Monday, October 17, 2011

[fanfic] Friends

Cast: Matsuzaka Tori, Inoue Masahiro, Wada Takuma, Daito Shunsuke
Rating: PG-13
Warning: BL, AU, OOC
Disclaimer: Own nothing
Note: sungguh pun aku tak tahu ini apa maksudnyaaaaaa


Happy belated birthday, celeng ndud. Thank you for existing <33333




"Sama sekali bukan salahku, loh." Suara serak Masahiro terdengar menggema di dalam kamar mandi itu. Namun demikian, Tori memicingkan mata dan menjulurkan kepala karena tak bisa mendengar jelas perkataan pemuda itu di antara deru air yang mengucur dari pancuran di atas kepalanya.

"Apa?" Tanyanya setengah berseru.

"Bukan salahku!" Balas Masahiro dengan lebih keras.

Kali ini Tori tak menyahut dan melanjutkan membilas bersih rambutnya dari busa shampo. Masahiro hanya merengut karena tak mendapat reaksi.

"Geser."

Kepala pemuda jangkung itu terangkat menatap Tori yang tiba-tiba sudah berdiri di dekat bath tub. Mau tak mau, sebuah cengiran mesum menghiasi bibir Masahiro saat mendapati pemandangan memikat di hadapannya. Tori mendorong bahunya sambil mencibir dan mencelupkan diri ke dalam bath tub. Masahiro beringsut memberi ruang agar Tori bisa duduk di antara kakinya. Ditangkupnya air dengan kedua telapak tangannya, membasuh bahu kekar Tori dan memijat pelan.

Tori memejamkan mata dan mendesah tanpa mengeluarkan suara. Dibilang kecewa, tentu saja dia kecewa. Masahiro harus pergi ke Madrid untuk pemotretan tepat pada hari ulang tahun Tori dan pemuda itu tak bisa berbuat apapun karena terikat kontrak. Sebuah sentuhan hangat di tengkuknya membuat Tori tersenyum kecil. Satu lengannya terangkat untuk menyentuh sisi kepala Masahiro, menariknya mendekat agar ia bisa mencium pemuda itu.

"Pesawatnya jam berapa?" Tanyanya kemudian.

Masahiro meletakkan dagu di pundak Tori sementara kedua lengannya melingkari tubuh dokter itu dan menarik Tori lebih rapat padanya. Keningnya berkerut sekilas saat ia mengingat. "Jam sembilan pagi."

"Karena itu kau sudah membawa koper kemari?" Tori mengangkat alis.

Masahiro membenamkan wajah ke lekuk leher kekasihnya. "Gomen. Harusnya aku cerita lebih lengkap tapi aku juga baru dapat jadwal lengkapnya dua hari yang lalu." Gumamnya penuh rasa bersalah.

Tori diam beberapa saat sebelum akhirnya menarik nafas dalam-dalam. Perlahan ia memutar tubuh dan bergerak pelan sampai ditemukannya posisi yang nyaman di pangkuan Masahiro. Masahiro hanya sanggup mengerjap saat Tori melingkarkan lengan di sekeliling leher Masahiro namun dalam sekejab pula pemuda itu menatap Tori dengan pandangan jahil.

Tori pun tersenyum miring. "Kalau begitu, Ma-kun tahu apa yang harus Ma-kun lakukan malam ini kan?"

"Tentu saja, Sensei." Sahut pemuda jangkung itu dengan mantab diiringi cengir lebar.

*****

"Jadi, karena kau kesepian ditinggal pacarmu saat kau sedang ulang tahun, aku harus menemanimu seharian ini, begitu?"

Tori mengangguk mantab. "Tak apa kan? Toh, kau senggang."

Takuma mendengus. "Seenaknya saja memutuskan. Kalau aku ternyata ada kencan dengan Yuuki, kau mau apa?"

Tori menggeleng mantab. "Yuuki-chan sedang ikut training camp selama seminggu sejak dua hari yang lalu. Kau sendiri yang cerita. Dan aku yakin ia tak diijinkan untuk kedatangan tamu selama dia ada di sana kan?"

