Tuesday, May 17, 2011

[fanfic] AU - Ma-kunxTori -Wedding Checklist : Bridal

Fandom: Kamen Rider Decade/Samurai Sentai Shinkenger/Prince of Tennis Musical
Cast: Matsuzaka Tori, Inoue Masahiro, Nagayama Takashi, Tsuchiya Yuuichi
Rating: PG-13
Warning: BL, AU, OOC
Disclaimer: Top Coat, Box Corp, Geiei, respective ageny offices. I do not own anything or anyone.
Note: Ini gak penting banget deh XDDD dan maafkan aku, Nei karena seenaknya masuk-masukin karakter




Toko itu begitu ajaib. Setidaknya, itulah yang dipikirkan Tori begitu dirinya dan Masahiro melangkah masuk ke dalamnya. Ada banyak kaus, jas, tas, topi, syal, kaus kaki dan bahkan pakaian dalam berjejer dan tertumpuk rapi di atas rak, tergantung di manekin atau ditata sedemikian rupa di tengah ruangan. Logo berwarna hitam dengan huruf gothic terbaca sebagai 'BLOSSAM' tersebar di tiap sudut toko itu.

Sebenarnya tak jauh beda dengan toko pakaian pada umumnya. Hanya saja, warna-warna cerah dan motif yang bertabrakan membuat mata Tori sedikit sakit. Dokter muda itu menggosok matanya dengan satu tangan.

"Unik." Bisik Masahiro di sebelahnya. Tori mengerutkan kening dan Masahiro terkekeh, menilik sebuah T-shirt kuning terang bermotif sakura di bagian leher. "Aku pernah lihat yang lebih aneh, percaya deh. Yang ini jauh lebih keren."

"Masahiro belum pernah jadi modelnya?" Tanyanya ingin tahu.

Masahiro menggeleng. "Belum pernah ditawari. Dengar-dengar sih, perancangnya sendiri yang suka jadi modelnya."

Tori mengangkat bahu. Kalau saja bukan karena rekomendasi Yuzawa, mereka mungkin tak akan mendatangi toko itu. Setidaknya, Tori tak akan mendatangi toko macam ini. Meskipun matanya tak urung tertumpu pada sebuah topi fedora berwarna gelap dengan list berwarna salem.

Perhatiannya teralih saat salah seorang pelayan toko mendekati mereka dengan senyum ramah terkembang di bibir.

"Selamat datang di Blossam. Ada yang bisa saya bantu?"

Masahiro langsung melangkah maju. "Ya. Kami mau bertemu...Nagayama Takashi-san?" Ujarnya sambil melirik kartu nama di tangannya.

"Ah. Silakan tunggu sebentar di situ." Pelayan toko itu menunjuk sebuah sudut dengan sofa dan meja kaca di salah satu sudut toko. Tori mengangkat sebelah alisnya saat pelayan itu menuju bagian dinding toko yang tertutup panel kayu dan mendorong salah satu sisi sampai terbuka dan menghilang ke baliknya.

Sementara menunggu, Masahiro memilih untuk melihat-lihat katalog dan majalah mode yang terhampar di atas meja kaca di hadapan mereka sementara Tori sibuk dengan iPhone-nya, berkirim pesan dengan Shunsuke.

Tak lama, pelayan itu kembali dan meminta mereka mengikutinya masuk melalui pintu tadi. Pintu itu membuka ke sebuah tangga naik dan tangga turun. Yang satu sepertinya menuju gudang di lantai bawah dan yang satunya menuju lantai dua. Mereka mengikuti si pelayan toko naik. Lantai dua itu ternyata berupa sebuah ruangan luas berisi meja panjang dan beberapa kursi. Di atas meja berserakan kertas-kertas, tali, mangkuk-mangkuk berisi manik-manik dan kancing juga setumpuk bahan kain. Satu dinding tertutup dua rak gantung penuh baju dan dua manekin yang tertutup pakaian setengah jadi. Ruangan itu begitu penuh kecuali bagian yang merupakan jendela besar.

Seorang laki-laki duduk di ujung meja, merunduk di depan buku sketsa sementara tangannya sibuk mencoret-coret. Tangan yang lain membolak-balik katalog bahan, merasakan tiap jenis kain dan sesekali mengerutkan kening.

Ia tersenyum lebar saat menyadari kedatangan Tori dan Masahiro. Buru-buru berdiri dan menyambut dengan ramah.

