Thursday, June 23, 2011

[fanfic] Coping Mechanism

Fandom: Kamen Rider Decade/Samurai Sentai Shinkenger/Prince of Tennis Musical 2nd Season
Cast: Inoue Masahiro, Matsuzaka Tori, Aoki Tsunenori, Akazawa Tomoru
Rating: PG-13
Warning: BL, AU, OOC
Disclaimer: All respective agency offices. I do not own anyone/anything. No harm intended. No profit gained.
Note: Bosan. Ngantuk. Maaf gejeh.



Kenyataan bahwa Tsune punya pacar, cukup membuat Masahiro terperangah. Kenyataan bahwa Tsune punya pacar bertampang sangat imut dan mereka berhubungan jarak jauh selama 2 tahun terakhir, membuat pemuda jangkung itu tak bisa berkata apa-apa dan  malah menatap curiga pada sepupunya itu. Tsune memang bukan mantan playboy seperti dirinya tapi Masahiro harus mengakui dengan berat hati kalau sepupunya itu pun punya tingkat popularitas yang tak kalah tinggi dengannya. Ditambah lagi, Masahiro tak pernah percaya konsep hubungan jarak jauh. Yang ada di depan mata saja harus susah payah dijaga dan tak bertemu Tori beberapa hari saja sudah membuatnya resah luar biasa.

Kalau diperhatikan lagi, sepertinya Tsune memang tak bohong. Karena, meskipun Tomoru tampak sedikit malu-malu, genggaman tangan mereka tampak sangat mesra dan Masahiro mengenal dengan baik tatapan mata Tsune saat memandang Tomoru. Apalagi kalau diperhatikan dari cara Tsune yang selalu menempatkan dirinya tepat di sebelah Tomoru -yang kemudian Masahiro tahu itu bukan sekedar karena ingin berdekatan tapi juga karena Tomoru cukup ceroboh dan gampang tersandung atau menjatuhkan sesuatu- mengingatkan Masahiro pada Tori yang selalu mengawasi dan mengomelinya kalau Masahiro cuek atau sembarangan mengerjakan sesuatu.

Tapi perhatiannya saat ini tertuju pada Tori yang langsung akrab dengan pacar sepupunya itu. Bukan sesuatu yang aneh, tentu saja. Tori memang begitu. Suka yang lucu-lucu, selalu baik dan ramah pada siapapun. Tomoru pun tampaknya menyambut Tori dengan baik (atau mungkin ia berpikir kalau Tori toh akan jadi bagian keluarga Keigo jadi dia harus bermanis-manis? Entahlah). 

Masahiro menumpukan lutut kanannya di atas lutut yang kiri, pura-pura sibuk berkutat dengan iPhone-nya sembari sesekali mencuri pandang ke arah Tori dan Tomoru yang sedang heboh sendiri di depan salad bar. Beberapa pengunjung restoran termasuk beberapa pelayan pun memperhatikan dokter tampan dan pemuda manis itu berdiri bersisian, memilih campuran isi salad. Sampai tak sengaja matanya menangkap pandangan Tsune yang duduk di seberangnya dan Masahiro hanya melotot lalu melengos.

“Kau memperhatikan yang mana?” Cengir Tsune.

“Apa maksudmu ‘memperhatikan yang mana’?” tukas Masahiro, agak tersinggung.

Tsune menjulurkan lidah. “Aku masih belum lupa kalau kau ini playboy loh.”

“Berisik.” Masahiro melengos seraya menggembungkan pipinya. “Itu kan dulu.” Gerutunya tak jelas.

Tsune terbahak. Kepala manggut-manggut dengan gaya sok mengerti. “Aku tahu. Wajar sih. Matsuzaka-sensei seksi sekali, sih.”

“Oi!”

“Apa? Aku kan cuma mengatakan kenyataan.” Balas Tsune sambil mengedikkan bahu. “Memangnya kau tak mau mengakui kalau calonmu itu luar biasa menggoda ya?”

