Fandom: D2/Prince of Tennis Musical 2nd Season
Cast: Yamaguchi Kenki, Mitsuya Ryou, cameo Ogoe Yuuki
Rating: NC-17
Warning: BL, AU, OOC, NSFW
Disclaimer: I do not own anything and/or anyone. No profit gained. No harm intended.
Note: Untuk Icha.
Yuuki menyodorkan segelas susu hangat pada sepupunya dengan tampang khawatir. Mitsuya menggeleng dan bergumam kalau ia ingin kopi saja. Yuuki balas menggeleng.
"Micchi terlalu banyak minum kopi." Tukasnya pelan.
Mitsuya mendesah dan duduk melipat kaki sambil menyesap pelan susunya tanpa banyak komentar lagi. Yuuki menyodorkan setangkup sandwhich yang lagi-lagi disambut tanpa banyak bicara.
"Hari ini pulang kan?" Tanyanya setelah duduk di samping Mitsuya dan memeluknya hangat.
Mitsuya merebahkan kepalanya di bahu mungil sepupunya lalu mengangguk pelan. "Tapi belum telepon sama sekali."
Yuuki menepuk-nepuk pelan tengkuk Mitsuya, membiarkan sepupunya itu menyurukkan wajah ke lehernya dan mendesah pelan.
Mitsuya menggigit bibir. Sudah jam 11 malam dan Kenki masih juga belum memberi kabar. Nyaris dua minggu menemani ibunya ke Filipina karena ada sepupunya menikah. Email dan foto terus dikirim Kenki tanpa henti, termasuk foto-foto saat di pesta. Kenki yang mengenakan jas terlihat begitu tampan sampai Mitsuya nekat menelepon dan menghabiskan seluruh sisa pulsa teleponnya.
Tak usah ditanya kalau dia kangen sekali. Tak ada yang membangunkannya dengan tepukan pelan di bahu dan kecupan di pipi, tak ada yang membuatnya marah-marah karena candaan jahil, tak ada yang menemaninya nonton TV sampai larut, tak ada yang membantunya mengerjakan PR, tak ada senyum ramah yang menyambutnya kalau ia menoleh, dan seribu satu alasan lainnya.
Mitsuya sampai berkali-kali memastikan kalau tanggal hari ini sama dengan tanggal yang disebut Kenki dalam emailnya tentang kapan ia akan pulang ke Jepang. Lebih tepatnya ke Tokyo karena pemuda itu tetap harus mengantar ibunya dulu ke Aichi.
Tapi sejak semalam tak ada pesan, email atau telepon dari tunangannya itu dan Mitsuya cemas. Mata dan telinganya terus-terusan bergeming dari berita di TV atau radio. Tak ada berita kecelakaan di manapun di seluruh dunia.
Jadi, ke mana Yamaguchi Kenki brengsek itu? Rutuk Mitsuya dalam hati seraya melempar bantal ke dinding.
Mitsuya sudah mengantuk sekali dan Yuuki yang tadinya mau menemani sudah menyerah sejak setengah jam yang lalu. Tapi ia belum mau tidur. Sambil menggerutu, pemuda cantik itu memutuskan untuk membuat kopi saja. Toh besok tak ada latihan pagi.
Baru saja menjulurkan kakinya turun dari tempat tidur, telinganya menangkap suara mobil mendekat dan berhenti di depan rumah. Tanpa ambil pusing untuk mengintip dari jendela, Mitsuya melesat turun.
Tanah yang sedikit basah karena hujan tadi sore terasa dingin di kakinya yang tak beralas. Mitsuya tak peduli, terus berlari ke arah sosok yang baru saja menjulurkan badan keluar dari kursi pengemudi dan berhenti tepat di depan sosok itu. Matanya yang besar melotot seraya kedua lengannya berkacak pinggang.
"Yamaguchi Kenki, sebaiknya kau punya alasan yang baik kenapa tak menelepon atau mengirim pesan sama sekali sampai aku nyaris saja berpikir pesawatmu jatuh dan saat ini kau tenggelam di dasar Laut Cina Selatan!"
Kenki tampak bingung lalu menjulurkan lidah. "Maaf. Memang ada alasannya kok." Ujarnya sambil menutup pintu mobil dan berdiri menyandarkan punggung ke sisi mobilnya.
Mitsuya mengangkat alis.
