Monday, October 10, 2011

[fanfic] AU KubotaxKei - Chasing Pavement

Fandom: Tennis no Ouji-sama Musical/Sengoku Basara Musical
Characters: Kubota Yuuki, Hosogai Kei, cameo Katou Kazuki
Rating: PG
Warning: BL, AU, OOC, randomness 
Disclaimer: I am but a humble fangirl, do not sue me. Title and lyrics are taken from a song by the amazing and lovely Adele. All rights reserved. I do not make any profit from this.
Note: aaaaah, sudah lama tak menulis~ Beneran deh, kalo fanfic ini terlalu random atau tak bisa dimengerti, mohon maaf yang sebesar-besarnya m(_ _)m Salahkan saja Kubobe dan Kei-chan yang sungguh sangat flirty and lskahdflksdhflksdhflkshdlkfhslkdhflskdhflksdhf HOT FOR EACH OTHER, EXCUSE ME BUT I JUST CAN NOT CONTAIN MYSELF SEEING THAT VISUAL BOY BRUSH VIDEO.

*coughs*

*sisiran*

Selamat membaca~








I've made up my mind,
Don't need to think it over
If I'm wrong, I am right
Don't need to look no further,
This ain't lust
I know this is love


Kei membuka mata dan mengerjap perlahan. Ketukan pelan di pintu membuatnya menoleh seraya menutup kran shower. 

Yes?

Cengiran Kubota menyambut kala pintu kamar mandi terbuka dan pria itu masuk membawakan piyama pinjaman untuknya. Kubota melirik ke arah pria yang tertatih membuka pintu kaca, mengambil handuk, dan mulai menyeka tubuhnya.

What?” Kei bertanya seraya sudut bibitnya terangkat.

Kubota menggeleng pelan, tersenyum kecil. “Kau kurusan.”

Nice of you to notice.” Ucap Kei cepat, tak menolak uluran tangan Kubota yang membantunya berpakaian. Kubota mendenguskan tawanya.

“Apa kau makan dengan benar, Kei-chan? Sebagai doktermu, aku akan marah sekali kalau kau tidak menjaga kesehatanmu.”

Kei beringsut merapat saat Kubota mengancingkan atasan piyama biru tua itu. ”I’ll eat well from now on.

Kubota menatapnya lurus-lurus lalu tertawa. ”Kau kedengaran seperti Masahiro.”

Kei tak menjawab, hanya meringis pada temannya itu. Kedua telapak tangannya mendarat di masing-masing pundak Kubota. Ditelitinya wajah tampan pria itu dan menjetikkan telunjuknya di hidung Kubota. ”I’m hungry.” Ujarnya kemudian.

That’s why I always remind you to eat something on a date. You’re not a girl, for heaven’s sake.” Gerutu Kubota seraya melingkarkan lengan ke pinggang ramping Kei dan memapahnya keluar dari kamar mandi. Kei menggeleng saat Kubota hendak membantunya duduk di kursi rodanya, sebaliknya ia berpegang erat-erat pada lengan Kubota saat menyusuri tangga menuju ke ruang duduk di lantai dasar.


But, if I tell the world
I'll never say enough
'cause it was not said to you
And that's exactly what I need to do
If I end up with you


Kubota mendudukkan Kei di salah satu sofa besar di ruang itu, tersenyum lega saat mendapati bahwa pelayan tak lupa menyalakan perapian di situ karena udaranya sudah mulai dingin akhir-akhir ini, dan menyampirkan selimut tipis di pangkuan Kei yang sudah menyandarkan punggung dengan nyaman dan melipat kaki.

Wait here. I’ll make us something.” Ucap Kubota sambil berlalu. Kei mengangguk kecil. Pandangannya beredar ke sekeliling ruangan itu dan tersenyum pada seekor anjing kecil yang tertidur di dekat perapian. Perlahan, ia bangkit dari duduknya untuk menghampiri anjing itu dan merengkuhnya dalam pelukannya. Anjing itu terbangun, menyalak kecil dan menatap Kei dengan tatapan penuh ingin tahu. Kei tersenyum dan menggaruk lembut tengkuk anjing kecil itu.