"Nagayama Takashi. Senang bertemu dengan kalian. Matsuzaka Tori-sensei kan?" Ujarnya menyalami Tori lebih dulu sambil tersenyum lebar. Tori hanya sempat mengangguk karena pria itu sudah keburu mengalihkan perhatiannya pada Masahiro. "Inoue Masahiro-kun. Tentu saja. Yuzawa-san cerita banyak tentangmu dan aku penasaran sekali. Yuk, duduk di sini saja. Koppe-chan, ke Starbucks di seberang jalan sebentar ya. Aku yang biasa. Sensei?"

Pria itu bergerak dan berbicara dengan sangat cepat dan tangannya tak pernah berhenti bergerak. Tori gelagapan sesaat sebelum akhirnya menjawab dengan terbata. "Umh...chai latte."

Nagayama kemudian menoleh pada Masahiro yang menjawab tanpa ragu. "Aku frappucino. Apa saja."

Pelayan toko yang tadi mengangguk dan berlalu pergi. Nagayama mengerutkan kening melihat tamunya masih berdiri. "Duduk, duduk. Tak enak kan ngobrolnya kalau sambil berdiri." Tukasnya sambil mengibaskan tangan ke arah tumpukan bantal besar di sudut ruangan.

Mereka menurut dan setelah duduk nyaman, Tori baru bisa benar-benar memperhatikan pria itu. Perancang busana kenamaan, wajahnya cukup tampan kalau tak mau dibilang cantik. Rambutnya agak aneh; panjangnya tanggung dan ujung-ujungnya dikeriting. Pakaiannya lebih aneh lagi; kaus pas badan warna biru tua berkerah v potongan rendah, celananya paduan jeans dan bahan berwarna coklat, jaket berwarna ungu gelap dan sepatu pantofel hijau terang. Kacamata berwarna ungu bertengger di hidungnya yang mancung. Masahiro sendiri beranggapan tampilannya cukup keren karena terlihat begitu pas untuk pria itu dan pembawaannya memang penuh percaya diri.

"Jadi? Apa yang bisa kubantu?" Tanyanya, masih dengan senyum cerah.

Masahiro tertawa. "Aku yakin Yuzawa-san sudah cerita kan?"

"Tentu saja sudah! Aku tak akan mungkin mau bertemu dengan kalian kalau tak tahu apa tujuannya." Tukasnya.

Tori mengernyitkan dahi tanpa sadar dan Nagayama langsung mengibaskan tangan. "Bercanda. Aku tidak sesombong itu. Oke, jadi bisa beritahu aku kalian sudah punya ide apa?"

Masahiro menoleh pada Tori dan mereka berdua sama-sama mengangkat bahu sambil tertawa canggung. Nagayama tertawa. "Yang benar saja! Ayo dong, masa tidak ada ide sama sekali?"

"Nagayama-san..." Ujar Tori.

"Panggil Takashi saja."

Tori mengerjap sekilas lalu tersenyum. "Umh...Takashi-san, itu sebabnya kami datang ke sini kan?"

Takashi menopang dagu, mengamati Tori sesaat lalu bergumam. "Senyum sensei manis ya?"

"Eh?"

"Manis sekali kan? Tapi kau tak boleh naksir padanya." Tukas Masahiro cepat sambil menggenggam tangan Tori yang tersipu.

Takashi mengangkat tangannya. "Tenang saja, Inoue-kun. Aku tak suka macam-macam dengan klienku, kok." Ia nampak ingin berujar lagi tapi terpotong oleh pelayan toko yang tadi datang membawa tiga gelas kopi. "Sankyuu, Koppe-chan." Disesapnya minumannya dengan nikmat, kembali memperhatikan dua tamunya dengan penuh minat. "Tahu tidak? Aku semangat sekali waktu mendengar cerita Yuzawa-san. Dan melihat kalian yang menempel begini, aku jadi makin penasaran. Jadi, ceritakan padaku: apa kalian jatuh cinta pada pandangan pertama?"

"Tidak."

"Ya."

Tori menoleh dengan cepat ke arah Masahiro. "Eeeh?"

"Apa? Masa Tori tidak tahu kenapa aku langsung mengajak Tori kencan begitu kita bertemu dulu itu?" Masahiro merengut.