Masahiro melipirkan matanya ke samping. “Aku kelimpungan gara-gara itu, tahu.”

Tsune mengangkat alis. “Banyak saingan?”

Dengan berat hati, Masahiro mengangguk. “Tak banyak, tapi berat. Kau lihat sendiri tingkahnya. Terlalu baik, terlalu ramah, terlalu mudah percaya pada orang. Tentu saja jadi banyak yang melirik.”

Tsune tertawa mendengar rajukan sepupunya itu. “Yah, sudah kuduga sih.”

“Iya kan? Makanya aku penasaran.” ujar Masahiro, akhirnya meletakkan iPhone-nya di atas meja di depan mereka. “Kau benar-benar sudah pacaran dengan Akazawa-kun selama itu? Dua tahun?”

Tsune mengangkat dan menggerakkan telunjuknya. “Dua setengah tahun.”

Whatever.” Masahiro mengibaskan tangannya tak peduli. “Benar?”

“Aku tak mengerti maksudmu.” Tsune terkekeh. “Tentu saja aku benar-benar pacaran dengan Tomoru. Memangnya kau pikir apa? Dia pacarku kalau aku sedang di Jepang saja dan kalau aku kembali ke Amerika aku jadi pria lajang lagi, begitu?”

Masahiro mengedikkan bahunya. “Siapa tahu kan?”

Komentarnya itu dibalas dengan sedotan melayang tepat ke dahinya. “Sekali lagi kubilang ya. Aku bukan kamu. Sembarangan saja bicara. Aku pulang saja ke Amerika nih. Terserah kau mau kelimpungan dengan pernikahanmu.”

Pemuda jangkung itu berdecak sebal. “Aku kan cuma memastikan. Kalau memang benar begitu, aku penasaran kenapa kau bisa tahan.”

“Bilang saja begitu kenapa sih?” Tsune mengerutkan alisnya. Matanya yang tajam memicing sejenak namun kemudian menatap sepupunya dengan pandangan geli bercampur sedikit bingung. “Tentu saja bukan hal mudah loh. Waktu memintanya untuk jadi pacarku pun itu keputusan yang agak mendadak dan nekat. Tapi aku sama sekali tak punya keinginan untuk melepasnya begitu saja waktu Tomoru akan kembali ke Jepang.”

Masahiro memajukan tubuhnya, mendengarkan dengan penuh minat. Tsune tersenyum miring dan mengetuk kening Masahiro. “Kami bicara semalam suntuk dan setuju untuk mencoba dulu. Dan kau lihat sendiri, kami masih pacaran sampai sekarang.”

Masahiro menatapnya dengan ragu. “Tidak ada cemburu? Khawatir? Kesal? Kangen?”

“Cemburu dan khawatir sih pasti. Tapi kalau dipikirkan nanti malah stress. Kau tahu aku kan? Mana suka aku berpikir yang susah-susah begitu.” Tsune tertawa renyah. “Dan kami selalu berusaha bertemu kalau ada kesempatan, kok. Lebih sering aku yang ke sini sih.”

“Hah? Kalau ke sini kenapa tak bilang-bilang?” Masahiro berseru kaget. “Aniki bisa ngamuk kalau tahu.”

“Makanya aku tidak memberitahu. Dan kau juga tak akan bilang apa-apa sama mereka, oke?” Kedua bola matanya yang berbeda warna menatap dengan tajam. Persis tatapan mata Kazuki dan Masahiro hanya bisa mengangguk patuh. “Aku hanya sempat pergi di akhir minggu dan kupikir kau pasti mengerti kalau aku hanya ingin melewatkannya dengan Tomoru kan?”

Masahiro mengangguk-angguk. Rasa penasarannya memang sudah mulai terpuaskan tapi tetap saja tuan muda yang manja itu tak mengerti. Mau bagaimanapun, ia tak akan sanggup berjauhan dengan Tori. Kepalanya selalu penuh dengan Tori hingga ia butuh waktu cukup lama untuk benar-benar bisa menyisihkan ruang untuk kakak-kakaknya, kuliah, pekerjaan dan hobinya. Itupun ia sama sekali tak bisa benar-benar tidak memikirkan Tori. Beberapa hari tak bertemu, ia resah. Seminggu tak bertemu, ia uring-uringan. Lebih dari itu, jangan harap orang berani macam-macam padanya.

