Fandom: samurai sentai shinkenger/kamen rider dcd/tenipuri the musical 2nd season/fujoshi kanojo
Cast: Wada Takuma, Daito Shunsuke, Matsuzaka Tori
Rating: PG
Warning: BL, AU, OOC
Disclaimer: I only own the plot
Note: panasnya hari iniiiiiiiiiii~ Nei, semoga cepet sembuh ya~
"Daito Shunsuke-san?"
Shunsuke mengalihkan perhatiannya dari layar iPad-nya, menghabiskan waktu menunggu teman makan siangnya untuk datang dengan mencerna sejumlah email berkaitan dengan sebuah kasus ditemani secangkir kopi. Matanya menangkap sesosok pria yang tersenyum ramah meski agak tak yakin. Berambut coklat gelap, berlesung pipi dan tampan sekali. Persis gambaran yang diberikan Tori padanya.
Pengacara muda itu buru-buru meletakkan iPad-nya dan berdiri sambil mengulurkan tangan. "Ah, Wada-sensei ya? Hajimemashite."
Takuma menyambut uluran tangan pria itu diiringi senyum lega karena tak salah orang. Dia sempat sedikit sebal karena Tori mengirim pesan kalau dia akan datang sedikit terlambat, "Jadi tolong temani Shunsuke dulu ya. Orangnya baik sekali, kok. Wada tak perlu khawatir." Takuma menggerutu karena seharusnya Tori tahu dia tak terlalu bisa beramah tamah dengan orang asing.
Shunsuke menunjuk kursi di seberangnya, mempersilakan Takuma duduk lalu mengangkat tangan untuk memanggil pelayan. "Sudah diberitahu Tori kalau dia akan terlambat?"
Takuma mengangguk. "Un. Dia juga bilang kalau Daito-san sudah menunggu dari tadi, jadi dia memintaku menemani Anda."
Shunsuke tertawa dan mengibaskan tangannya. "Tidak terlalu lama, kok. Baru setengah jam. Sensei tak perlu seformal itu, panggil nama saja tak apa-apa kok."
Takuma mengerjap. "Oh, baiklah. Shunsuke-san?"
"Hai, Takuma-san."
Takuma tersenyum. Sekilas teringat kisah Tori akan sebuah omiai dan seorang pria baik hati. Perhatian mereka teralih sejenak dengan pelayan yang datang membawa menu.
"Kurasa kita harus menunggu Matsuzaka sebelum pesan makanan ya? Nanti bisa ngomel kalau kita mulai duluan." Komentarnya sambil melewati daftar makanan dan berkonsentrasi pada deretan nama minuman.
Shunsuke terbahak. "Ternyata memang sejak dulu begitu ya?"
Takuma menyebutkan kalau ia ingin es kopi saja pada si pelayan yang mengangguk ramah dan berlalu pergi. "Oh, memang. Dulu dia suka berbagi makanan denganku, tapi langsung ngomel kalau makanannya habis."
"Ooh ya! Dia pernah marah padaku gara-gara aku menghabiskan coklat di dashboard mobilnya." Sahut Shunsuke.
"Deshou? Apalagi kalau coklatnya diberi Inoue-kun. Dia tak segan berbagi, tapi tak boleh dihabiskan." Takuma mendengus.
Shunsuke tertawa. "Yap. Dia ngomel panjang lebar sampai aku setuju membelikannya tiramisu dari toko kecil di dekat stasiun itu."
"La Petite?" Takuma mengangkat alis. " Oh, aku tak terlalu suka makanan manis tapi harus kuakui kalau kue-kuenya enak juga."
"Tak suka makanan manis? Kenapa?"
Takuma nyengir. "Aku dokter gigi."
"Ah." Shunsuke mengangguk-angguk. "Karena itu Takuma-san mengelilingi diri dengan yang manis lainnya?"
"Ha?"
Shunsuke meleletkan lidah. "Maaf. Tapi Tori bilang kalau pacar Takuma-san manis sekali dan harus diakui kalau Tori kan juga manis."
Takuma mengernyit. "Matsuzaka brengsek. Usil sekali sih cerita-cerita seperti itu."
Shunsuke mengibaskan tangan. "Aku tak keberatan, kok. Kurasa kita akan banyak bertemu setelah ini kan? Jadi aku ingin tahu seperti apa sahabat Tori."
"Sementara dia tak cerita apa-apa tentangmu, Shunsuke-san. Sopan sekali." Cibirnya.
"Masa? Juga tak cerita soal omiai itu?"
"Oh, itu sih aku tahu. Maksudku, aku tak terima dia cerita hal-hal memalukan tentang aku seperti itu."
Shunsuke mengangkat tangannya. "Sama sekali tidak. Mungkin wajar saja ya. Akhir-akhir ini aku jarang bertemu dengannya, mungkin saja dia jadi tak berpikir untuk bercerita." Pengacara itu mengedikkan bahu.
Takuma menyesap minumannya yang baru saja diantarkan. "Hmm, jarang bertemu?"
