Wednesday, May 25, 2011

[fanfic] AU Ma-kunxTori - Bathe

Fandom: Kamen Rider Decade/Samurai Sentai Shinkenger
Pairing: Inoue Masahiro x Matsuzaka Tori
Rating: R
Warning: BL, AU, OOC
Disclaimer: I do not own anything
Note: yeah~ salahkan spam tumblr tadi pagi *sundul Anne dan queue-nya*



Masahiro tak pernah suka mandi pagi. Pun, sebagai orang Jepang (yang tumbuh besar di luar negeri pula), mandi pagi bukan kebiasaannya. Dulu, ia hanya mandi sebelum tidur (itu pun kalau ingat) dan hanya cuci muka seadanya keesokan paginya. Kecuali kalau ada pemotretan, karena managernya akan ribut sekali kalau dia muncul dengan tampang kucel. Sekarang, terutama sejak memacari seorang dokter muda tampan dan seksi yang kelewat baik hati tapi kadang terlalu suka menempel pada orang lain, Masahiro mengubah kebiasaan itu. Hanya demi melihat Tori tersenyum saat memeluknya di pagi hari dan menyusupkan wajahnya ke lekuk leher Masahiro sembari berujar manja dengan suaranya yang rendah, 

“Ma-kun wanginya enak sekali.”

You are so doomed, kalau mengutip ucapan sahabatnya.

Karena itu sekarang tiap pagi tubuhnya akan secara otomatis bergerak ke kamar mandi. Tentu saja setelah menikmati beberapa waktu bercumbu singkat di tempat tidur dengan sang pacar yang memang sungguh sangat sayang rasanya untuk ditinggal begitu saja. Entahlah apakah Masahiro harus bersyukur atau tidak karena Tori bisa sangat keras kepala menolaknya kalau mereka bangun agak kesiangan atau sedang tidak mood atau sedang ingin saja berlaku kejam pada Masahiro. 

Seperti pagi itu, Masahiro tak menemukan Tori di sampingnya ketika ia terbangun dan karena mereka sedang ada di kamarnya dan bukan di apartemen Tori, Masahiro sama sekali tak tahu apa yang sedang dilakukan dokter itu. Mungkin sudah turun dan sarapan dengan kakak-kakaknya atau mungkin sedang memanfaatkan kolam renang rumahnya atau mungkin sedang minum kopi sendirian di teras belakang. Masahiro tak berminat untuk mencari karena rumahnya terlalu luas untuk ditelusuri dalam keadaan masih sangat mengantuk.

Dengan sedikit sebal dan tak lupa menggerutu, pemuda jangkung itu melangkah dengan malas ke kamar mandi. Sekilas ditatapnya cermin besar yang memenuhi satu dinding area wastafel lalu mulai menyalakan keran untuk cuci muka dan gosok gigi. Dengan cueknya menggaruk dagu dan rahangnya yang ditumbuhi bulu-balu halus dan sempat terpikir kalau ia sedang malas bercukur. Toh sedang tak ada pemotretan dan dia hanya perlu ke kampus untuk mengambil ijasah.

Pemuda itu mengingat-ingat isi pesan Kimito tentang apa saja yang harus ditunjukkan untuk mengambil ijasahnya sambil melepas kaus singlet dan celana piyama-nya, melemparnya begitu saja ke sudut. Kaki panjangnya melangkah gontai ke arah toilet lalu beralih masuk ke bilik kaca. Tangannya otomatis bergerak memutar keran dan detik berikutnya ia mengumpat-umpat karena air yang mengucur dari shower ternyata air dingin. Dengan kesal diputarnya keran yang satunya dan mendesah pelan saat air hangat mulai mengucur membasahi tubuhnya. Masahiro memutar tubuhnya, berdiri diam di bawah pancuran air untuk beberapa lama sambil menutup mata.

Beberapa detik sebelum ia mencelakai dirinya sendiri karena nyaris saja tertidur lagi, Masahiro buru-buru mengusap wajahnya dengan kedua tangan dan saat itu baru tersadar akan sesosok yang berdiri bersandar di pintu bilik kaca itu dengan tangan dilipat di depan dada dan senyum geli terkulum di bibirnya. Masahiro merengut.

