Fandom: D2, Prince of Tennis Musical 2nd Season
Pairing: Yamaguchi Kenki x Mitsuya Ryou
Rating: PG-13
Warning: BL, AU, OOC
Disclaimer: I do not own anything
Note: The boredom reached its limit at 2 AM and it's already 3.30 AM atm. Dedicated to Anne, the birthday girl *kisses* Sorry, it's not BuchouxHime or TakumaxYuuki or even Ma-kunxTori but this couple's dynamic kind of remind me of you and Ley *excuses* LOL. So, Happy Birthday! I hope you'll have a blast today. Meanwhile, I'm trying to go home and get some sleep. ORZ
Kenki menyetir dengan hati-hati karena harus membagi perhatiannya antara jalanan dan pemuda yang duduk di sebelahnya. Matanya bergerak ke samping dan ke depan sembari sesekali mengernyit karena tangannya terasa sedikit nyeri. Bibirnya menipis dengan kaku sembari merutuk dalam hati. Seandainya saja dia tidak berlama-lama ngobrol dengan temannya dan datang lebih awal, mungkin tak akan kejadian seperti ini.
Tak pernah dia berlari secepat itu, mendaratkan kepalannya ke pelipis dua orang lalu satu lagi ke rahang orang ketiga dan menarik Mitsuya ke dalam mobil setelah yakin Mitsuya tak terluka karena diganggu. Mitsuya memang cantik dan tak jarang dia digoda orang karena disangka anak perempuan. Biasanya Mitsuya akan melotot dan mengomel dengan suaranya yang berat itu sampai pengganggunya melipir karena salah sasaran.
Kali ini beda. Sepertinya orang-orang itu tak peduli dan Kenki tak tahu apa yang membuat Mitsuya tak bisa melawan karena menemukan Mitsuya terpepet ke dinding. Padahal tempat mereka tak bisa dibilang sepi tapi entah kenapa tak ada yang bergerak menolong. Kenki pun tak peduli dengan bunyi peluit polisi yang datang terlambat. Dia hanya berkonsentrasi pada Mitsuya.
Diliriknya sekali lagi tunangannya itu. Mitsuya yang biasanya cerewet kini hanya diam. Wajahnya masih sedikit pucat meski berangsur-angsur terlihat tenang. Kepalanya dipalingkan menatap ke luar jendela. Kakinya yang terbalut denim hitam bergerak-gerak gelisah. Kenki menarik dan menghela nafas dengan pelan. Tak berniat untuk memanggil atau mengajak bicara Mitsuya. Pun tanpa banyak bicara, dipercepatnya laju mobilnya.
Mitsuya mulai bicara begitu Kenki memarkir mobilnya dan semakin cerewet saat mereka naik ke lantai tiga.
"Aku lapar. Kita telepon pesan-antar saja ya. Kamu pasti belum belanja deh. Tadi pagi juga pasti tidak masak apapun."
"Aduh, tetanggamu ini masih tidak mau buang sampah pada waktunya ya? Sampai menumpuk begitu. Bau!"
"Sudah memperpanjang kontrak apartemen? Nanti bisa diusir loh kalau tak segera diurus dan aku tak akan menampungmu di rumah biarpun Ibu yang minta."
"Kenkiii, ini apaaa? Kok korannya sampai menumpuk begini?"
Kenki tak menyahut dan membuka pintu, membiarkan Mitsuya membuntutinya di belakang sambil terus nyerocos tentang lemari sepatu yang menurutnya sudah perlu diganti. Kenki melempar kunci ke atas meja tamu, melepas jaket lalu menuju dapur. Diambilnya mug berwarna ungu di samping mesin kopi, menuang susu dan menghangatkannya di dalam microwave. Didengarnya suara televisi dari arah ruang tamu. Mitsuya sudah duduk melipat kaki di sudut sofa sementara matanya terpaku pada liputan pagelaran busana Louis Vuitton dan Inoue Masahiro sedang melenggang di runway. Kedua tangannya memegang pergelangan kakinya sementara lututnya bergoyang pelan.
