Fandom: Kamen Rider Decade/Samurai Sentai Shinkenger
Pairing: Inoue Masahiro x Matsuzaka Tori
Rating: PG
Warning: AU. BL. Sapp. Cheesy.
Disclaimer: Characters are not mine.
Note: Dari prompt yang dikasih Nei.
Masahiro menatap Tori yang sedang menghabiskan es loli-nya. Tak habis pikir bagaimana mungkin seorang pria dewasa berumur dua puluh empat tahun bisa begitu suka dengan makanan manis. Apalagi ini sudah es loli ketiga yang disantap Tori.
”Habis cuacanya panas sekali~” Tori berkilah sambil merengut saat Masahiro mengulurkan tangan dan mengusap sudut bibir Tori yang sedikit belepotan es rasa vanilla itu. Tori selalu mencelanya kalau Masahiro makan dengan tak rapi tapi sekarang seolah tak peduli dengan cara makannya sendiri. Apalagi dengan tampang sangat menikmati seperti itu. Harus ya, matanya dipejamkan setiap kali mengulum atau menjilat? Harus ya, pakai acara menghela nafas dan mengerang pelan segala? Harus ya, lelehan es yang lolos dari sudut bibir Tori itu terlihat begitu sugestif?
Masahiro beringsut ke depan Tori, dengan sengaja menutupi Tori dari pandangan orang lain. Bukan karena tingkahnya yang seperti anak kecil tapi karena tak ingin orang lain melihat dan tergoda dengan pemandangan yang disuguhkan pacarnya itu. Agak sia-sia sebenarnya, karena mereka sedang di taman kota dan orang masih bisa melihat dari sudut lain.
“Lagipula, kenapa sih, Masahiro mengajakku ke taman? Sudah tahu sedang panas begini.” Tori bergumam dengan es loli di dalam mulutnya.
Masahiro membuang muka dan bergumam kesal. ”Tori kan yang bilang sedang bosan dan ingin jalan-jalan keluar?”
”Tapi lihat-lihat cuacanya juga dooong.” Tori melanjutkan protesnya.
Masahiro merengut. ”Tori kan bisa menolak waktu kuajak tadi.”
”Mana aku tahu kalau mau diajak ke taman? Ah!” Sepotong es yang baru saja digigitnya meluncur jatuh ke rerumputan. ”Masahiro sih~”
Mulut Masahiro menganga kemudian bibirnya makin merengut. ”Kenapa jadi salahku sih? Kalau Tori tak suka, ya sudah! Ayo, pulang!” tukasnya sambil balik badan dan melangkah pergi.
Tori melongo sesaat. ”Loh? Masahiro!” Kakinya pun bergerak cepat, berusaha mengejar Masahiro yang melangkah lebar-lebar dan cepat. Bukan perkara mudah karena kaki Masahiro yang panjang membuat pemuda itu bergerak begitu cepat. Tori berlari-lari kecil dan menyejajarinya, masih berusaha menghabiskan es loli di tangannya.
”Hei~ Kok marah sih?” Tori menjulurkan kepalanya, berusaha melihat wajah Masahiro.
Masahiro membuang muka lagi. Kedua tangannya dimasukkan ke saku celana tapi memperlambat langkahnya karena tak tega juga membiarkan Tori berlari-lari mengejarnya sampai nafasnya agak tersengal.
”Heeeiii~~!” Panggil Tori.
Kaki Masahiro akhirnya berhenti melangkah. Wajahnya tampak tak kesal tapi pemuda itu diam saja. Tori berhenti di hadapannya, mengamati wajah Masahiro untuk sesaat. Masahiro menunduk dan menatap sepatunya sampai tengkuknya terasa panas terkena sengatan matahari. Sementara Tori masih memandanginya sambil menghabiskan es lolinya dan melemparkan bekasnya ke tempat sampah tak jauh dari tempat mereka berdiri. Tori mengelap tangan dan mulutnya dengan sapu tangan. Ditiliknya wajah sang pacar yang masih ditekuk dan tersenyum simpul.
”Jangan marah dong. Aku tidak serius kok.” ujar Tori sambil mencubit pipi Masahiro dengan gemas.
”Tapi kan tak perlu berkata seperti itu.” Gumam Masahiro sambil menepis pelan tangan Tori dan melangkah mundur.
Tori maju selangkah. Tersenyum jahil saat mengangkat dagu Masahiro supaya pemuda itu melihat ke arahnya. ”Habis, Ma-kun selalu sok misterius sih. Kamu berusaha terlalu keras untuk menyenangkan aku.”
”Boleh kan? Tori kan pacarku.” Gerutu Masahiro.
”Tentu saja boleh. Tapi kan tidak harus begitu. Ma-kun sudah terlalu memanjakan aku dengan membawakan camilan mahal dan enak, mengajakku makan di restoran mewah dan hadiah-hadiah lainnya. Kalau berlebihan, aku nanti yang repot.”
Masahiro mengernyit tak mengerti. ”Aku merepotkan?”