“Sejak kapan di situ?”

Tori terkikik geli. “Baru semenit, kok. Ma-kun sedang apa sih?” 

“Mandi. Memangnya tidak lihat?” sahutnya sambil mengalihkan wajah menatap deretan beberapa botol shampoo dan sabun di rak dinding.

“Ih, galak sekali. Tadi salah bangun ya?” Tori masih menggodanya.

Masahiro hanya bergumam tak jelas. Masalahnya bukan karena dia sebal dipergoki Tori dengan berlaku aneh tapi karena Tori yang berdiri di dekatnya dalam keadaan tanpa busana, samar tertutup kabut yang dihasilkan oleh air hangat dari pancuran dan yah, Masahiro belum sempat menyalurkan hasratnya pagi ini. Entah apa yang membuatnya merasa sedikit malu saat Tori melangkah masuk ke dalam bilik kaca itu dan menutup pintunya. Toh ini bukan pertama kalinya mereka mandi bersama.

Tangannya sudah terjulur hendak mengambil salah satu botol shampoo ketika tangan Tori menduluinya. Kepalanya menoleh, memandang tak mengerti dan melihat Tori mengendus pelan isi botol itu dan meletakkannya kembali. Tori mengambil botol yang lain dan menuangkannya ke telapak tangannya lalu menarik bahu Masahiro agar berdiri menghadapnya. Dengan patuh, Masahiro merendahkan kepalanya sedikit, memudahkan Tori untuk mengusapkan shampoo itu di rambutnya. Pijatan lembut jemari Tori di kulit kepalanya membuat pemuda itu menggeram pelan dan beringsut mendekat. Tori tertawa pelan, mengangkat wajahnya untuk menggesekkan ujung hidungnya dengan hidung Masahiro.

Masahiro memutuskan kalau tak ada gunanya dia merajuk tanpa sebab. Diraihnya botol shampoo yang sama dan melakukan hal yang sama pada kekasihnya itu. Suara tawa Tori bergema di dalam bilik yang tak terlalu mungil itu dan Masahiro merasa senang luar biasa. 

“Rambut Tori panjang sekali ya, sekarang.” komentarnya sambil menyisirkan jemarinya melalui helai kecoklatan rambut Tori yang kini penuh busa.

“Tidak panjang sekali, ah.” protes Tori. “Nanti juga akan kupotong kalau sempat.” Tori membela diri sambil meraih botol shower gel.

“Aku kan tidak bilang tidak suka.” celetuk Masahiro lagi, menegakkan tubuhnya agar Tori bisa menyapukan kedua telapaknya yang penuh sabun ke pundak dan dada Masahiro. Pun, dia tak bisa menahan cengiran lebar saat tangan Tori turun ke perut, pinggul, paha dan selangkangannya. Tori pun nyengir jahil dan sengaja mengusap berlama-lama di bawah sana sampai Masahiro menangkap tangannya. Ditariknya pria itu mendekat dan memeluknya erat. “Tori nakal.” bisiknya.

“Pikiranmu saja yang terlalu mesum.” balas Tori sambil meleletkan lidah, meskipun matanya berkilat dan Masahiro mengerti sekali apa maksud pandangannya. Tangannya mengelus punggung Tori, berbagi busa sabun ke sekujur tubuh pria itu sebelum tangannya menyelip ke antara tubuh mereka dan menggenggam dengan hangat tempat di sela paha Tori.

Tori menjilat bibir bawahnya dan mengerang pelan. Masahiro buru-buru menciumnya saat melihat Tori membuka mulut. “Kalau berani-beraninya mengingatkan aku kalau aku harus ada di kampus jam 10, aku akan menggigit Tori. Serius.”

Tori terbahak sampai kepalanya terangkat dan Masahiro langsung memanfaatkan kesempatan dengan menghujani leher dan pundak Tori dengan pagutan-pagutan mesra. Tori menggeram rendah, jemarinya merenggut pelan rambut Masahiro yang sudah terbilas dengan sendirinya karena sejak tadi mereka masih berdiri di bawah pancuran air hangat. Kemudian ditegakkannya wajah pemuda itu untuk menciumnya dengan penuh gairah dan berbisik parau di depan bibirnya.