Takuma melengos. Menyesal juga kenapa ia harus bercerita pada Tori. Yah, sudah kebiasaan, mau bagaimana lagi?

"Lalu?"

"Apanya?"

"Kita mau melakukan apa, Matsuzaka? Kau kan yang sedang ulang tahun dan kau tahu sendiri aku tak pernah bisa menyiapkan kejutan ulang tahun." Gerutu Takuma.

Tori nyengir. Didekatkannya wajahnya sampai ujung hidung mereka nyaris bersentuhan. "Tentu saja berkencan."

"....Ha?"

---

Dibilang kencan pun, sepanjang jalan Tori sibuk dengan ponselnya. Nampaknya Masahiro baru saja tiba di Madrid dan punya waktu kosong selama perjalanan ke lokasi pemotretan. Takuma hanya geleng-geleng kepala sementara mengarahkan mobilnya ke tempat yang diinginkan Tori: akuarium.

"Gaki ka, omae." Gumam Takuma meski matanya bersinar geli.

Tori . "Boleh dong. Toh aku sedang ulang tahun."

"Hai, hai."

Untunglah hari itu bukan hari libur dan hari sudah menjelang sore jadi suasana tempat itu tak begitu ramai. Tori tampak begitu antusias dan langsung melompat turun bahkan sebelum Takuma mematikan mesin mobilnya. Dokter gigi itu bersumpah untuk menjitak kepala sahabatnya itu dan benar-benar dilakukannya saat mereka berdiri di depan loket.

Tori merengut sebal namun tak berkata apapun. Hanya mengusap kepalanya lalu membungkuk untuk bicara pada petugas loket.

"Dewasa tiga orang ya."

"Eh? Tiga?" Takuma bertanya bingung.

Lagi-lagi Tori tak langsung menyahut, mengangsurkan beberapa lembar uang dan mengambil karcis. Kepalanya menoleh kesana kemari sebelum akhirnya ia tersenyum lebar dan melambai dengan semangat ke arah pintu masuk.

"Shunsuke! Sini, sini!" Serunya

Shunsuke pun tak kalah keheranannya dengan Takuma saat pengacara muda itu mendekati mereka.

"Kencan apanya kalau bertiga begini?" Tanya Shunsuke sambil meninju lengan Tori. Tidak keras, tentu saja.

Tori melingkarkan lengan di masing-masing lengan Shunsuke dan Takuma. "Kencan kan tidak harus berdua saja. Dan aku sedang ulang tahun. Aku punya hak untuk mendapatkan apa yang aku mau kan? Yuk, masuk! Aku mau lihat ikan-ikan itu diberi makan."

Takuma dan Shunsuke bertukar pandang lalu mendesah. Tak ada gunanya menolak kalau sudah begini.

"Hai~" ujar mereka bersamaan.

---

"Keren ya? Waktu manta-nya lewat tadi sampai seluruh kaca sepertinya tertutup! Keren sekali!" Tori berceloteh sambil setengah melompat saat mereka melangkah keluar dari gedung akurium itu.

Mereka tak bisa berlama-lama di dalam karena waktunya tak cukup dan akuarium itu sudah mau tutup. Takuma dan Shunsuke mengikuti sebisanya saat Tori melesat dari akuarium yang satu ke akuarium lain juga bermain-main di kolam sentuh di dalam tadi.

Sungguh tak pantas untuk usianya yang sudah dua puluh lima. Tapi toh mereka tak bisa protes karena ditraktir dan sungguh, Tori yang sedang seperti itu sungguhlah lucu. Tentu saja Takuma dan Shunsuke bergantian mengambil foto bersama Tori dan ikan-ikan di dalam akuarium. Dan tentu saja Shunsuke mengirimkan satu atau dua foto pada Masahiro diiringi pesan:

Lihat apa yang kau lewatkan? Tori menggemaskan sekali.