"Pertama, semalaman aku sibuk membantu ibuku mengepak barang. Titipan dan oleh-olehnya banyak sekali. Kedua, aku bersumpah aku memang ingin meneleponmu sebelum boarding. Ketiga, sayangnya aku ketiduran tanpa mengecharge ponselku. Keempat, aku ditahan untu makan malam di rumah dan diajak ngobrol sama Ayah." Jelas Kenki dengan santai, seolah tak merasa terancam dengan wajah galak tapi cantik di hadapannya.
Mitsuya menyilangkan lengan di depan dada. "Lalu setibanya di sini juga tak ambil pusing untuk meneleponku?"
Mulut Kenki terbuka lalu tertutup lagi kemudian membentuk cengir kuda. "Umh...aku lupa?"
"Kenki!" Mitsuya menyentakkan satu kakinya ke tanah.
"Maaf. Toh aku sudah di sini kan?" Kenki melangkah maju.
Mitsuya menjauh dengan kesal. "Jangan harap aku akan membiarkanmu masuk ke dalam rumah. Pulang sana!"
Kenki mengangkat alis, terlihat ingin sekali tertawa. "Kok begitu? Tak kangen padaku?"
"Siapa yang kangen sama orang brengsek sepertimu?" Tukas Mitsuya cepat. Kakinya melangkah mundur karena Kenki mendekat lagi.
"Aku kan tak bermaksud membuatmu khawatir." Ujar Kenki sambil meraih tangan Mitsuya dan menggenggam erat.
Mitsuya berusaha menyentak lepas tangannya. "Tapi aku sudah khawatir tahu! Menyebalkan sekali sih jadi orang. Lepaskan tanganku!"
Seolah tuli, Kenki malah menarik lengan putih itu sekuat tenaga sampai ia bisa menangkap tubuh ramping Mitsuya dalam pelukannya. Mitsuya menatapnya dengan galak. Kenki tersenyum tulus. "Gomen. Hontou ni gomen."
"Pembohong."
"Mana pernah?"
Mitsuya memukul dadanya dengan keras. "Aku serius!"
"Aku juga." Dipeluknya Mitsuya seerat mungkin sampai pemuda cantik itu tak bisa bergerak. "Aku benar-benar menyesal membuatmu khawatir. Tapi sekarang aku di sini kan?" Suaranya berangsur memelan dan berubah menjadi bisikan tepat di sisi telinga Mitsuya. "Gomen. Aku tak berpikir untuk meneleponmu setibanya di Tokyo karena aku hanya berpikir untuk menemuimu secepatnya."
Mitsuya mengerutkan kening meski wajahnya bersemu merah. "Tapi aku khawatir sekali." Ulangnya.
"Aku tahu. Maafkan aku ya." Bisik Kenki, membawa wajahnya begitu dekat dengan wajah Mitsuya sampai Mitsuya bisa merasakan hembusan nafasnya yang hangat membelai pipinya. Ujung hidungnya menyentuh lembut ujung hidung Mitsuya lalu bergerak pelan ke bibir Mitsuya. Kepalanya bergerak lagi, mendekatkan bibir mereka hingga hanya berjarak satu helaan nafas.
Mitsuya menutup mata dan menarik nafas tajam saat bibir Kenki menekan lembut bibirnya. Instingnya langsung mengambil alih dan kedua lengannya melingkar posesif di pundak Kenki. Sedetik kemudian, kecupan lembut pun berubah menjadi ciuman yang dalam dan penuh hasrat. Rindu ingin bertemu, kesal karena khawatir dan lain-lainnya bercampur jadi satu. Kenki memeluk pinggang Mitsuya dengan begitu eratnya sampai ia nyaris saja mengangkat Mitsuya dari atas tanah.
"Ya Tuhan, aku kangen sekali." Bisik Kenki dengan parau.
Mitsuya tak menjawab, merengkuh tengkuk Kenki dan menariknya untuk dicium lagi. Kenki menggeram dan Mitsuya mengerang pelan. Bagian bawah tubuh mereka bereaksi dengan cepat dan Mitsuya bersyukur ia mengenakan piyama. Kalau tidak, rasanya pasti sudah menyiksa sekali. Seperti yang dialami Kenki. Pemuda itu menggeram lagi, melepaskan bibirnya dengan tak rela dan menggerungkan sesuatu yang seperti usul kalau mereka harus masuk ke dalam rumah kalau tak mau dituduh berlaku tak senonoh di depan umum.
Mitsuya berjingkat pelan kembali ke tempat tidur dan menyandarkan punggungnya ke dada Kenki yang langsung melingkarkan lengan ke pinggang pemuda cantik itu. Kenki menusukkan hidungnya ke sela-sela helaian rambut Mitsuya yang sedikit lembab.