Shunsuke menggaruk ujung hidungnya, sekilas tampak agak tersipu. "Yah, kebetulan sedang banyak kasus yang harus ditangani dan umh... aku punya pacar."
Dokter gigi tampan itu mengangguk-angguk maklum. Kalau saja ia dan Tori tak sama-sama bekerja di Keigo, mungkin ia juga akan jarang bertemu Tori. Hanya saja mereka sudah berjanji dan jujur saja, Takuma masih sedikit khawatir.
"Takuma-san."
"Ya?"
"Ini pertanyaan aneh, tapi aku penasaran dan Takuma-san sudah kenal Tori sejak lama..."
Takuma tertawa kecil. "Pasti soal Inoue-kun ya?"
"Tertebak sekali ya? Yah, maksudku, kalau dilihat sekilas, mereka kan berbeda sekali. Setelah kenal Tori, aku jadi penasaran. Apa memang tipenya sejak dulu selalu yang seperti Inoue-kun?"
Takuma menyandarkan punggungnya. Ditatapnya teman Tori itu sejenak lalu tersenyum. "Boleh percaya atau tidak, sama sekali berbeda. Pacarnya yang dulu setahun lebih tua darinya. Cukup mapan, kalau tak salah ingat, sangat tenang dan tak banyak bicara. Yah, bisa dibilang kebalikan sekali dengan Inoue-kun. Dan ternyata bajingan kelas berat."
Shunsuke terdiam. "Dia membuat Tori menangis?"
"Dan nyaris bunuh diri."
Shunsuke membelalakan mata tak percaya.
"Bercanda. Tidak, kok. Tapi dia hancur sekali. Mungkin kau tak tahu ini, tapi Matsuzaka tak bisa menghadapi perpisahan dengan baik. Dia menjaga segala sesuatu yang ada di sekitarnya baik-baik dan memastikan kalau dia tak akan pernah berpisah dengan apapun itu, terutama kalau dia sayang sekali dengan sesuatu itu."
"Yah, aku tak tahu itu. Separah itu? Dan karena itu juga Takuma-san tetap ada di dekat Tori?"
Takuma mengangguk. "Bedanya hanya aku melakukannya tanpa perlu diminta."
Shunsuke mengangguk-angguk. Ekspresi Takuma berubah selama ia bicara dan ada rasa sayang begitu dalam yang ditangkap Shunsuke. Tapi ia tak ingin bertanya. Bukan urusannya. Karena itu ia tersenyum dan menyesap kopinya lagi. "Apapun yang terbaik untuk Tori ya?"
Takuma mengangguk setuju. Ia mengerti sekarang kenapa Tori cepat akrab dengan pria ini. Ia bisa mengerti Tori dengan cepat dan memahami dengan baik. Seandainya saja Tori tak keburu jatuh cinta setengah mati pada Masahiro, Takuma yakin Shunsuke punya kesempatan yang sangat besar untuk mendapatkan sahabatnya itu. Yah, mau bagaimana lagi? Selogis apapun akal sehat manusia, tetap saja yang namanya hati, siapa yang bisa benar-benar tahu?
Shunsuke tersenyum kecil. "Aku tidak menyesali apapun, loh, Takuma-san. Aku senang kalau dia bahagia."
Takuma mengerjap sesaat lalu terkekeh malu. "Ya ampun, wajahku sebegitu mudahnya dibaca ya?"
Shunsuke mengedikkan bahu lalu menggosok-gosok telapak tangannya. "Baiklah. Mari membicarakan yang lebih penting saja. Tori sudah cerita apa saja soal persiapan pernikahannya?"
"Mari, mari." Takuma menegakkan tubuhnya dan menjangkau ke dalam tasnya untuk mengambil agenda-nya. "Matsuzaka sih hanya cerita singkat tapi katanya mereka ingin menikah di musim gugur nanti. Sok romantis sekali ya?" Shunsuke tertawa menanggapi. "Lalu, umh, hari ini dia menemui perancang pakaian. Dekorasinya aku dengar Micchi yang akan menangani,"
"Siapa?"
"Oh, maaf. Mitsuya Ryou, sepupu pacarku."
"Oh, baiklah."
Takuma melanjutkan, "Hmm, apa lagi ya? Kau sudah diperlihatkan daftar undangannya? Oke, berarti tinggal mencari percetakan. Lalu, eh, baru itu saja."
"Aku bawa beberapa pamflet tempat resepsi. Tori bilang dia tak ingin yang terlalu mewah jadi agak sulit juga mencarinya. Ngomong-ngomong, apa kita juga harus mengepas baju?"
Takuma memiringkan kepalanya. "Entah. Biasanya begitu kan? Kupikir kita tak bisa membicarakan ini berdua saja ya? Pemeran utamanya harus ada juga. Ke mana sih dia?"
Shunsuke mengecek handphone-nya. Tak ada pesan lagi dari Tori. "Mungkin ngobrolnya asyik." Simpulnya.
"Yah, lumayan. Orangnya menarik juga."