"Kupikir Ma-kun hanya iseng." Gumam Tori. Sedikit malu karena harus membahas ini di depan orang lain. Tapi tampaknya Takashi tak keberatan. Pria itu memperhatikan dengan penuh minat.

Masahiro menggembungkan pipi. "Tega sekali. Kalau begitu, kapan Tori jatuh cinta padaku?"

"Umh..." Tori berdeham. "Waktu Ma-kun menciumku pertama kali." Dan buru-buru menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah.

Masahiro rasanya sudah ingin menyeret Tori pergi dan bercinta dengannya saat itu juga kalau saja tak ingat mereka sedang ada di mana. Takashi nyengir lebar dan menepuk tangannya dengan antusias.

"Benar kata Yuzawa-san, kalian memang pasangan yang membuat iri ya."

Tori benar-benar salah tingkah dan rasanya sudah mau membenamkan diri ke dalam tanah saja. Tapi Takashi mencegahnya berbuat begitu dengan mengeluarkan agenda besar bersampul kotak-kotak dan pensil, mulai menanyai mereka tentang beberapa hal pribadi lainnya seperti apa hobi mereka, tempat kencan pertama, film kesukaan dan macam-macam lainnya. Dia juga bertanya warna kesukaan mereka.

"Merah." Jawab Tori tanpa ragu.

"....magenta" gumam Masahiro.

"Oh! Sama denganku! Aku juga suka pink!" Seru Takashi sambil mencatat.

"Magenta!"

"Puh. Puh. Baiklah. Magenta. Terserah."

Masahiro merengut lucu sementara Tori terkikik geli.

Takashi mengibaskan rambut. Sesaat kembali diam sambil menggigit-gigit pinggiran gelas kopinya. "Hmm...oke, apakah kalian akan ganti pakaian? Maksudku, apakah akan ada upacara lalu resepsi atau bagaimana?"

"Aku sih ingin yang sederhana saja." Ujar Tori sambil melirik Masahiro. "Upacara sederhana lalu resepsi."

"Berarti tak masalah kalau kalian ganti baju ya?"

Tori menggeleng dan Masahiro mengangkat bahu.

"Oke," ujar Takashi. "Bagaimana kalau begini: hakama untuk upacara lalu setelan jas untuk resepsi? Aku sudah punya beberapa bayangan tapi beri aku waktu...yah, kira-kira sepuluh hari dan kita bertemu lagi dan akan kuperlihatkan beberapa sketsa design-nya. Bagaimana?"

Tori menoleh pada Masahiro sambil mengangkat alis bertanya. Masahiro mengerutkan kening. "Aku sih tak apa-apa. Tori sibuk tidak?"

"Sedang tidak musim pertandingan sih, jadi kurasa tak apa-apa."

"Bagus!" Seru Takashi sambil menutup agendanya dengan semangat. "Aku jamin kalian tak akan kecewa."

"Aku tahu Yuzawa-san bisa dipercaya kok." Ujar Masahiro sambil mengerling.

Suara tawa menggelegar memotong apapun yang hendak diucapkan Takashi. Ketiga orang itu menoleh ke arah anak tangga dan melihat sebentuk kepala dengan rambut mencuat kemana-mana muncul. Disusul dengan sebidang dahi yang cukup lebar dan tubuh yang cukup tinggi.

"Yo, Takashi!" Sapanya riang.

Takashi berdecak dan melipat tangan dengan tak suka. "Yuuichi, aku sedang ada tamu."

"Oh, maaf. Aku kembali nanti?"

"Sebaiknya memang begitu." Takashi mengangguk tegas.

Tori buru-buru berdiri. "Eh, tidak. Tak apa-apa. Kurasa kami sudah selesai kok."

Masahiro mengangguk setuju. "Takashi-san sudah tahu nomor telepon kami kan?"

Takashi mengangguk dan pria yang baru datang tadi nyengir seraya berjalan mendekat. "Oh, anda berdua yang mau membuat baju pernikahan dengan Takashi?"

Tori mengangguk.

"Yah, kudoakan kalian sabar menghadapinya ya. Dia cerewet sekali."

Detik berikutnya pria itu mengaduh kencang karena kakinya diinjak Takashi.

"Hanya karena aku tidur dengamu, bukan berarti kau berhak menghinaku di depan klienku, Yuuichi. Mau kuadukan pada Aniki kalau kau suka menyelinap ke kamarku di malam hari?"