Tsune mendenguskan tawanya. “Sudah puas?”

Masahiro meraih gelas iced lemon tea-nya. Baru saja akan menyahut lagi tapi Tori dan Tomoru sudah keburu kembali ke meja mereka. Masing-masing membawa dua mangkuk salad di tangannya. Tsune tersenyum saat Tomoru meletakkan semangkuk salad di hadapannya sambil berujar “Arigatou,” dengan lembut. Tomoru balas tersenyum dan langsung mengambil garpu dan sibuk mengunyah. 

Tori juga meletakkan semangkuk salad di hadapan Masahiro dan mengerutkan kening mendapati tunangannya itu menatap pasangan di hadapan mereka. Disikutnya pelan perut pemuda itu. “Ma-kun, tidak sopan.”

Masahiro merengut. “Memangnya tidak boleh?”

Tori merendahkan suaranya. “Tidak enak sama Tomoru-kun, loh. Nanti kalau dia jadi takut sama Ma-kun, aku tidak ikut-ikut ya.”

“Memangnya aku seseram itu?”

Tori malah tertawa pelan dan mencubit hidung pemuda itu dengan gemas. “Bukan cuma Ma-kun. Kubota-sensei, Katou-sensei, umh... Sainei-san tidak terlalu ya, sampai Tsunenori-kun juga begitu.” Masahiro menggembungkan pipinya tak terima dan Tori mengecup pipinya sekilas. “Lagipula kenapa memperhatikan mereka sampai sebegitunya sih?”

“Masahiro cuma ingin tahu kenapa aku dan Tomoru bisa awet padahal kami berjauhan.” Sahut Tsune yang ternyata mendengar pembicaraan mereka. Sebelah tangannya terangkat untuk merangkul pundak Tomoru. Mendengar itu, Masahiro mendelik dan buru-buru mengibaskan tangan. “Cuma ingin tahu.” kilahnya.

Tori mengangkat alis dan Tomoru pun mengangkat kepalanya, menatap Tsune dan Masahiro bergantian. “Tsune-kun bilang apa?” tanyanya penasaran. Tori ikut-ikutan mendekatkan wajahnya, menoleh penuh minat pada sang sepupu Keigo yang tampan itu. “Aku juga penasaran loh, Tsunenori-kun. Apa sih rahasianya?”

“Kenapa Tori juga ingin tahu sih?” protes Masahiro, berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Diam dong.” protes Tori, memukul pelan punggung tangan Masahiro.

Tsune tertawa, mengeratkan pelukannya di pundak Tomoru. Sepasang mata hitam-biru-nya berkilat jahil. “Berusaha percaya, usahakan bertemu kalau bisa, dan yang paling penting...” Tsune mengangkat sebelah alisnya tinggi-tinggi. “Phone sex. Lots and lots of phone sex.”

Sikut Tori tergelincir dari atas meja. Masahiro tersedak iced lemon tea-nya.

“Tsune-kun!”

45 comments:

  1. PHONE SEX!!!!

    ME WANTS SOME PHONE SEX!

    ReplyDelete
  2. Ma-kun, gak bisa ngapa ngapain ya kalau sudah urusan dg Tsune? lmao mengakulah kalah, bocchan. DAN ASTAGA YANG TERAKHIR ITU!! XDD
    HIDUP SEPUPU KEIGO!