Hello, little one. What’s your name?

Anjing itu menyalak lagi. Kei menatap kalung kulit yang melingkari leher anjing itu dan memeriksa plat stainless yang menggantung. “Tesshi?” Kei mengeja. “I think I know who would give such a ridiculous name to you.

Tesshi menggeram pelan. Kei mengangkat alis. “Right. Okay. I won’t say something bad about Masahiro-kun again. Are you happy now?

Seolah mengerti, Tesshi menyalak lagi dan menyandarkan kepalanya dengan malas ke dada Kei. “Aaw, aren’t you so cute?

Kei baru saja duduk kembali di sofa –dengan Tesshi masih dalam pelukannya- saat Kubota masuk membawa sebuah nampan  berisi sepoci teh, dua cangkir, semangkuk salad, semangkuk sup dan sepiring roti panggang. Wangi masakannya menguar mengisi ruangan itu dan menggelitik hidung Kei. 

Smells good.” Kei menoleh dan mengerjap karena Kubota tak sendirian. Kazuki berdiri di sebelahnya, membawa nampan lain dengan isi yang tak jauh beda dengan yang dibawa Kubota. Kei hendak berdiri namun dicegah Kazuki yang berkata kalau ia hanya ingin memberi salam saja dan bertanya sepintas lalu tentang terapinya. Tak lama, pria itu berlalu ke lantai atas sambil mengucapkan selamat malam.


Should I give up,
Or should I just keep chasin' pavements
Even if it leads nowhere
Or would it be a waste
Even if I knew my place
Should I leave it there
Should I give up
Or should I just keep chasin' pavements
Even if it leads nowhere


What was that?” tanya Kei sambil menyambut cangkir berisi teh hangat yang diulurkan Kubota padanya.

The boyfriend’s here.” Ucap Kubota singkat seraya mengambil Tesshi dari pangkuan Kei agar temannya itu bisa makan.

Ah.” Kei mengangguk. ”I think I saw him the other day at the hospital. Cute boy. I bet he has ulcer because of it.” Ujarnya sambil menyesap tehnya.

Kubota terbahak. “You have no idea.” Ia berdeham. “Delapan belas tahun. Tak aneh kan kalau ia lebih tepat untuk mewarisi semua ini dibanding aku?”

You have the quality. You just don’t want to.” Komentar Kei pelan, meniup sup dengan perlahan sebelum menyuap.

Beberapa saat, Kubota memandang pria itu nyaris tanpa berkedip. Memang, ada alasannya kenapa dulu ia jatuh cinta pada Hosogai Kei. Dan perasaan itu mungkin belum hilang seluruhnya atau ia hanya merasa seperti itu karena kebingungan, Kubota tak tahu pasti. 

Is he going to get married as well?

“Hmm?”

“Kazuki-kun.

“Oh, ya. Mungkin tahun depan. Yang pasti setelah Takuya-kun selesai mengurus pendaftaran masuk kuliahnya.” 

Kei mengangguk-angguk. “Sounds fun.


I build myself up
And fly around in circles
Waitin' as my heart drops
And my back begins to tingle
Finally, could this be it


Kubota kembali menatap pria itu dan mendadak merasa takut. Ia tahu ia orang yang acuh dan seenaknya, juga tak segan untuk kabur kala merasa tak ingin menerima tanggung jawab yang besar. Selalu seperti itu seumur hidupnya dan ia selalu berhasil lepas. Tapi yang ada di depan matanya kali ini berbeda. Kei cukup keras kepala dan Kubota seharusnya memperhitungkan kalau Kei akan muncul di hadapannya lagi karena memang begitulah sifatnya.

Pembicaraan mereka di rumah sakit beberapa minggu lalu sudah mengisyaratkan pada Kubota bahwa Kei sudah memutuskan untuk tidak menyerah begitu saja dan akan mengikutinya ke manapun Kubota menghindar.

Don’t.