Bunyi 'piiiip' panjang menandakan susunya sudah siap. Kenki mengeluarkannya dari dalam microwave dan berpikir sejenak. Bahunya berkedik. Dibukanya lemari gantung di atas kulkas dan mengeluarkan sebotol kecil brandy. Dituangnya beberapa tetes minuman keras itu ke dalam susu. Efeknya akan menenangkan. Dibawanya mug itu ke ruang tamu. Dengan tenang duduk di sebelah Mitsuya dan disodorkannya mug itu.
"Apa ini?" Mitsuya menatapnya dengan heran. "Aku memang harus minum susu sih supaya tulangku kuat tapi memangnya harus sekarang?" Alisnya yang bagus terangkat.
"Minum saja." Ujar Kenki tak menjawab. Tangannya menjangkau bantal duduk ungu kesayangan Mitsuya. Dilesakannya ke pangkuan tunangannya dan Mitsuya reflek langsung memeluk bantal itu dengan satu tangan sementara tangan yang satu memegang mug.
"Harus diminum?"
"Harus."
"Kenapa?"
"Karena."
Tak ada senyum yang mengiringi dan Mitsuya menurut. Meski masih memandang tak mengerti pada Kenki, Mitsuya menyesap susu hangat itu setelah meniup pelan. Hidungnya berkerut lucu saat mendapati ada rasa yang tak dikenalnya. Kenki mengamatinya dalam diam, menanti efek minuman itu muncul.
Beberapa tegukan kemudian, Mitsuya mengerjap. Sebutir air mata meluncur dari sudut matanya jatuh ke pipi.
"Eh?" Pemuda cantik itu mengerjap lagi. Mendadak seperti ada yang runtuh di dalam dadanya karena merasa hangat dan tenang. Matanya mengerjap-ngerjap saat air matanya tak bisa berhenti mengalir.
"Eh? Eh? Kenapa ini?" Ujarnya bingung sembari mengusap pipinya, berusaha tertawa saat menoleh pada Kenki. "Kok...hahaha...eeeh..."
Kenki memeluk pundak Mitsuya, menariknya mendekat dan mengecup puncak kepala Mitsuya. "Sudah tak apa-apa kok, Micchi." Bisiknya ke dalam rambut kecoklatan Mitsuya.
Mitsuya tersedak karena masih berusaha tertawa. Sebentar kemudian Kenki harus mengambil mug dari tangan Mitsuya dan mengamankannya ke atas meja karena nyaris terjatuh. Mitsuya memeluk erat bantal ungunya dan menyurukkan kepalanya ke dada Kenki. Meluapkan rasa marah, takut sekaligus lega. Isakan kerasnya teredam dan Kenki tak peduli bajunya basah. Dielusnya pelan punggung Mitsuya seraya bergumam "Aku tahu. Iya. Maafkan aku. Aku mengerti," saat Mitsuya mulai bersumpah serapah di sela tangisnya.
Mitsuya menyusut hidung dengan tisu yang disodorkan Kenki. Matanya bengkak dan hidungnya merah. Terlihat begitu lucu dan Kenki tersenyum kecil. Diusapnya sudut mata Mitsuya dengan ibu jarinya. Bibir Mitsuya merengut dan sekali lagi menyurukkan wajah ke dada Kenki.
"Jangan lihat. Mukaku pasti jelek sekali." Sungutnya.
Kenki tertawa pelan. Didekapnya Mitsuya dengan erat dan pemuda itu beringsut ke pangkuan Kenki sambil lengannya menggelayut di leher Kenki.
"Memangnya kenapa?" Godanya.
"Karena!"
Tawa Kenki tersembur karena jawaban andalannya dicuri Mitsuya. Dikecupnya rambut Mitsuya dengan sayang. "Maaf ya."
Kepala Mitsuya bergerak menggeleng, masih tak mau melihat Kenki. "Aku tak mau dengar. Bukan salahmu."
