaaaaaah sekali. Ih, padahal yang seperti itu kan wajar ya? Namanya juga pacaran.”
Jin tak tahu bagaimana ia harus bereaksi pada rentetan kata-kata yang dengan cepat meluncur dari bibir Yuta tanpa bisa dihentikan. Maka ia hanya terkekeh kecil karena tak bisa sepenuhnya mengalihkan perhatian dari jalanan. Yuta masih berceloteh panjang lebar sampai akhirnya Jin mengulurkan tangannya untuk ditangkupkan di depan mulut anak laki-laki itu agar ia berhenti bicara karena Jin mulai tak bisa menangkap maksud pembicaraannya.
”Semenarik apapun cerita tentang kakakmu – benar deh, menarik – tapi aku jadi bingung, Yuta,” pria itu tertawa. ”Kau ini mau tanya kenapa aku belum punya pacar atau cerita tentang kakakmu dan pacarnya yang manis itu sih?”
Yuta menyingkirkan tangan Jin dari depan wajahnya dan nyengir lebar. Kedua pipinya bersemu merah. ”Ah, gomen, gomen. Charlie jadi bingung ya? Hehehe habisnya Jack-nii dan Yuuki-chan itu lucu sekali sih. Aku jadi ngelantur deh. Iya, jadi maksudku ya itu, kenapa kalau Jack-nii saja akhirnya berhasil punya pacar, kenapa Charlie tidak?”
Jin kembali mengerutkan kening, ”Oke. Pertama, aku baru kenal kakakmu beberapa waktu lalu dan sepertinya dia sudah pacaran cukup lama dengan Yuuki-chan kan? Jadi, itu mengarah ke pernyataan Kedua, apa hubungannya aku tak punya pacar dengan kakakmu yang pacaran dengan Yuuki-chan? Tiap orang kan berbeda loh. Aku juga bisa tanya hal yang sama padamu. Kalau temanmu yang lucu itu saja berhasil memacari kakakmu, kenapa kau tidak punya pacar?”
Kali ini Yuta terdiam beberapa lama lalu memiringkan kepalanya lagi. ”Habis, kata Jack-nii, aku hanya boleh pacaran dengan orang yang benar-benar kusukai. Masalahnya, orang yang aku suka itu banyak. Yuuki-chan sih tak masuk hitungan. Micchi, Ikepi, teman-teman di klub, ah, Kenki-nii nya Micchi pun aku suka karena orangnya baik sekali. Tori-nii temannya Jack-nii pun aku suka loh karena dia pintar masak dan baik hati. Tapi kalau jadi pacar kan, rasa sukanya pasti beda ya.”
”Nah.”
Yuta menoleh pada Jin. Terlihat sedikit bingung dengan reaksinya. ”Apanya yang ’Nah’?”
Jawabannya tak langsung datang karena Jin sedang berkonsentrasi menyalip mobil yang berjalan terlalu pelan di depan mereka. ”Persis seperti yang kau bilang. Rasa suka itu berbeda-beda dan kau sudah mengerti ini kan?” Yuta mengangguk, ”Kalau untuk jadi pacar, rasa sukanya beda sama sekali, loh. Harus benar-benar sukaaaa sekali sampai meskipun dibuat kesal tapi tak bisa jadi benci sama orang itu.”
”Ah!!” Yuta menepukkan kepalan tangannya ke telapan tangannya sendiri. ”Ternyata memang begitu ya. Ahahahaha, aku pintar ya.” ujarnya sambil nyengir dengan senangnya dan mengangguk-angguk.
Melihat itu, Jin tak bisa tak tertawa. Satu lagi hal tentang Yuta yang menarik perhatiannya adalah anak laki-laki itu memang terkesan polos tapi ia memperhatikan banyak hal di sekitarnya dengan cermat dan menyimpulkan dengan caranya sendiri. Diam-diam ia berharap ia akan tetap diperbolehkan berada di dekat Yuta saat anak laki-laki itu beranjak lebih dewasa. Jin yakin Yuta akan jadi orang yang sangat menarik dan sukses dengan caranya sendiri.
Tak lama, Jin menghentikan mobil di depan bangunan apartemen di mana Yuta tinggal bersama Takuma. Ia melirik sekilas ke lantai tiga, ke pintu kelima dari kanan dan mendapati lampunya menyala. Takuma pasti sedang cemas sekali karena Yuta pulang terlambat. Diperhatikannya Yuta melepas sabuk pengaman lalu memutar badan untuk mengambil ranselnya yang tadi diletakkan di bangku penumpang belakang.
