Fandom: Prince of Tennis Musical 2nd Season/Samurai Sentai Shinkenger
Pairing: Wada Takuma x Matsuzaka Tori
Rating: PG
Warning: BL. AU. OOC.
Disclaimer: The characters are not mine.
Note: Buat Anne. Maafkan gejeh m(_ _)m
Suasana kedai kopi dekat kampus mereka itu biasanya selalu ramai dengan mahasiswa. Berkumpul di sudut-sudut sambil membicarakan tugas, mengerjakan tugas atau sekedar menghabiskan waktu menunggu kuliah selanjutnya. Takuma tak terlalu suka datang ke tempat itu. Paling-paling hanya mampir untuk membeli segelas kopi lalu dibawanya ke kampus atau ke asrama. Maka dari itu, kalau sore itu Tori tidak mengajaknya bertemu di situ, Takuma yang memang tak terlalu suka keramaian tak akan duduk di salah satu sudut cafe itu. Itu pun dia sengaja mencari pojokan yang agak jauh dari keramaian –untung saja sore itu tak terlalu ramai karena sedang tanggal tua- dan memasang earphone ke telinganya.
Untung saja Tori tak membuatnya menunggu terlalu lama. Pemuda itu datang sambil tersenyum lebar dan meletakkan dua gelas kopi di atas meja. Disodorkannya satu pada Takuma yang mengangkat alis sambil melepas earphone. Dia hanya pesan teh tadi (sekali lagi, tanggal tua). Tori melepas jaket tebalnya dan menyampirkannya ke punggung kursi sebelum duduk. Tak lama seorang barista datang membawakan dua piring masing-masing berisi cheese cake. Takuma makin mengangkat alisnya.
“Aku kemarin bertemu ayahku dan aku diberi uang tambahan. Hehehe.” Tori terkekeh setelah melihat wajah Takuma.
”Terima kasih.” Takuma bergumam seraya menyingkirkan gelas teh-nya dan menyesap kopi. Dalam sekejab langsung merasa lebih segar. Sementara di depannya, Tori mulai menikmati cheese cake-nya dengan semangat. “Suda bagaimana?”
Tori mengunyah cheese cake-nya. “Sudah mau diajak bicara kok. Dia akhirnya mau menerima beasiswa ke Cina itu. Tapi tampaknya aku harus menemaninya, paling tidak untuk beberapa waktu.”
“Dia yang minta?” Takuma mengangkat alis lagi. Diambilnya garpu dan mulai mencuil cheese cake bagiannya dengan sedikit skeptis.
Tori mengangkat bahu. ”Pamannya yang bicara padaku sih.”
”Lalu?”
Tori memiringkan kepalanya. ”Ya, tidak pakai lalu-lalu lagi. Mau bagaimana lagi dong? Aku juga sudah bicara dengan orang tuaku kok. Ibuku juga lumayan suka pada Masaki, jadi ibuku sih mengijinkan saja aku menemaninya.”
Takuma mengangguk-angguk. “Kalau begitu kenapa tidak ambil spesialisasi di sana saja sekalian? Kan kau bisa sekalian menemani Suda.”
Bibir Tori mengerucut lucu. ”Tidak ah. Aku mau di sini saja. Katou-sensei sudah terlalu baik karena menawarkan dan aku juga sudah mengiyakan. Tak enak kalau tiba-tiba aku bilang tidak jadi kan? Lagipula, waktunya tak cukup kalau aku mau sekalian ambil spesialisasi di sana.”
”Hmmm... ”
Mereka terdiam beberapa saat sementara Tori menghabiskan cheese cake-nya lalu menatap penuh harap ke arah cheese cake di piring Takuma yang baru dihabiskan seperempat bagian. Takuma tertawa lalu mendorong piringnya ke arah Tori. ”Habiskan saja.”
Tori bersorak senang dan mulai mengunyah lagi. Takuma menghela nafas. Temannya itu tampan dan sangat menarik, tapi kalau sudah berurusan dengan yang manis-manis, tingkahnya langsung jadi seperti anak kecil.
”Wada,”
Takuma mengangkat kepala. ”Ya?”
”Beberapa hari yang lalu Masaki bertanya padaku. Soal kita.”
Takuma mengerjap. ”Maksudnya?”
Tori mengulum garpunya, memandang lurus melewati bahu temannya yang tampan itu. ”Dia tanya kenapa aku sering tidur di kamarmu tapi tiap ditanya aku selalu bilang kalau kau bukan pacarku. Dia bilang dia tak mengerti orang dewasa waktu kubilang masalahnya bukan sekedar aku tidur di kamarmu saja.”
Takuma berdeham. ”Ternyata tak mudah juga menjelaskan pada Suda ya?” ujarnya sambil tertawa canggung.
Tori ikut tertawa. ”Anak itu terlalu pintar. Katanya dia memang tidak berminat untuk pacaran atau punya teman dekat, tapi kalau hal-hal seperti perasaan suka dan ingin selalu bersama dia paham. Karena itu dia tak habis pikir kenapa aku bilang kita tidak pacaran.”
Takuma menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil meringis. Suda memang sudah tak pernah mengadu apa-apa lagi pada Takuma begitu Takuma dan Tori mulai tidur bersama. Tapi ternyata anak itu pengamatannya terlalu tajam sementara otaknya yang jenius itu sepertinya tidak bisa mengerti kalau yang namanya perasaan, tak bisa dijelaskan dengan gampang. Sejenak kemudian ditatapnya Tori yang tengah menghabiskan suapan terakhirnya lalu menyesap kopi dengan pelan.
Takuma melipat tangan dan bertanya hati-hati. ”Kau ingin kita pacaran?”