Kubota tersentak dari lamunannya, mendapati Kei yang ternyata juga sedang menatapnya lurus-lurus. Kei tertawa, begitu cantik. “Don’t make such a face, Yuuki-chan. I’d feel bad if you do.

“Kau ingin aku bagaimana?” Kubota bertanya pelan, nadanya begitu serius meski bibirnya tersenyum.

Kei mengedikkan bahu. “You could just smile. Like that. Like you always do.

Kubota mendesah. Punggungnya disandarkan ke sofa empuk itu, mengelus Tesshi yang mendengkur pelan. Kei pun berhenti makan, sudah merasa cukup kenyang, dan ikut bersandar di samping pria tampan itu. 

“Yuuki-chan,” panggilnya pelan.

Kubota menoleh. “Hmm?”

What happened to us?

Kubota tak langsung menjawab lalu meringis. “Do you really want to ask me that?

Kei mengedikkan bahu. “You can’t blame me for hoping to hear different answer.

Kubota tertawa. “It’s not going to happen, Kei-chan. You know perfectly well.

Hmm, somehow. And yet, here I am. Isn’t that saying something to you?” Kei mengangkat alisnya.

I wonder why. Really.”

Bahu Kei terguncang pelan saat ia tertawa dan kemudian mendesah. ”I think, -after several weeks trying to cope with initial shock, moping around and trying to throw some curses on you, tried to send some mercenaries to kill you, too and then be a little bit peaceful after that- after all these year, I still can’t accept that you,” Kei menusuk lengan Kubota sebagai penekanan, “chose to leave me. That’s why.

Kubota menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan keras. “Karena aku berpikir itu tak adil untukmu.” Jawabnya cepat. “Aku tak mau memaksamu terus berada di sampingku sementara di luar sana, aku yakin ada orang lain yang akan sanggup membuatmu bahagia dan menikahimu. So I think you’re better off without me. You don’t deserve someone like me, Kei-chan.

Oh, you’re such an ass.” Kei menukas sebal sambil memicingkan mata. “That is a very lame –and very unoriginal, too, if I may add- excuse, Kubota Yuuki.

Kubota meringis, berusaha berkelit karena Kei memukuli lengannya tanpa ampun. ”Jangan kasar, dong.” protesnya. Ditangkapnya tangan Kei setelah berhasil menghindar dan digenggamnya tangan itu dengan erat. ”Aku serius. Aku bukan orang yang tepat kalau kau ingin impianmu terwujud.”


Should I give up,
Or should I just keep chasin' pavements
Even if it leads nowhere
Or would it be a waste
Even if I knew my place
Should I leave it there
Should I give up,
Or should I just keep chasin' pavements


”What do you know about me and my dream, Yuuki-chan?” Kei mengangkat alisnya dengan menantang.

Tak ingin terdengar terlalu percaya diri, Kubota hanya mengangkat bahu. Kei mengangguk. “Exactly.” Ia kemudian menangkup kedua sisi kepala Kubota dengan kedua belah tangannya, memastikan Kubota menaruh perhatian penuh padanya. “Listen to me and listen carefully. I’m the one who has the right to decide whether I’ll be happy if I stick with you or not. You should only decide whether to let me stay or send me away which, I have to remind you, won’t be an easy task if you really know who I am.

Mendadak rasanya sulit sekali bagi Kubota untuk bernafas. Tatapan Kei yang tajam seperti menembus masuk dan Kubota tahu Kei memang bisa melihat jelas apa yang sebenarnya ada dalam pikirannya.

I’m afraid, too.” Bisik Kei sambil menyentuhkan dahinya dengan kening Kubota. “I’m afraid, too, Yuuki-chan.

There you go, pikir Kubota, merasa seperti sesuatu lolos dari dadanya dan hilang begitu saja entah ke mana. Disentuhnya satu pergelangan tangan Kei dan melingkarkan jemarinya untuk menggenggam dengan erat. Dia tak peduli saat Kei meringis menahan sakit. Ia menoleh, menyentuhkan bibirnya dengan telapak tangan Kei yang hangat. 

"I'm sorry." bisiknya lirih.


