Saturday, May 21, 2011

[fanfic] AU Ma-kunxTori - untitled

Fandom: Kamen Rider Decade/Samurai Sentai Shinkenger
Pairing: Inoue Masahiro x Matsuzaka Tori
Rating: R
Warning: BL, AU, OOC, boys in bed
Disclaimer: respective agency offices. I do not own anything or anyone.
Note: ........hanya ingin guling2 saja *grix grix* can I write some TomxHide, please?




Tori mendesah, berbaring tengkurap dan memeluk bantal di bawah kepalanya. "Mmnh... Tempat tidur ini tidak bisa dibawa saja kalau kita punya rumah nanti ya?" Gumamnya sembari terus mengeluarkan suara-suara lain yang terdengar seperti erangan nikmat.

Melihat tunangannya seperti itu, Masahiro tertawa geli. "Ya, bisa saja. Tapi ini tempat tidur lama loh. Tori tak mau beli yang baru saja?" Tanyanya mengangkat alis.

Tori membenamkan kepalanya ke dalam bantal dan menggeleng. "Tempat tidur ini nyaman dan empuk sekaliiiii~"

Masahiro beringsut mendekat, mengecup bahu Tori dan mengusap punggungnya yang telanjang. "Iya ya. Tori jarang mengeluh sakit punggung tiap kali kita bercinta di tempat tidur ini ya."

Tori mengerutkan kening lalu terbahak walaupun semburat merah mulai menjalari leher dan telinganya. Pun, dia mengangguk. "Hmm...benar. Dan lebih kokoh dari tempat tidurku."

"Heee..." Masahiro menindih tubuh dokter muda itu dan memeluk pinggangnya. Hangat tubuh Tori masih terasa begitu familiar dan Masahiro tersenyum lebar saat Tori bereaksi, melengkungkan tubuhnya dengan Masahiro. Tubuh mereka masih agak lembab bekas permainan cinta mereka tak sampai setengah jam yang lalu.

"Aku tak keberatan membelikan Tori tempat tidur yang baru lagi." Bisiknya, mengelus otot perut Tori yang makin kencang.

Tori mendengus. Perlahan memutar tubuhnya dan melingkarkan kedua lengan di bahu pemuda itu. "Aku yang keberatan." Balasnya. "Aku tak akan membiarkanmu membuat pengeluaran tak perlu sampai pernikahan kita selesai nanti." Bibirnya mengerut.

Masahiro menciumnya sekilas. "Hmm.. Tempat tidur Tori bisa bertahan sampai tiga bulan lagi?"

Tori mengedikkan bahu. Matanya mengerling jahil. "Kurasa bisa kalau Ma-kun membiarkan aku yang di atas."

Pemuda itu meleletkan lidah. "Maaf saja. Aku lebih suka ada di atas Tori seperti ini."

Satu alis Tori terangkat. "Apa perlu kuingatkan seberapa keras Ma-kun menjerit kalau aku yang di atas? Berisik sekali loh~" godanya.

"Hmph. Aku tak terima dikatai begitu olehmu, Sensei. Tori lebih berisik dibanding aku." Masahiro mencibir seraya menekan satu titik di pinggang Tori yang membuat dokter tampan itu berjengit geli.

"Mou~" Tori pura-pura merengut. "Kan bukan salahku aku berisik."

Saat itu, pintu kamar besar itu diketuk. Tori mengerutkan kening. Memang sih, masih belum terlalu malam. Kerutan di keningnya bertambah saat pintu diketuk lagi dan Masahiro menyahut dengan sebal.

"Ya?"

"Kazuki-sama meminta saya mengantar makan malam untuk Bocchama dan Matsuzaka-sensei." Samar terdengar suara pelayan perempuan dari balik pintu.

Masahiro menggerundel. "Apa-apaan sih?" Namun pemuda itu bangkit juga. Menyambar mantel kamarnya dan memakainya asal saja. Tori buru-buru menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan berbalik memunggungi pintu. Didengarnya suara pintu dibuka dan Masahiro marah-marah pada si pelayan.

"Kazuki-sama tidak ingin maag Bocchama kambuh. Terutama karena tadi Bocchama dan Matsuzaka-sensei tidak ikut makan malam." Jelas si pelayan dengan nada takut-takut.

Tak tega, Tori akhirnya berbalik dan mengangkat tubuhnya untuk duduk, memastikan bagian tubuhnya yang pribadi tetap tertutup selimut. Dia tersenyum manis pada si pelayan yang akhirnya sadar kalau dia mengganggu waktu intim kedua orang itu.