“Yuuki-chan bangun?” bisiknya pelan.
Mitsuya berjengit geli, meneguk air putih dari gelas yang dibawanya lalu menggeleng. “Tidak. Dengkurannya keras sekali. Mungkin capek karena tadi ikut menemaniku menunggu Kenki.”
Kenki mengecup pundak Mitsuya, alisnya terangkat. “Serius menungguku ya?”
Mitsuya mendengus dan memutar matanya. Kenki melirik ke atas, masih sibuk mengecupi kulit Mitsuya yang hangat. Aroma tubuhnya yang khas menggelitik hidung Kenki dan pemuda itu menikmatinya dengan rakus. Bibir dan hidungnya bergantian menyentuh sepanjang garis pundak dan leher yang jenjang. Masih sedikit lembab karena permainan cinta mereka sebelumnya. Diliriknya bibir Mitsuya yang masih agak bengkak kemerahan karena terlalu sering digigit dan berciuman dengan Kenki agar suara mereka tak terdengar keluar kamar. Kenki harus mengakui kalau Mitsuya yang mati-matian tak menimbulkan banyak suara saat sedang bercumbu dengannya justru malah terlihat seksi sekali dan dia makin bersemangat karenanya.
Diambilnya gelas dari tangan Mitsuya untuk disingkirkan ke meja di samping tempat tidur dan direngkuhnya tubuh tunangannya sampai Mitsuya berbaring nyaman di atasnya. Sepasang mata Mitsuya yang besar dan cantik itu mengerjap pelan, menatap Kenki dari balik bulu matanya dan Kenki merasa begitu puas melihat perasaan sayang di dalam pandangan Mitsuya. Sambil tersenyum lembut, Kenki mengecup masing-masing kelopak mata Mitsuya, lalu keningnya dan mengecup lembut sepasang bibir kemerahan itu.
Mitsuya pun tersenyum, meski agak tersipu. Kedua lengannya menyentuh pundak Kenki dan ibu jarinya mengusap lembut. Tubuhnya masih begitu sensitif dan percikan-percikan nikmat itu kembali menjalari sekujur tubuhnya.
“Aku kangen sekali,” bisiknya sebelum mencium Kenki. Tak bermaksud untuk terdengar manja tapi begitulah yang dirasakannya dan saat ini Mitsuya sedang tak ingin menutupi perasaannya.
Kenki mengusap lengan Mitsuya dengan sayang. “Aku juga. Kangen sekali. Tahu tidak, waktu Micchi meneleponku itu, aku sudah ingin pulang saja. Tapi aku bisa ditebas Ibu kalau berani.” Pemuda itu tertawa pelan.
Mitsuya ikut tertawa meski tak berkata apapun. Direbahkannya kepalanya ke pundak Kenki, menikmati irama pelan nafas tunangannya dan detak jantungnya yang berdetum pelan. Rasanya nyaman sekali dan Mitsuya benar-benar rindu berada sedekat ini dengan Kenki. Dirasakannya Kenki menggenggam tangannya dan mengecup lembut tiap buku jari Mitsuya dengan penuh perasaan. Mitsuya mendongak, tersenyum sekilas pada pemuda itu lalu merunduk untuk mengecup dada Kenki.
Kenki mendesah. Dikecupnya sekali lagi jemari Mitsuya sebelum dilepaskan dan membiarkan Mitsuya menghujani dada dan perutnya dengan kecupan-kecupan ringan. Tentu saja ia juga merindukan ini. Mitsuya yang mengambil inisiatif adalah sesuatu yang jarang terjadi dan Kenki sama sekali bukan tipe orang yang suka mengeluh.
Helai rambut Mitsuya menggelitik perutnya dan Kenki menggeliat pelan. Nafasnya mulai memburu lagi seiring dengan Mitsuya yang bergerak makin ke bawah. Kenki pun bisa merasakan kemaluannya pun kembali melonjak hidup. Mitsuya beringsut, sedikit tersipu melihat hasil perbuatannya dan mengangkat tubuhnya untuk mencium Kenki, memagut pelan lalu kembali bergerak turun mengincar tonjolan di dada Kenki dan membuat tunangannya itu menarik nafas tajam.
Mitsuya mengatupkan bibirnya di sekeliling tonjolan mungil itu. Lidahnya terjulur menjentik dan menggoda dengan pelan. Satu tangannya menjangkau tonjolan yang lain, menjepit dan menarik lembut dengan telunjuk dan ibu jarinya. Kenki melengkungkan punggungnya, bernafas dengan sangat cepat dan sesekali menggeram pelan.