”Bawa sekalian kotak makan itu ya,” ujarnya pada Yuta.
”Eh? Memangnya ini apa? Aku tidak ingat bawa-bawa kotak makan sebesar ini,” komentar Yuta seraya mengendus kotak makan itu karena terasa hangat dan agak berat. Kedua matanya membulat makin lebar dengan semangat. ”Cinnamon roll ya? Charlie buat? Kapan? Untuk aku dan Jack-nii? Uwah, sankyuuuuu!!”
Jin tersenyum lebar. ”Kupanggang tadi waktu kau tertidur. Tidak banyak sih. Semoga kakakmu suka ya. Ini tidak terlalu manis, kok. Jadi tak usah khawatir merusak gigi.”
Yuta mencibir, ”Ih. Makanan enak, manis atau tidak, semuanya perlu dinikmati dan disyukuri. Padahal Jack-nii sendiri yang bilang begitu loh.”
Cubitan gemas di hidungnya membuat Yuta meronta sekilas lalu memerikasa sekali lagi bahwa semua barang bawaannya sudah tak ada yang tertinggal. ”Hari Sabtu aku mampir lagi ya. Ikepi bilang mau mencicipi fish & chips di tempat Charlie,” ujarnya sambil membuka pintu dan keluar dari mobil itu.
Jin mengangguk dan memiringkan posisi duduknya agar dapat melihat Yuta yang membungkuk di ambang jendela. ”Silakan. Aku akan senang sekali. Salam untuk kakakmu ya.”
”Un! Oyasumi, Charlie!” ujar Yuta sambil melambaikan tangan dan melesat pergi.
”Oyasumi!” seru Jin ke arah punggung anak itu seraya melambaikan tangan dengan cepat. Diperhatikannya punggung Yuta yang perlahan menjauh sambil geleng-geleng kepala. Ia memang selalu memastikan Yuta naik dengan selamat ke lantai tiga sebelum berlalu pergi. Kedua matanya mengerjap saat melihat Yuta berhenti lalu berbalik dan mendekat ke arahnya lagi dengan setengah berlari. Yuta mengetuk jendela mobilnya dan Jin menurunkan kaca. ”Ada yang tertinggal?”
Yuta mengangguk. ”Tadi aku lupa bilang: Aku juga suka Charlie, loh.” Cengiran lebarnya yang khas menyusul sebelum berbalik dan kali ini berlari cepat untuk menghilang ke dalam bangunan apartemen.
Mulut Jin terbuka dan tertutup lagi kemudian ia tertawa, merasa geli dan gemas pada saat yang bersamaan. Benar-benar deh, pikirnya. Benar-benar anak yang menarik dan Jin pun tersenyum lebar saat melihat sosok Yuta berdiri di depan pintu apartemennya di lantai tiga, melambai sekilas ke arah mobil Jin lalu masuk ke dalam.
”Aku juga suka Yuta, loh.” bisiknya.
NANI SONO KAWAII ~ IKIMONOOOOOOOO!!! Nani mono daaaa!! *berguling di kursi belakang mobil*
ReplyDeleteIh Stronza! Kalau terlalu polos begitu nanti kau bisa diterkam loh, tapi Charlie orang yang cukup bertanggung jawab sih ya, tidak seperti kakakmu. (Lagian siapa yang mau macam-macam kalau wujudnya pongo begitu?)
aku juga mau cinnamon roll dong.
Dan btw, lampu menyala bukan berarti Takuma cemas sih, Charlie. Siapa tahu di sana sedang ada Yuuki :9
Sebenernya kita belum tau apakah Charlie cukup bertanggung jawab atau nggak karena jarang nongol XD (DI MANA CHARLIE YANG MAFIA ITUUUUU?)
ReplyDeleteKalo ada Yuuki, lampunya justru mati :3
D...dan gw pengen guling-guling pun jadinya *LOL*
ReplyDeletesukaaaa sekali sampai meskipun dibuat kesal tapi tak bisa jadi benci sama orang itu. desu yo ne, Charlie~
Eh siapa tau itu memang Charlie bos mafia yang menyamar jadi pemilik restoran? XD
siapa tahu dia menyamar karena sedang mengincar sesuatu menginvasi RS Keigo, misalnya. #apeu
ReplyDeleteoh kalau ada Yuuki lampunya mati? Sungguh mencurigakan.