"Tak apa-apa. Bawa masuk saja." Ujarnya dengan kasihan karena si pelayan benar-benar tampak salah tingkah.

Masahiro mendengus dan melangkah ke samping untuk memberi jalan pada si pelayan yang mendorong masuk troli berisi beberapa piring dan seteko kopi dan air mineral. Gadis itu langsung buru-buru minta diri dan menutup pintu. Masahiro mengunci kamarnya rapat-rapat, masih menggerutu. Diliriknya sajian di atas troli itu dan kembali mendengus.

"Tori mau makan?" Ia kemudian bertanya pada tunangannya dengan tatapan ragu.

Tori menggeleng. "Tapi aku akan menemani Ma-kun makan. Tadi hanya makan crepe kan?"

Masahiro meringis dan raut mukanya berubah manja. "Suapi aku ya?"

Tori mendesah. "Dasar manja. Bawa sini."

Masahiro nyengir lebar dan mendorong troli itu ke dekat tempat tidur. Pemuda jangkung itu melompat naik dan menghempaskan tubuhnya di samping Tori sampai kasurnya melesak. Tori memukul lengannya dan mengintip makanan di atas troli. Diambilnya sepiring besar ravioli isi daging dan sayuran. Tori tertawa karena wajah Masahiro begitu lucu saat membuka mulutnya, menunggu Tori menyuapinya potongan besar pasta.

Masahiro menggigit potongan ravioli yang disodorkan Tori dan dokter itu memakan sisanya. Pemuda itu mengangguk-angguk sambil mengunyah, menyetujui rasa masakan italia itu. Koki keluarganya memang handal.

"Enak?" Tori bertanya, menusuk potongan lain dengan garpu.

"Un. Kapan-kapan Tori buat ini ya?" Ujarnya sambil membuka mulut lagi.

Tori meringis. "Tapi tak janji rasanya akan seenak ini loh. Aku lebih bisa buat masakan rumahan."

"Apapun yang Tori buat enak kok." Komentar Masahiro sambil mengelap mulutnya dengan punggung tangan. Tori mengangkat alis dan menyodorkan serbet pada pemuda itu.

"Kau bilang begitu hanya supaya aku tetap mau tidur denganmu." Tori mencibir sambil mencubit hidung pemuda itu setelah Masahiro menghabiskan semua ravioli di piring itu.

"Hei!" Tukas Masahiro, merengut sebal. Tori tertawa, mengecup pipi pemuda itu sambil menyodorkan segelas air mineral padanya.

"Bercanda, ah. Aku kan tidak bilang aku keberatan." Godanya, menggigit pelan pipi Masahiro yang menggembung dengan gemas.

Pemua jangkung itu masih menggembungkan pipinya sambil minum dan meletakkan gelasnya ke atas troli. "Tori suka mengataiku tak pernah serius, tapi kalau begini, aku jadi berpikir kalau mungkin sebenarnya Tori yang tidak serius denganku."

Tori mengerjap. Bingung. "Hei, hei. Aku kan bercanda. Kok serius sekali sih?" Dokter itu beringsut mendekat pada tunangannya dan memeluk pundaknya. "Kenapa sih, Ma-kun?"

Masahiro langsung memeluk pinggang dokter itu dengan posesif. "Pokoknya, aku tak akan melepaskan Tori. Peduli setan Tori mau bilang apa!"

Tori tertawa bingung, "Aku sama sekali tak mengerti apa yang ada di kepalamu saat ini." Jemarinya menyusup ke sela helain rambut Masahiro dan mengelus lembut. "Tapi kupikir Masahiro seharusnya sudah tahu kalau untuk hal-hal seperti ini aku selalu serius. Bahkan terlalu serius. Aku butuh waktu sangat lama untuk pulih dari sakit hatiku yang dulu. Ma-kun masih ingat?"

Masahiro mengangguk. Meski sebal karena teringat itu sebabnya dia harus menunggu begitu lama sebelum benar-benar yakin kalau Tori punya perasaan yang sama dengannya dan memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya. Lebih menyebalkan lagi karena sampai hari ini dia tak benar-benar tahu apa yang terjadi sebenarnya dan Tori mengunci mulutnya rapat-rapat.

Tori tersenyum lembut. "Aku tak pernah ragu atau tak serius. Sedetik pun. Aku sudah pernah bilang ini. Terserah Masahiro apakah mau percaya atau tidak."