Should I give or
Should I just keep on chasin' pavements
Even if it leads nowhere









23 comments:

  1. k, kok sedih.... ;A;
    sebetulnya kenapa bisa putus, maksud gue kenapa Kei-channya ditinggalin, Kubo? apa karena di Osaka kau bertemu seorang duda beranak satu dan punya anjing lucu?

    tapi ini indah~♥

    ReplyDelete
  2. ya itu, masalah klasik laki-laki XD Kubobe takut komitmen XD;;; *dilempar scalpel*

    loh? AkiShin bukannya temennya Kubobe dari SMU ya? Iya gak sih? XDD;;

    ReplyDelete
  3. Ini lagunya pasti galau. *berniat mencari*
    AkiShin kayaknya bakal kesepian ini sementara ini. Pergilah cari cewek, duda ganteng. ^^;;

    BTW AkiShin dan Kubobe itu... mirip Umeda dan pacar jaman SMAnya.

    *susut air mata* *sedot ingus* *gigit panda*

    ReplyDelete
  4. SEMUA lagunya Adele itu lagu galau XDDDDD itu gue kasih link yutub-nya :p

    Begitulah, maafkan aku, AkiShin *menempel*

    Hoahoahoahoa iya sih ya meskipun yg ini yg mesum bukan cuma dokternya XDDDDD

    *balas gigit tanuki*

    ReplyDelete
  5. rasanya aku mulai paham hubungan ini.... *elus-elus dagu*

    ReplyDelete
  6. THIS IS SOOOOOO FRIIIIGGGIIINNN AWESOME *DEAD*
    I love the emotional play and how they interact with each other... TT^TT

    ReplyDelete
  7. @Nei: You do? Because I don't XDDDD

    @ren: thank you~ <333 maafkan kalo angst, akhir2 ini kebanyakan dengerin lagu galau XD;

    ReplyDelete
  8. Keren bgt, kk... Sy suka angst kok... *siapa yg tanya*
    Sukaaaaa banget sama pendalaman char nya. m(_ _)m

    ReplyDelete
  9. @mama-san
    mulai doang, belum beneran. you don't? lalu siapa yang mengarang fanfic ini? *gigit*

    ReplyDelete
  10. LOL This is the type of fic that the words wrote itself and the characters reacted on their own XDDDD; sort of XD

    ReplyDelete
  11. Mamaaaaaaaaaa!! *nangis terharu* Aku selalu suka fic macam begini!!! *sroooooottth!*

    ReplyDelete
  12. Terima kasiiiiih.

    Kau pilek, Sora? *kasih tisu dan shou*

    ReplyDelete
  13. Iya Mama... *ambil Shou, buang ingus di bajunya* *ditiban dgn sukacita*

    ReplyDelete
  14. ngarep lah, luuu~~!! XDDDD *timpuk Sora pake mic*

    ReplyDelete
  15. ...................................

    Dung dung dung....*melipir ke pojokan, menanam jamur & menggalau*

    Kei-chaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnn!!! ( ; __ ; )

    Apa salah satu mercenaries yg dikirim adalah si monyet besi?

    ReplyDelete
  16. *membantu kappa menanam jamur di pojokan*

    mungkin? Sally kan bisa diandalkan XD tapi tampaknya kali ini tidak karena Kubota masih idup XDDD;;

    ReplyDelete
  17. Selama ngarep belum dilarang Mama. *tangkap mic, kembalikan ke Shou*

    ReplyDelete
  18. Karena Kubota adalah Date Masamune!!!

    ReplyDelete
  19. Ya udah, dibunuh saja Kubota-nya.

    Akishin: WOOOOOII!!

    ReplyDelete
  20. Kalo gitu karena Kei-chan adalah Hiyoshi yang belum sukses meng-gekokujou Atobe-nya! *ngeles*

    ReplyDelete
  21. entah kenapa ini terdengar sangatlah mesum XDDDD

    ReplyDelete
  22. Apanyaaa yang mesuuuuuuuummmmmmmmmm XDDD

    ReplyDelete