“Oh.” Kenki nyaris saja kelepasan mengerang keras saat Mitsuya bergerak turun lagi dan mulai mencumbu Kenki dengan bibir dan lidahnya yang terasa seperti surga. Kenki menyelipkan jemari ke dalam helai rambut kecoklatan Mitsuya dan menekan pelan, memberi petunjuk pada tunangannya itu di mana ia ingin disentuh. Sebenarnya ia tak perlu melakukan itu karena Mitsuya sudah mengenal tubuh Kenki sebaik Kenki mengenal tubuh tunangannya. Kenki beringsut, membuka kakinya lebih lebar agar Mitsuya lebih leluasa bergerak. Ia tak kuasa menutup mata karena pemandangan di hadapannya begitu seksi: menyaksikan bagian tubuhnya yang paling intim tertelan mulut Mitsuya, bibir Mitsuya yang kemerahan dan basah di sekeliling tubuhnya, lidahnya yang juga kemerahan sesekali terjulur untuk menjilat dan kepalanya yang cantik itu bergerak naik turun dalam satu irama yang nyaris membuat Kenki gila karena hasrat dan nikmat yang berlipat-lipat.
Tak tahan, Kenki menyelipkan tangannya ke bawah lengan Mitsuya dan menariknya dengan keras. Mitsuya berseru kaget dan masih berusaha memahami apa yang terjadi saat menyadari ia sudah berbaring telungkup dan merasakan berat badan Kenki di atasnya. Pemuda cantik itu menoleh dan disambut oleh bibir Kenki yang menciumnya dalam-dalam. Mitsuya hanya sanggup bergumam dan mengerang ke dalam ciuman mereka, terutama saat dirasakannya ujung kemaluan Kenki menekan jalan masuk tubuhnya. Mitsuya mendesah, mengaitkan jemarinya dengan jari-jari Kenki dengan erat seraya mengangkat pinggulnya sedikit. Gerakan itu cukup bagi Kenki untuk menekan masuk dalam satu hentakan panjang dan cepat. Nafasnya tercekat dan Mitsuya menggigit bibir kuat-kuat.
Kenki tak membuang waktu untuk bergerak dan tubuh mereka pun dengan cepat menemukan irama gerak yang familiar. Desah nafas yang memburu, erangan tertahan, bunyi hentakan tubuh dan derit lirih tempat tidur memenuhi kamar yang tak begitu besar itu.
Kenki menyurukkan wajahnya ke samping wajah Mitsuya, berusaha menatap mata kekasihnya di sela pandangan yang berkabut dan tak fokus. Mata Mitsuya yang terpejam perlahan terbuka, seolah tahu ia sedang diperhatikan. Sepasang mata cantik itu mengerjap dan pandangan mereka terkunci untuk beberapa detik sebelum Mitsuya membenamkan wajah ke dalam bantal untuk mengerang karena Kenki menghentak dengan cepat dan keras tepat di titik sensitifnya. Kenki mengecup pundak Mitsuya dan beringsut sedikit, mencari sudut yang ia tahu akan dengan cepat membawa mereka ke puncak kenikmatan itu. Tubuh Mitsuya menggelinjang di bawahnya dan telinga Kenki samar menangkap namanya disebut. Mungkin juga ia salah dengar, Kenki tak tahu pasti. Saat dirasakannya tubuh Mitsuya mengejang dan bertaut di bawahnya, Kenki melesakkan giginya ke lekuk antara leher dan pundak tunangannya, ikut melepaskan kendali dirinya dan menyambut gelombang kenikmatan itu menyapu sekujur tubuhnya.
Masih terengah, Mitsuya berusaha menarik nafas beberapa kali untuk mengembalikan irama nafasnya. Berat tubuh Kenki mulai terasa menekan dadanya dengan tak nyaman tapi ia sama sekali tak protes. Dengan susah payah, ia menoleh dan mengecup pipi pemuda itu. Kenki tertawa pelan, membalas dengan kecupan yang sama. Ia sungguh belum ingin menjauh dari tunangannya itu, tapi ia juga tak ingin membuat Mitsuya merasa tak nyaman. Ia menggeram pelan saat menarik tubuhnya keluar dengan perlahan dan Mitsuya mengerang pelan. Kenki mendesah keras seraya berbaring miring dan menyambut Mitsuya yang memutar tubuhnya. Ditariknya pemuda itu ke dalam pelukannya dan dikecupnya kening Mitsuya yang basah.