Masahiro menggerutu dan mengeratkan pelukannya. "Aku sayang Tori. Sayang sekali."

Tori mengecup kening Masahiro. "Aku juga sayang Masahiro." Dikecupnya sekali lagi pemuda itu dan mendorongnya lembut sampai pemuda itu rebah di atas kasur. Rengutan di bibir Masahiro perlahan memudar, tergantikan cengiran jahil, terutama saat Tori menarik lepas simpul penahan mantel kamarnya.

"Mau apa, sensei?" Tanyanya dengan cengiran makin lebar, pun tangannya mengelus pinggul Tori dengan menggoda.

"Hmm? Hanya mau bercinta lagi dengan tunanganku. Ada masalah, Inoue-kun?" Tori merendahkan pinggulnya dan mendesah pelan.

Masahiro menggigit bibir. "Tidak." Digerakkannya pinggulnya sekilas dan senyumnya mengembang saat Tori mengerang lirih. "Sama sekali tidak."

-end-

26 comments:

  1. HHHNNNNNGGGGHHHH. Yang di bawah belum tentu uke loh, bakappuru!

    ReplyDelete
  2. Tante tanukiii..! Ma-kun pasti jadi uke yang binal! Kayak saga..hahahah.. *keingetan postingan uke binal

    ReplyDelete
  3. I kinda miss top!Tori. 8D *bunnykiss*

    ReplyDelete
  4. @an99a: Eh ya? Tori juga binal (banget) kok. XDDD

    ReplyDelete
  5. Sama2 binal?! Kyakya! Itu tempat tidur ga bakalan nyampe 3bln pastii.. XDD

    Tori : kalo patah bikin ranjang baru! XP

    ReplyDelete
  6. LMAO pantas kau kurus, bocchan, habis makan tenaganya langsung dipakai lagi.
    XDDDD tau nih sensei, anak kecil disuruh nunggu lama--sekarang dijahilin mulu. *jitak sensei*
    Kazuki perhatian sekali ya.

    ReplyDelete
  7. Pfffftttttt. Kazuki emang kakak yang paling super. XDDD

    Ma-kun, coba bikinin kare sana. *salah universe*

    ReplyDelete
  8. @Icha: now that you mention it, yeah~ *berpikir*

    .............

    *blushing*

    @Nei: tidak ada kalori yang disimpan! LOL

    @Anne: hihihihi dia mungkin sebenernya bete karena lg sendirian jadi aja adeknya diisengin :p

    ReplyDelete
  9. Kenapa kau tersipu-sipu begitu pandaaaaaaa XD *tailpoke*

    ReplyDelete
  10. lama lama keliatan Ma-kun itu bukan anak ibunya, tapi anak Kazuki, lol.

    ReplyDelete
  11. @Icha karenaaaaa!!! *ndusel celengdebu*

    @Nei bisa dibilang gitu kan? Lah, yang ngurus selama ini kan Kazuki XDDDDD

    ReplyDelete
  12. Kazuki tega bgt nyuruh pelayan tak berdosa jadi tumbal

    Tori irit! Yakin ranjang doank yg dipinginin? Sekalian aja angkutin sofa, meja makan, tv, alat makan, alat dapur, kulkas, ac, etc dari rumah Bochan, kan lumayan ga perlu beli XP

    Tori : (mikir) belanja gratis dirumah mertua ya. . . Hmmm. . .

    ReplyDelete
  13. @Rey: Nggak, kok. Untuk hal ini, Tori cukup one track minded. Cukup tempat tidur aja XDDDDD

    @Icha: Kiiih~ yang itu aja belum kelaaaaaar *gigit*

    ReplyDelete
  14. Ah, Sensei, bercinta itu tak selalu perlu tempat tidur XDDDD~~~

    Nfufufu, kalau rusak, masih ada sofa, kamar mandi, dapur....Syalalalala~~~ 0:D

    Btw..., apa aku membaca kalimat berisi TomXHide tadi?!!!! (woot)

    ReplyDelete
  15. Ero kappa!! *sundul*

    Umh.... Aku menunggu ijin dari yang punya AU dulu *ninja*

    ReplyDelete
  16. @Panda; Kan kau bisa solo karir XDDD *dicakar*

    ReplyDelete
  17. Aku sudah sering solo karir! Gantian! *tiban*

    ReplyDelete
  18. Yang ga solo karir aja ga selesai2 gimana kalo disambi solo karir jugaaa *mamam buntut panda*

    ReplyDelete