    ReplyDelete
  3. .....................chigau yooo~~~ XD

    ReplyDelete
  4. nani ka chigau? *miringin kepala sok inosen*

    ReplyDelete
  5. huahahahah meskipun ini bukan perlombaan XD Padahal Ma-kun niatnya cuma pengen tahu aja tapi malah keslepet XDD

    ReplyDelete
  6. *merasa pantas2 saja*

    *pegang pipi goyang2*

    ReplyDelete
  7. Tak pantaaaaaaaassss *cubit pipinya sampe melar*

    ReplyDelete
  8. Sasuga..., keluarga Keigo XDDDDD~~~

    Aww..., Tori, Tomoru itu pasti enak pipinya untuk dipoke loh <3

    Tori itu tak hanya menggoda, Tsune, tapi emang mengundang....sadar atau pun tidak :P

    ReplyDelete
  9. Tapi gue gak kebayang pak nelayan phone sex sama Takuya XDDDD

    *poke2 pipinya Tsune*

    Celeng itu lama2 harus dipagerin kayanya XD Pasti waktu pertama ketemu sama Tsune juga kedip2 genit deh

    ReplyDelete
  10. Tori : "Kenapa gue gak tahu dari awal kalau ada yang lebih ganteng? CK!!"

    ReplyDelete
  11. LMAO dipagerin. Gw kebayangnya celeng beneran di kandang gitu.

    ReplyDelete
  12. lolol
    kebayang mukanya ma-kun abis keselek

    pasti dia langsung colek-colek tori minta ijin prakter kapan2 lol

    ReplyDelete
  13. Ma-kun ma Tori mah ngapain phone sex, wong tinggal ngegelundung sampe. X3

    ReplyDelete
  14. biar penyegaran gitu tan.. XDD

    ma-kun : *anggukangguksemangat*

    ReplyDelete
  15. Kalo nguping phone sex mereka pasti brasa denger drama cd, huehehe

    ReplyDelete
  16. kayaknya bakalan lebih seru daripada drama cd. Celengdebu kan suaranya gak nahan.

    ReplyDelete
  17. *guling-guling tengah malam* Aku... tidak kaget dgn yg terakhir itu... Benar2 Keigo!! Btw namanya bagus ya? Akazawa Tomoru. Aoki Tsunenori.

    ReplyDelete
  18. Iyaaaaaaaaaaaa! Bagus ya namanyaaaaaaaaaaaa

    ReplyDelete
  19. INISIALNYA DONG. Sama. *angkat dagu*

    ReplyDelete
  20. *woot*

    Memang jodoh *susut air mata haru*

    ReplyDelete
  21. Hahaha!! Iya!! Baru sadar! AT!! Memang jodooohhh!! Eh itu beneran matanya Tsune beda warna? *belum pernah liat wujut Tsune n Tomoru*

    ReplyDelete
  22. nggak sih.



    maap gue copas url poster. *dikemplang mama-san*

    ReplyDelete
  23. nggak sih.



    maap gue copas url poster. *dikemplang mama-san*

    ReplyDelete
  24. Aduuuh senyumnya Ena *buntelin bawa pulang*

    ReplyDelete
  25. Nggak sih. Itu cuma dikarang buat AU ini aja XDDD *disambit raket*

    ReplyDelete
  26. aduuuh..kukunya ena.. *menatap nista jari2 sendiri*

    ReplyDelete
  27. kalau soal kuku sih, lihat dulu kukunya Halu. XDDD

    ReplyDelete
  28. Ya ampun, sapi mini kok keriput kucel begitu *lmao*

    ReplyDelete
  29. Oh.

    *baru lihat*

    Tak bisa berkata-kata.


    Anoooo.... bo-boleh diculik?

    ReplyDelete
  30. grraaaaaa.....!!!
    *mutilasi jarinya implanin di jari sendiri*

    ReplyDelete
  31. Kau baru lihat mulusnya kuku si sapi gila ini??

    Mulus sekali yaa... *menerawang*

    ReplyDelete
  32. ini versi mata birunya, Sora. *dibuang jauh2*

    ReplyDelete
  33. *anggukangguk* even ini pertama kalinya gw liat wujut halu padahal fic pertama yg gw baca ttg bapaknya.. XDD

    ReplyDelete
  34. Ceritanya si Tsune ini turunan bule? *orang yg dah lama gak ngikutin AU world kalian*

    ReplyDelete