*menggulingkan tanuki*
ReplyDeleteXDDD
Jadi macam di pelem2 gitu ya. Mafia punya restoran Itali yg basement-nya dijadiin HQ buat organisasinya ngumpul2 sambil main poker XD CHARLIE, KAU KEREN SEKALI!!
@Nei iya dong. Nanti kliatan Stronza kalo lampunya gak dimatiin
aku jadi tertarik memasukkan Jinshan ke AU ini, tapi jadi apaaaaaa?
ReplyDelete*terguling*
ReplyDeleteIya kan! Keren kan!!! XDD
*frustasi sama pasien*
Hitman organisasi mafianya Charlie *dibuang*
ReplyDeleteYESSSS.... *nyengir2 sendiri*
ReplyDeleteAh, Charlie....., kenapa kau tak terkam saja Stronza? Jack-nii sepertinya mengizinkan kok kalau yang menjaga calon ipar tampak dapat diandalkan begini.
@Nei hmm... Sobat karibnya Charlie yg punya restoran high end di Roppongi tp msh suka mampir ke tmpt Charlie buat masak2 bertiga sm Takki? Abis itu nongkrong makan malem sambil minum wine dan ngisep cerutu. Kya.
ReplyDelete@Riri gue doki2 selalu gt loooh kalo senyum mafia-nya itu keluar-
Charlie di AU ini lumayan jinak XD
APA INI MANIS SEKALI 8DDDDD
ReplyDeleteTerkesan inosen ya memang walau sepertinya cukup mudah untuk Charlie melangkahkan kaki ke 'kubu'-nya Kuma *garuk2 dagu*. Stronzanya polos dan Charlienya tampak gemes gitu~ :9
@mama-san
ReplyDeleteoh, pemilik resto Perancis yg suka banget didatangi Ma-kun?
Btw tacc...kubu....XDDD kubu pedo maksud lu?
Ah nei, yunomisowel. *ditembak mafia*
ReplyDeletenampaknya Charlie sdg mempertimbangkan baik2 sblm makan Stronza krn dia kan mafia, jd segala sesuatunya hrs diperhitungkan biar gak ketangkep polisi atau lg mikir gmana caranya nyuap polisi *diberondong tommy gun*
ReplyDeleteyg suka didatengin Ma-kun kan restoran itali XD Ah, tp blh jg! Bayangan gue restoran prancis mahal tp terkenal yg antreannya bs sampe 3 bulan
BUSEEEEET 3 BULAAAAAAAN. *ah tapi kalau Bocchan sih...*
ReplyDeletepakai nyuap polisi, Charlie? Sapa tahu ada temanmu di interpol juga. #plak
eh, ada loh restoran2 kaya gt. Reserve tmpt skrg, dpt slotnya buat 3 bln lg. Lumayan, bs nabung dulu XD
ReplyDeletejelassss! Mafia backingannya hrs oke dong :3 bahkan mgkn Charlie punya rekening di Swiss
Oh, kaya chef ikemen yang di arashi shiyagare itu ya? Ngantrinya 3 bulaaan!
ReplyDeleteRekening di Swiss! Keren sekali!
Charlie, kau ini sebetulnya......apa?
ReplyDeletemafia.
ReplyDeleteXDDDDD
Sensor innocent nya lulus kok, kk... Lol
ReplyDeleteLucu bgt itu si stronza. But, somehow kbayang bgt klo dy anaknya kyk gt... Liat dy lama2 jd gemas sendiri... (>.<)
*ikut ketawa bacain komen2nya*
ahoahoahoahoa sebenernya, gue gak heran juga kalo Charlie ternyata diem2 udah ngapa2in Stronza, soalnya dia mafia #teuteup
ReplyDeleteEh, kok bs jd mafia sih? Mafia drmn? (>.<)
ReplyDeleteDari wajahnya? Gayanya? #MafiaCharlie
ReplyDeleteMa... mafia yah wajahnya? *blum bs melihat charlie selain sbg yasashii oniisan yg bersinar2 saat main piano* Xp~
ReplyDelete@lene gayanya sih. Kalo udah pake jas dan nampak keren gitu, dia keliatan kaya bos mafia muda gitu. Sungguh keren dan seksi
ReplyDelete