Shunsuke tak sabar menanti balasan macam apa yang akan datang dari pemuda jangkung nan posesif itu.

"Aku lapar!" Tori berseru sambil mengangkat kedua tangannya.

"Mau makan apa?" Takuma mendekati temannya itu, melingkarkan lengan ke pundak Tori dengan santai.

"Hmm. Makanan jepang pokoknya." Jawab Tori sembari bersandar manja ke pundak Takuma.

Shunsuke mengangkat ponselnya lagi. Seru juga. Kirim ke Masahiro tidak ya? Pikirnya sambil tersenyum jahil.

"Shunsukeeee!! Mau okonomiyaki?" Seruan Tori membuyarkan niat jahilnya dan pengacara itu buru-buru mendekat, menjajari mereka di sisi kanan Tori.

"Boleh saja. Kebetulan aku tahu tempat yang enak di Roponggi. Aku traktir deh." Ujarnya, melingkarkan lengan ke punggung Tori.

"Yaaaay!!"

---

"Benar-benar tak bisa ditinggalkan sendiri ya." Komentar Shunsuke saat Tori menghilang ke toilet setelah mereka menyebutkan pesanan mereka pada pelayan.

Takuma terkekeh kecil, sibuk mengoleskan lemak ke permukaan panggangan panas di tengah meja. Ia mengangguk kecil. "Sejak dulu."

"Inoue-kun repot juga ya."

Takuma terbahak. "Asal dia bisa paham, kurasa tak ada masalah."

Shunsuke mengangkat alis. Takuma mengangkat kepala, memandang Shunsuke beberapa jenak lalu tersenyum lembut.

"Kalau aku saja bisa sedikit merasa tenang, kurasa Shunsuke-san pun juga tak perlu terlalu khawatir." Ucapnya.

Shunsuke menenggak birnya.

"Benar. Wada ini tak pernah tega kok membiarkanku kesepian." Timpal Tori tiba-tiba.

"Oi!" Takuma menyela lalu tertawa dengan sedikit gugup.

Shunsuke mengangkat alis. "Dan aku tak mengira kau semanipulatif ini."

"Aku?" Tori menunjuk hidungnya. Tangannya dikibaskan acuh. "Sama sekali tidak. Aku hanya memanfaatkan suasana. Kalau dia sedang sibuk pun, aku tak bisa protes kan? Toh aku masih punya kamu."

"Oiiii!" Shunsuke memprotes sambil mengisi gelas sake Tori. "Pacarku galak loh. Bisa habis kau kalau dia dengar ucapanmu barusan."

"Tapi kenyataannya kau bisa kuajak keluar hari ini." Tori mengedikkan bahu.

"Yun bukan Inoue-kun." Sindir Shunsuke.

Mata Takuma membelalak sementara Tori mencibir. "Yah, mau bagaimana lagi? Aku sudah tak bisa lepas."

Shunsuke terbahak-bahak. Diangkatnya gelasnya ke udara, "Baiklah! Selamat ulang tahun, Tori. Kau orang yang merepotkan, tapi percayalah kalau kami tetap sayang padamu. Kanpai!"

"Nani soreeee?" Tori tertawa meski ikut mengangkat gelasnya bersama Takuma.

"Benar, benar. Seperti yang dikatakan Shunsuke-san. Selamat ulang tahun, Matsuzaka. Kanpai!"

Tori hanya sanggup terkikik dengan tersipu pada tingkah aneh dua temannya itu. Sungguh. Ia tahu mereka selalu bisa diandalkan dan Tori tak perlu merasa terlalu kesepian di hari ulang tahunnya seperti sekarang.

"Arigatou." Ujarnya.

Takuma menepuk-nepuk kepala Tori dengan sayang.

---

"Terima kasih hari ini ya, Wada." Ucap Tori dengan berbinar meski ia sudah tampak setengah mabuk dan agak mengantuk.

Takuma mengangguk. "Itulah gunanya teman kan?"