Kenki mengangguk. Tak ada gunanya membantah dan dia juga tak ingin. Tangannya kembali mengelus punggung Mitsuya. Tak berapa lama, Mitsuya akhirnya mengangkat kepala dan menatap Kenki dengan matanya yang besar. Bulu matanya yang masih basah memberi efek cantik saat matanya mengerjap. Kenki menunduk dan Mitsuya menyambut ciumannya. Hanya pagutan pelan dan lembut tanpa hasrat meluap-luap tapi cukup untuk menyampaikan dengan lebih jelas ungkapan "aku sayang padamu".
"Micchi, susah dong kalau begini." Protes Kenki sambil menoleh pada Mitsuya yang berdiri menempel pada punggungnya dan kedua tangan memeluk pinggang Kenki. "Nanti kena minyak." Tegur pemuda itu sambil memegang pergelangan Mitsuya dan melangkah menjauh dari kompor.
Seolah tuli, Mitsuya malah mengeratkan pelukannya dan membenamkan wajah ke punggung Kenki. Kenki menepuk pelan lengan Mitsuya dan menggelengkan kepalanya meski tak urung tersenyum juga. Kenki tak akan benar-benar protes kalau Mitsuya sedang manja begitu. Selalu seperti itu tiap kali dihibur Kenki dan Mitsuya sudah merasa tenang.
"Kamu seksi kalau sedang masak begini." Celetuk Mitsuya sambil nyengir.
"Sou?" Kenki terkekeh. Diangkatnya tempura yang sedang digorengnya, mematikan kompor dan dengan susah payah memutar badannya. Bibirnya membentuk seringai jahil seraya melingkarkan lengan ke sekeliling tubuh tunangannya.
"Mau menginap di sini?"
Mitsuya menyandarkan dagu ke dada Kenki. "Tidak jadi karaoke?"
"Hmmm... Tempat karaoke-nya tak akan kemana-mana kok. Minggu depan juga masih bisa." Kenki beralasan sambil menjilat dagu Mitsuya.
Mitsuya berjengit geli dan menggigit gemas ujung hidung Kenki sebagai balasan. "Minggu depan kan aku ada pertandingan. Lupa?"
"Ya, habis pertandinganmu dong." Kilah Kenki.
Mitsuya memutar bola matanya. "Huh. Bilang saja lupa."
"Tidak."
"Bohong."
"Tidak percaya?"
"Jelas tidak."
"Kalau kucium, percaya tidak?"
"Banyak alasan."
"Siapa? Micchi saja yang tak mau dengar alasan." Kenki mencibir.
"Mou."
Kenki tertawa pelan. Tangannya bergerak menyingkirkan rambut yang menutup kening Mitsuya. Ditatapnya kedua bola mata kecoklatan di hadapannya dan bergumam,"Micchi terlalu mandiri. Sesekali aku ingin diberi kesempatan untuk menyamaimu."
Mitsuya menghela nafas. Dia tahu apa maksud kata-kata Kenki. "Aku tak suka merepotkan orang lain."
"Aku kan bukan orang lain."
"........Aku tahu."
"Besok-besok janjian di Patung Hachiko saja ya?"
"Terlalu ramai." Mitsuya mencibir.
Kenki menatapnya.
"..........Baiklah. Terserah."
Senyum penuh kemenangan Kenki dibalas dengan cubitan di punggung sebelum Mitsuya rela melepaskan pelukannya dan membantu Kenki menata makan malam.
"Micchi suapi aku ya."
"Memangnya kamu anak kecil?" Mitsuya melotot sewot. "Makan sendiri kenapa sih."
Kenki nyengir, menatap Mitsuya dengan pandangan penuh arti yang tak akan pernah bisa membuat Mitsuya menolak. Dalam hati, Mitsuya sudah tahu jawabannya.
"Karena."
kyaaaaaaaaaaaang, aduh kerennya Kenki~♥♥ lain kali suruh Micchi belajar beladiri dong, kan dia doyan nemplok kemana-mana.
ReplyDeleteSuami istri ini....aduuuuhh~
Kenki yang sedang masak = seksi ya Micchi? *grin* pasti dengan lengan baju digulung dan pakai celemek misalnya.
Mweeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee apa iniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii aku juga mau susu pake brandy!!! *dikeplak*
ReplyDeleteItu bagian icha-ichanya kok mirip sesuatu ya. XDDD
...mengingatkan lo akan gue dan Ley ya? *LMAO* NO COMMENT AH.
ReplyDeleteAnyway, aih, cieeeeeeeeeeeee... Micchi, ada saatnya gak perlu pake topeng kok, apalagi depan Kenki. Lebih enak kalau reaksi jujur gini. Ihihihiy.
Anjir, Kenki seksi sekali di sini. XD XD
Sankyuu, bb~! *kisses*
Ke..Kenki! Micchi! Aww..., kalian domestik sekali.
ReplyDeleteMemang lain kalau Ayah dan Ibu ya? *kira kira*
Manis sekali mereka ini =3. Lagi, Mama-san, lagi? <3
BTW, ini mengingatkan gue... dulu gue pernah marah2 sama pencopet, gue maki2, terus waktu gue udah turun dari angkotnya dan masuk Gramedia, gue baru takut masih ditungguin di luar & akhirnya minta dijemput Ley.
ReplyDelete*facepalms*
T-ternyata... Emang... OTL
........................................krik.
ReplyDeleteitu... gara2 pak sutradara yang nongkrong bersamaku semalam, nyeletuk kalo "eh, kalo ada cewek masak trus cowoknya meluk dari belakang gitu tuh, seksi banget loh"
ReplyDeletelalu aku pun menulis ahe~
icha-icha lagi yuk~ *jilat dagu*
ReplyDelete*tusuk Riri*
ReplyDeleteenak saja! Aku mau tidur~! *geret celengdebu buat jadi guling*
I said that not without a reason *evilsmirk*
ReplyDeleteSEE? LOL
*kisses back* you're welcome, bb~!!
*ngakak guling2 baca reply Anne*
ReplyDeleteAyo icha-icha lagi! *gigit idung*
*jilat idung* mwaaaa
ReplyDelete*bluuuuuuuuuuuuuuuuuuushes*
ReplyDeleteYes, yes, kami sangat predictable. LMAO
kalau tanda tangan kami diundang ya, kk~
ReplyDelete*telat baca* *baru buka multi*
ReplyDeleteApa-apaan pasangan ini sudah sangat married seperti ini. 8DDDD
Cih, nggak usah nunggu micchi lulus deh. Kenki, cepat nikah saja kalian sana!!
sudah nikah. SIRI.
ReplyDeleteLOL LOL bener juga ya. Jgn2 waktu libur lulus2an dari SMP ke SMU, mereka dinikahin LOL
ReplyDeleteculik yang ini!!
ReplyDeleteyang ini jugaa...!!
ReplyDelete*kabur sebelum ditangkap mitsuya
Kau suka ungu jugaaaaaaaaaaa? *woot*
ReplyDeleteiyaaaa.......
ReplyDeleteXDDD
*rebutan bantal dan mug
Kau mug-nya saja. Aku bantalnya......dan Kenki :p
ReplyDeleteHarus adil ahh..!
ReplyDelete*ambil mug dan geret mitsuya pulang
....saya dapat apa dong hiks
ReplyDeletekita dapat susu dan brandy? *murahan*
ReplyDeleteMau Micchiiiii!!! o(>_<)o
ReplyDeletesilakan :
ReplyDeletesilakan :
ReplyDeleteHNNNNNNGGGGGGGGGG *gigit bibirnya*
ReplyDelete@Icha kau dapat diriku, bb *paws face*
ReplyDelete...........NYAAAAANG! *pounces*
ReplyDelete.............................*berguling ngakak*
ReplyDelete*jilat Icha*
ReplyDeleteKenapa kau ngakak, Neitai? *timpuk G-string ungu*
habis mama-san terdengar gombal. >///
ReplyDeleteMunyaaaaa~ *pasang leher minta dijilat lagi*
ReplyDelete*gigit jilat*
ReplyDelete*guling-guling geli* *paws face*
ReplyDelete*asik minum dari mug bedua micchi gak peduli sama kehebohan dilatar belakang*
ReplyDelete