Jawabannya tak langsung datang dan Takuma bersyukur karena dia jadi punya waktu untuk berpikir juga. Jujur, dia tak tahu harus bagaimana kalau seandainya Tori menganggukkan kepalanya. Apa yang terjadi di antara mereka bukan hal yang mudah untuk dijelaskan dan dimengerti orang. Takuma sudah rela dan siap dengan segala resikonya. Tapi Takuma tak pernah memasukkan pacaran dengan Tori ke dalam jajaran resiko yang akan ditempuhnya. Mungkin pacaran dengan Tori akan membuat masalahnya jadi lebih sederhana tapi Takuma merasa kalau sampai jadi seperti itu, Tori pasti memaksakan diri sekali. Jujur, Takuma tak tahu apakah dia siap untuk berkorban lebih banyak lagi demi temannya itu.
Tori menoleh ke arahnya dan menggeleng. ”Tidak.”
Tanpa sadar, Takuma menghela nafas lega. Pun begitu, ada satu bagian kecil di dalam dadanya yang terasa perih.
”Aku hanya bercerita karena kupikir kau harus tahu. Maksudku...” Tori melanjutkan. ”...Kau sudah berkorban banyak untukku, Wada. Aku tak mungkin meminta lebih lagi darimu. Yang sekarang sudah lebih dari cukup. Aku tak tahu bagaimana harus membalasmu kalau kita lebih dari ini.”
”Hei, aku yang menawarkan loh.” sergah Takuma sebelum Tori bicara lebih banyak lagi. ”Lagipula, biasanya orang-orang tak pernah ada yang membahas seperti ini kalau mereka ada di posisi kita loh. Tidakkah kau pikir kita ini aneh?”
Tori merengut. ”Kalau begitu, itu kan malah makin tak adil buatmu.”
Takuma tersenyum, memperlihatkan lesung pipinya yang manis seraya mengerling. “Aku kan sudah bilang kalau tiba saatnya, aku akan meminta bayaran sangat mahal darimu.”
Tori tertawa lalu menghela nafas. ”Serius deh, Wada.”
”Aku juga serius, kok.”
Tori menopang dagu dan menatap Takuma dengan penuh terima kasih atau mungkin yang lainnya lagi, Takuma tak begitu paham. Yang jelas, tatapan Tori membuat wajahnya bersemu merah. Tori tertawa lagi, tangannya terulur menyentuh pipi Takuma.
”Yang kelak jadi pacarmu nanti pasti beruntung sekali ya, Wada.” gumam Tori. Terdengar tulus dan mungkin sedikit iri.
”Dan semoga yang jadi pacarmu nanti akan sanggup membuatmu benar-benar bahagia, Matsuzaka.”
Tori tersenyum sedih. Takuma menepuk pelan tangan Tori yang masih menyentuh pipinya dan diambilnya untuk digenggam dengan hangat. Tori hanya sanggup balas menggenggam dengan sedikit lebih erat.
”Terima kasih.”
HUAUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUNNNNNNNNNNNNGGGG~~~!!!
ReplyDeleteMa-kun, Yuuki, beruntunglah kalian berdua. Hauuuuuuuuuuuuuuuuuu... Kuma-chan, kenapa baik bangeeeeeeeeeeetttt.
Aduh, untung banget Yuuki nggak pernah akan tau masa lalu ini. Bisa cemberut selamanya ke Tori nanti dia. XDDD
Awwwwwwww....., Kuma-chan baik banget ya.....
ReplyDeleteTa..., tapi mengerti kok. Kalau ditatap dengan muka manisnya Tori, pasti jadi agak salting ya Kuma-chan *hugs*
Yang penting Sensei dan Kuma-chan sekarang bahagia \:D/
Apalagi Bocchan yang di sana itu. Bukan cemberut lagi nanti LMAO
ReplyDeletedan gara2 ini ya, gue jadi bingung siapa yang bakal jadi pendamping pria-nya Tori nanti. Dulu udah nyebut Shunsuke tapi begitu bikin mereka, kayanya akan lebih pantes Kuma-chan ya? *isugakpenting*
Ini memang beneran "seandainya gak ketemu Ma-kun, mungkin Tori bakal sama Kuma-chan' ya LMAO *ditabrak*
ReplyDelete*joget valentine kiss* sasuga otona-tachi!!
ReplyDeleteMasa lalu yang nyamnyam juga dan Kuma kenapa baik sekaliiiiiiiiii? *menemplok denagan rela*
Emang bener jangan sampai Yuuki dan Ma-kun tau soal ini deh. Ntar cemberut semua. XD
Satu suara untuk Kuma-chan yang baiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiikkkkkkkk sekali itu. Huaung!!! *gandolin Kuma-chan*
ReplyDeleteBTW tagihan balas budinya apa nih? 8D
Gue berharap Suda mulutnya ga ember. HAUNGGGGG KUMA CHAN KENAPA KAU BAIK BANGET SIIIIHHHH!
ReplyDeleteKuma-chan terlalu baik memang ya XDD
ReplyDeleteAh, bilang aja sebenernya doyan sama Tori tapi terlalu males ngempanin celeng jadinya gak dipacarin *dilempar bor gigi*
Jujur...... belum tau LOL kayanya sampe sekarang pun blum ditagih XDDDD *penulis tak bertanggung jawab*
ReplyDeleteSemoga nggak ya. Jangan dong, Sudacchi. Nanti papa dan tou-san mu tak jadi bahagia kalau kau ember *sogok pake Renn*
ReplyDeleteThey have very complex relationship but it seems that I really love this. So cool!
ReplyDeleteOh, thank you! This happened before Tori met Masahiro :) during his medical school days. In case you wonder :p
ReplyDeleteThanks for reading!