Tori tersenyum lebar. "Sungguh deh. Maaf merepotkan karena kau sampai harus mengantar Shunsuke juga tadi."

"Apa boleh buat kan? Kalian berdua sudah mabuk begitu."

"Tidak begitu mabuk, kok." Protes Tori.

"Terserah lah. Sudah sana, masuk. Nanti masuk angin."

Tori menurut dan membuka pintu apartemennya. Sejenak kemudian ia terdiam, sejenak ragu ingin masuk. Takuma menunduk, mengamati wajah sahabatnya dengan khawatir.

"Kenapa? Pusing?"

Tori menggeleng pelan. Ditatapnya Takuma sejenak lalu bertanya, "Mau menginap? Aku benar-benar tak ingin sendirian hari ini."

Takuma mendesah keras. "Kau ini. Nanti kalau Inoue-kun tahu, kalian pasti bertengkar lagi."

Tori menggelengkan kepala. "Tak apa. Aku sudah bilang kalau hari ini aku akan keluar denganmu dan Shunsuke kok."

Takuma mengangkat alis. "Ini dan itu kan beda loh." Tapi ia buru-buru melanjutkan begitu melihat Tori pasang tampang kecewa. "Baiklah. Untung saja sofamu empuk."

Tori tersenyum lebar.

----

Takuma mengamati wajah Tori yang tertidur lelap dengan kepala menyandar nyaman di atas pahanya. Dengan gemas, disentilnya dahi Tori dengan pelan dan membuat Tori menggeliat pelan dalam tidurnya.

"Kau masih suka main api, rupanya." Bisiknya. "Semoga kau bisa lebih bijaksana, Matsuzaka atau aku tak akan bisa tenang seumur hidupku."

Pria tampan itu membungkuk, mengecup kening Tori dengan sayang. "Selamat ulang tahun."

Tori menggeliat pelan lagi, bibirnya membentuk senyum dan bergumam dalam tidurnya yang entah kenapa terdengar seperti ucapan terima kasih di telinga Takuma.

-end-

10 comments:

  1. ................... *tak bisa komentar membaca ini* Terlalu manis! *sakit gigi*

    ReplyDelete
  2. ..........Melihat sekarang dia kaya'nya puny harem, gak heran kok. Tuh, anak 2PM aja udah disikat juga. XDDD

    ReplyDelete
  3. Aduh sensei, gue rasa setelah ini Kuma-chan bakal diinterogasi lama banget sama Ma-kun. *dan Yuuki, kalau fotonya dikirim ke training camp*

    lol iyaaa. Chansung pun disambar. *geleng-geleng*

    ReplyDelete
  4. CELENG GENDUT SIALAAAANNN SEMUANYA DIEMBAT BEGITUUUU!!!! XDDD *umpankan celengnya biar digigit rubah dan dicakar kucing*

    ...tapi semua sayang celeng sih, shikatanai. XP

    ReplyDelete
  5. Chansung? Oh, yang main sama Tori di Kaito Royale ya? Hayai ne XDDDD

    @Nei: tampaknya Shunsuke belum punya nomer telpon dan alamat mail-nya Yuuki XD;

    Dengan wajah dan kelakuan kaya gitu, siapa yang nggak sayang coba? *dorong Aiba ke jurang*

    ReplyDelete
  6. Hyahahaha~ Dasar tori! Opportunist! Lol

    ReplyDelete
  7. To...Tori, untuk Suda ga tahu....

    & dasar babi gendut manipulatiiiiiiiiifffff XDDDDDD

    Kalo ga Shunsuke & Kuma bisa habis dilempar scalpel.

    Tenang Sudacchi, kau bukan Dr. jackal

    ReplyDelete
  8. Yang dilempar scalpel paling cuma Shunsuke, Kuma nggak XD Soalnya Suda kan sayang Wada-chan :p

    ReplyDelete
  9. aduh sensei.... sekali harem ttep harem ya..... XDDDDD

    ReplyDelete