Tori tertawa kecil, mengambil tangan Masahiro dan menariknya menuju tempat yang teduh di bawah sebatang pohon besar. Mataharinya terlalu menyengat dan Tori tak ingin kulitnya bertambah kelam. ”Tentu saja tidak. Maksudku, aku tak biasa diperhatikan sebesar ini. Tentu saja aku senang.” Tori berkata cepat sebelum Masahiro sempat protes lagi. ”Hanya saja.... apa ya? Aku kan tak pernah memberikan apapun untuk Masahiro.”
”Aku kan tak pernah minta apa-apa dari Tori.” Masahiro mengerutkan dahi. ”Semua itu aku lakukan karena aku tahu Tori suka dan aku ingin melihat Tori senang. Masa sama pacar sendiri Tori sesungkan itu?”
Tori tertawa pelan, melangkah makin dekat sampai ujung sepatunya bersentuhan dengan ujung sepatu Masahiro. Masahiro pura-pura tak peduli dengan jarak mereka yang makin dekat itu tapi mengeratkan pegangan pada tangan mereka yang masih terkait.
”Aku tak tahu cara lain untuk membuatmu senang selain dengan membelikan camilan kesukaan Tori atau mengajak Tori makan di restoran mewah atau memberikan kejutan untuk Tori atau apapun. Jadi, aku harus bagaimana?”
Masahiro nyaris menahan nafas saat Tori menyentuhkan ujung hidung mereka. Hembusan nafas Tori menyapu wajahnya dan Masahiro menelan ludah karena dipandang dari jarak begitu dekat. ”Ma-kun mau tahu apa lagi yang membuatku senang?”
Masahiro hanya bisa mengangguk bodoh.
Lengan Tori bergerak melingkari pinggang Masahiro dan mengait di belakang punggung. Kepalanya direbahkan ke pundak Masahiro, menghirup wangi Masahiro yang berasal dari parfum dan shampoo-nya sambil menutup mata. Dengan pelan mengeratkan pelukannya.
“Tori?” suara Masahiro terdengar bingung dan lebih serak dari biasanya.
“Coba bilang suka padaku.” Gumam Tori samar karena teredam bahu Masahiro.
Wajah Masahiro langsung memerah. Satu tangannya terangkat dan menggaruk hidungnya dengan salah tingkah. Lengannya yang panjang bergerak pelan memeluk pundak Tori sementara kepalanya beringsut pelan ke telinga Tori dan berbisik. “....Daisuki.”
Tori tersenyum lebar, memeluk Masahiro makin erat dan mendesah. “Begini saja aku senang, kok.” Gumam Tori.
Masahiro nyengir, masih agak salah tingkah karena biasanya Tori tak pernah seterbuka itu dengannya di tempat umum.
Mereka berdiri seperti itu untuk beberapa saat, tak peduli dengan orang-orang lewat yang memandang mereka dengan heran, iri, aneh, tersenyum penuh arti atau apapun. Tori mengecup ujung hidung Masahiro dengan sayang dan tersenyum.
“Belikan aku es loli lagi ya.”
Dan lagi-lagi, Masahiro hanya bisa mengangguk.
JLEGER!!!!
ReplyDeleteApa2an itu?!!!! Kenapa manis sekali bilang "Daisuki"nya XDDD
Tsk, Tori, situ yang minta ma Ma-kun, sini yg ikutan meleleh tau~ *berguling* (dance_okok)
Salahin Nei karena dia minta yang manis *buang bodi*
ReplyDelete....................
ReplyDelete*meleleh jadi gumpalan iler yang bahagia sekali*
........................ *semprot Icha*
ReplyDeletesensei! emut saya sensei! saya rela dikunyah kunyah atau dikulum juga boleh! SENSEEEEI!
ReplyDelete(taser_okok) kan? Gue bilang juga apa? GAK BISA bikin fic dari prompt kaya gitu tanpa gak jadi stensilan *___* buntut2nya tetep aja sugestif *_____________*
ReplyDelete(taser_okok)
*jadi genangan air yang tetep bahagia sekali* XDDD
ReplyDeleteHabisnyaaaa yang bikin pose sugestif itu yang makan sendiri. Orang makan es ya biasa saja harusnya! ~jewer sensei~
ReplyDelete*pencet flush*
ReplyDelete*flushes*
ReplyDelete*bekuin genangan air Icha* Jangan tewas dulu, Leader!
ReplyDeletenanti di Final Attack Ride sama Rider Sikil Dhawa looh XDD
ReplyDeletesaya rela diapain juga sama Dikeido, relaaaa pokoknya relaaaa. ~do murah, do maso~
ReplyDeleteLeader! selesaikan pwp dulu baru boleh leleh!
do aho~ XDDD *dibuang*
ReplyDelete*ninja* *leader MIA*
ReplyDeletePasukan burung! cari leader!
ReplyDelete*ngebayangin Legend of The Guardian* LMAO
ReplyDeletemama-saaaaaaannnnnnnnn...... *ikutan leleh*
ReplyDelete*nemplok ke sensei* nee.... sensei saa..... kenapa sejak kenal bocah itu anda jadi begini ya..... *dibejet ma-kun*
Emang sebelumnya gimana, Mom? LOL
ReplyDelete