“Kau punya waktu sepuluh menit.”

Masahiro mengangkat alis karena merasa tertantang. “Dan apakah aku pernah mengecewakanmu, Sensei?”

Tori tersenyum miring dan bergerak untuk bersandar ke dinding sembari menarik Masahiro untuk merapat padanya. Masahiro tak bisa lebih bersemangat lagi saat mereka kembali berciuman dan kedua lengan Tori melingkar di lehernya sementara kedua tungkainya mengait posesif di sekeliling pinggangnya.

Sungguh, tak ada yang lebih memuaskan lagi pagi itu bagi Masahiro selain suara desahan Tori dan jeritan kerasnya saat Masahiro membawanya ke puncak kenikmatan itu.

------

“Diam dong, nanti kalau tersayat bagaimana?” protes Tori sambil memiringkan lengannya, mengarahkan pisau cukur di tangannya sepanjang rahang Masahiro.

Masahiro menggerundel. “Kenapa aku harus sih? Hari ini kan tak ada acara apa-apa.” Dia memindahkan tumpuan tubuhnya ke kaki yang lain dan harus berjengit dicubit Tori karena tak bisa diam.

Masahiro mendengus. “Katanya Tori tak keberatan kalau aku tak bercukur sekalipun.”

“Memang tidak.” sahut Tori cepat sembari mencukur bagian di bawah hidung Masahiro.

“Lalu kenapa?” Masahiro mengangkat alis.

Tori hanya diam dan baru menjawab setelah mengusap wajah Masahiro dengan handuk hangat dan mengangguk puas pada hasilnya. Dielusnya rahang pemuda itu dengan lembut dan dikecupnya dengan sayang. “Karena aku lebih suka melihat Masahiro yang begini. Hmm, wangi sekali deh.”

Dan Masahiro pun tak bisa berkutik.

-end-

18 comments:

  1. HOWAAAAAAA SENSEI DAN MA-KUN DI KAMAR MANDI HOWAAAAAA
    /meleleh jadi uap air/

    ReplyDelete
  2. aksjdhnknKAsbhgjvffhgCSFHASCAJHSb KAS

    Okay, queue tumblr gue emang cerdas sekali, huauuuuuuuuuuuuuuunnnngggggggg.

    *nyengir ecchi di tengah meeting (lagi)*

    ReplyDelete
  3. Yak, gw yakin di seluruh ruang tunggu bandara ini cuma gw yang nyengir mesum begini. Aaaaaaaangh pandaaaaaaa *tubruk tiban usel2*

    ReplyDelete
  4. Nah, benar kan Sensei? Bercinta itu bisa di kamar mandi. Khikikikiki...XD

    *pokaa feisu*

    ReplyDelete
  5. tapi tak baca fanfic pun mukamu mesum, tanuki~~~

    ReplyDelete
  6. usahamu untuk pokaa feisu sama sekali tak didukung headshotmu, kappa

    ReplyDelete
  7. Ngh, anu... ini LEBIH mesum dari biasanya. *memperkuat latian pokaafeisu*

    ReplyDelete
  8. Eeeeerrr. . . Eeerrr. . . . => merasa isi dengan kaca besar tertentu

    ReplyDelete
  9. He'eh, salah tulis ya? Saya iri sama kaca besar itu. . . Iri sama aer yang dipake mandi mereka, iri sama sabun mereka, iri sama handuk, iri sama sampo, iri sama sempax ungu etc. . .

    ReplyDelete
  10. sempac ungu itu punya Micchi, ooii! XDDD

    ReplyDelete
  11. Oh? Sempac pink? *dilindas*
    Saya menunggu kedatangan bayi celeng. . . .

    ReplyDelete
  12. itu sih lamaaaaaaaaaaaaa banget malah mungkin tahu-tahu sudah gede aja. #loh

    ReplyDelete
  13. Jadi ma-kun dulunya jorok? Pasti ngalahin joroknya kuma! *menghilang

    ReplyDelete