"Enak saja! Kau kan yang suka menyelusup ke kamarku? Dan kupikir kita ini pacaran."

Takashi mendengus lalu menoleh pada dua tamunya yang sibuk menggigit bibir menahan tawa. "Maafkan orang tak tahu sopan ini. Aku akan menghubungi kalian sepuluh hari lagi ya."

----

Tori masih terkikik geli saat mereka masuk ke dalam mobil. "Mereka lucu ya."

Masahiro mendengus. "Tori lebih lucu kok."

"Aku?" Tori menunjuk hidungnya sambil pasang tampang begitu lucu sampai Masahiro menggigit bibir dengan gemas dan menariknya mendekat untuk mencium tunangannya itu.

"Mengakui di depan orang lain kalau Tori jatuh cinta padaku saat kucium pertama kali dulu, dengan wajah memerah pula. Tahu tidak sih kalau tadi aku sudah ingin sekali memepet Tori ke dinding?"

Tori menggigit ujung hidung Masahiro. "Dasar mesum. Simpan dulu sampai nanti malam ya."

"Memangnya kenapa kalau sekarang?"

"Sekarang Ma-kun harus kembali ke rumah, tidur -baru pulang pagi karena pemotretan kan?- dan aku harus makan siang dengan Wada dan Shunsuke."

Masahiro langsung merengut tak suka. Tori menyentil kening pemuda itu dengan sayang. "Tak boleh marah. Ma-kun tahu untuk apa aku bertemu mereka."

Pemuda itu hanya bisa menggerutu dan setelah Tori menciumnya beberapa kali, Masahiro akhirnya menurut dan pulang ke rumah setelah mengantar Tori ke sebuah restoran di daerah Shibuya.

11 comments:

  1. eeeeh ada TUTI. XDDDD hisashiburi-saaaa~n
    buchou yang sabar ya punya adik dan pacarnya yang berisik.

    AIHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH yang mau nikah, aiiiiih, sibuk ya? kasihan, coba tolong jadwalnya dikurangi Ma-kun. berarti best man-nya kuma-chan dan shunsuke yah? dan Nagayan memang nabrak sekali ya? mana nih scans ON/OFF gue? rasanya pernah punya yang dia pakai baju ijo polka atau apa itu...
    MANIS!!!! LAGI!!! LAGI!!!
    Mau lihat Ma-kun pakai hakamaaaa!!

    ReplyDelete
  2. oh iya, ternyata Ma-kun dan Nagayan sama-sama suka pink ya?

    Ma-kun: MAGENTA!!!

    ReplyDelete
  3. Oh, baju ijo polka itu hujat banget deh *tepok jidat*

    Ihihihihihihi habis yang punya butik kan cuma Nagayan LOL

    Iya, dan gue masih mikir bestman-nya Ma-kun nih (selain Kimi-chan, tentu saja. Kimi-chan: memangnya aku mau?)

    ReplyDelete
  4. akhirnyaaaaaaaa gak udah mikir plot lagi....hore, yak, datang dengan alasan ini saja ah. tralalalalalala, kemarilah, Atobe keempat sayangku.

    ReplyDelete
  5. Celengdebu lucunyaaaa *poke poke*

    Dan ada jidat nongol! *woot*

    ReplyDelete
  6. @Nei: apa ini? Gue merasa di spoiler!! XDDDDD *mencatat*

    @Icha jidat itu memang sebegitu bersinarnya sampai menarik perhatian ya XDDDD

    ReplyDelete
  7. Jidat Tuti! Ada jidat Tuti!

    & Kimi-chan pasti senang jadi bestman. Pulang2 langsung menggemuk, penuh barang2 hasil 'pinjam tak bilang2, tanpa niat mengembalikan' XD

    Sudacchi: . . . . . Maling?

    ReplyDelete
  8. @Icha: *ikut gosok jidatnya dengan semangat*

    @Riri: Bocchan pasti dituntut ganti rugi kiri kanan karena banyak yang ilang XDDD

    ReplyDelete
  9. Nagayan dan Tutti udah tidur bersama?? Betapa cepat waktu berlalu. . .
    Tori pake kimono yang modelnya sama kaya hadiah dari nagayan buat kime waktu nikah sama bucho XP

    ReplyDelete
  10. eh, yah, mereka kan pairing jadul sebenernya. Udah layak dan sepantasnya kalo udah tidur bareng ya? XDDD

    ReplyDelete