Kedua pria itu menoleh pada obyek obrolan mereka yang mendadak sudah muncul dan duduk di sebelah Shunsuke sambil mendesah dan tanpa malu-malu menyesap es kopi milik Takuma. Shunsuke memutar tubuhnya menghadap Tori.
"Lancar?"
Tori menggerakkan pundaknya. "Begitulah."
Alis tebal Shunsuke terangkat naik. "Begitulah?" Dia tertawa. "Yang benar, dong. Kalau kau ternyata tak suka dan tak bilang dari sekarang nanti repot loh."
Tori merengut. "Aku lapar."
"Sudah kuduga." Tukas Takuma dan mengangkat tangannya untuk memanggil pelayan. "Ya sudah. Kita makan dulu saja."
Shunsuke mencubit pipi Tori dengan gemas dan dibalas Tori dengan meninju lengannya dengan sebal. "Apa sih? Aku lapar, nih."
"Hai, hai." Shunsuke membuka-buka menu yang disodorkan pelayan dan mulai menyebutkan pesanannya, disela berkali-kali oleh Tori yang ingin menambah ini dan itu.
"Keluarkan potato wedges-nya dulu ya." Tori memesan pada si pelayan dan dijawab dengan anggukan mantab. Sesaat kemudian dokter itu sibuk berkutat dengan iPhone-nya karena Masahiro meneleponnya berkali-kali dan Tori mengirim pesan bernada setengah mengancam kalau pemuda itu tak berkonsentrasi pada jalanan dan langsung pulang untuk tidur, dia akan membatalkan acara mereka nanti malam.
Tori mendesah, melepas jaketnya dan menyisir rambutnya dengan tangan. Matanya mengerjap tak mengerti pada dua temannya yang menatapnya sambil tersenyum-senyum.
"Apa sih? Kenapa memandangku begitu? Ada sesuatu di wajahku?"
"Kawaii ne." Komentar Shunsuke sambil menyesap kopinya.
"Chou kawaii." Takuma menyetujui.
"Ha?"
-end-
Gw pengen liat Sensei dikerjain dua orang ini! :D :D :D
ReplyDeleteIh ih alistebel bertemu kuma. Entah kenapa ingin guling2 gemas. X3
...Terus gue cengengesan. *ROFLMAO*
ReplyDeletePasti senyumnya begini ya?
Ciiiiih, beruntungnya dirimu, Tori, dikelilingi makhluk2 cakep dan baik hati begini. *sirik*
Loh loh best mannya Ma-kun belom ya? XD
ReplyDeleteKalau Ma-kun nanti, Kimi-chan dan ini ya?
ReplyDeleteXDDD
Aduh, Kumaaaaaaaa *hearts*
ReplyDeleteIya, senyumnya begituuuuuuu <333
LOLOL kerjainnya diapain ya~ *mikir* #loh
Iya, bestmen-nya Ma-kun nanti Kimi-chan sama Tsune. Ini kalo bestmen-nya ngumpul kayanya rusuh deh XDDD
Oi, gw cengar cengir tapi tak mesum di tengah2 foodcourt LOL
ReplyDelete2 orang ini kenapa manis sekali? *berguling2*
Aku tak percaya dengan penekananmu itu, kappa. Kau kan sama kaya Icha *tindih*
ReplyDeleteTori: jadi aku tak manis? *gembungin pipi*
Kali ini aku tak suka. PIH. APA-APAAN CELENGDEBU!! TEMANNYA GANTENG-GANTENG BEGITU. PIH. PIH. Trus ya, teman-temannya ini dua-duanya baik hati dan sayang sama Tori graaaaa graaaaaa!!! *cakar-cakar tembok*
ReplyDeleteboleh bikin yang Kimi-chan dan Tsune? Itu masuk wedding checklist ya? =D
Hihihihihihihi jangan sirik gitu doooooong *kasih Yuuki*
ReplyDeleteBoleh. Kebetulan gue lost mau bikin yang bestman LOL
Jyodaaaaaaan habis dua-duanya di sini tampak sayaaaaaaang sama celengdebu. Agasjgsjkuyegjdb!!
ReplyDeleteDibuat seperti ini saja. *lost idea*
Hoahahahahahahahahahahahahahaha
ReplyDelete*duduk manis menunggu sambil ngemil tahu goreng*
OI! >:| *pasang pokaa feisu*
ReplyDelete*tsun tsun pipinya*
ReplyDelete*GIGIT*
ReplyDeleteMyaaaaaang *tindih*
ReplyDeleteOi oi! >///< *uget2*
ReplyDeleteJadi kau sudah tak mau kutindih lagi, tanuki? *nottalking*
ReplyDeleteUmh... jangan di depan umum dong. *blush* *geret ke kamar*
ReplyDelete...........*tergeret*
ReplyDelete*menunggu sambil elus-elus Yuuki*
ReplyDeleteMenunggu...apa?
ReplyDeleteE? Itu, yang di dalam kamar
ReplyDeleteTak ada apapun yg terjadi di dalam kamar kok *ninja*
ReplyDeleteHo oh...
ReplyDelete