“Micchi hebat, deh.”
Mitsuya tertawa. “Bilang lagi begitu dan aku akan melukaimu.” Ancamnya sambil mencubit lengan Kenki.
Kenki terbahak sambil mengaduh. “Kasar sekali sih. Sudah tak sayang lagi padaku ya?”
Mitsuya menggigit ujung hidung tunangannya. “Kapan aku pernah sayang padamu?”
“Benar juga. Aku kan dimarahi terus ya.” Kenki nyengir.
Mitsuya mengangguk. “Benar. Mana bisa aku sayang sama orang yang kerjanya membuatku kesal dan khawatir.” Sudut bibirnya terangkat.
Kenki mengangkat alis dan mengecup sudut bibir Mitsuya. “Hmm... aku mengerti. Selama ini Micchi kesal sekali sampai tak bisa mengusirku pergi dan tak bisa membiarkanku sendirian kan?”
Mitsuya tertawa, membalas ciuman Kenki dengan antusias. “Benar sekali. Dasar menyebalkan.”
Kenki mengecupnya sekali lagi. “Aishiteru yo.”
Mitsuya tersenyum manis dan Kenki tahu ia tak butuh jawaban.
Hiiiihhh~! HIIIIIIIIHHHHHHHH~!!! *misuh misuh ga jelas sambil gigit bantal*
ReplyDelete*kabur makan*
Komentar MACAM APA INI, TANUKIIIIIIIIIII??? XDDDDDD *tiban*
ReplyDelete*mengeluarkan suara squeaking yang memalukan di ruangan kantor*
ReplyDeleteAkjhbnoljmPIAJspioJAsAShUIASAHYsigh dan gue makin gak bisa milih 6 foto Micchi yang paling gue suka buat meme itu. XDDDD
IYAAAAAAAAA~N (*ノ`v´)ノ♥♥♥♥ KORE DESHOUUUUUUUUUUUUUUUUUU!!! *teriak keras-keras pakai mic*
ReplyDeleteyappari kedua monyet ini ya, aduh, aduuuhhh....muka gue, muka gue.
Gue ingin sekali mendengar lu squeaking itu XDDD
ReplyDeleteYANG PAKE BAJU PUTIIIIIIIIIIH~ YANG DIFOTO KENKI, YANG BARENG KENKI & YUKKI, YANG MAU NYIUM KENKI~
THERE! XDDDD
nanti tetangga heboh~
ReplyDelete*sundul Nei*
HABISNYA! *cemberut*
ReplyDeleteAku tau rasanya ngangenin orang sampe segitunya. :|
Asdfghjkjhfdsa demi cintaku pada mama-san, kubaca juga stensilan ini. Mama-san aku minta kompensasi! *dipaketin ke telaga kappa*
ReplyDeleteBakappuru dua ini... Icha icha shisugi!! XDDD tapi percakapan yang terakhir itu manis dan fuwafuwa walo tetep aja pamer mesra gitu. Riajuu sialaaaaan XD
Iiiih~ *kasih totat*
ReplyDeleteAh, Koharu~ *cubit gemas pipinya*
ReplyDeleteKau mau kompensasi apa, Tacc? *pitain kappa trus paketin ke rumah tacchin*
Mereka ada memang untuk bikin iri kok XD
*kerikitin totat*
ReplyDeleteKenapa harus pipikuuuuu? XD
ReplyDeleteKappa... Berpita... (* °Д °) *ngebayangin* jyodan! XD
Cih, bikin geregetan aja dua orang ini. Coba sekali2 ada konflik apaaa gitu *dibanting*
Karena pipimu tampak empuuuuuuk~ Jadi, mau kucubit atau kumamam? *gyay*
ReplyDeletePingin sekali bikin mereka berkonflik tapi belum tau apaaaa~
Kyaan! Aku dipaketin! *hidung diangkat tinggi*
ReplyDeleteKe..., Kenki... Senangnya ada yg ngangenin dan bisa fuwafuwa begitu...
Aku iriiriiriiri~..., tapi... Gyaaa ini manis sekali*berguling*
Ah, & kini Koharu sudah dewasa, sedewasa Kenya RPnya
*paketin hidungnya aja*
ReplyDeleteKan Kenki-nya juga kangen sama monyet cantiknyaaa XD *dorong2 Riri*
wuah panjang! sev dolo ah tante! XD
ReplyDelete