Fandom: D2/Prince of Tennis Musical 2nd Season
Pairing: Yamaguchi Kenki x Mitsuya Ryou
Rating: G
Warning: BL, AU, OOC
Disclaimer: the usual entourage. I don't own anything.
Note: gue juga gak tau gue ini nulis apa LOL
Selama 15 tahun hidupnya, Mitsuya tak pernah tahu seperti apa rasanya dirayu seseorang. Oke, bukannya tidak tahu sama sekali hanya saja dia biasanya akan mengacuhkan jika ada orang yang memberikan perhatian khusus atau menolak dengan sangat sopan jika ada yang memberanikan diri mengajaknya ke belakang gedung sekolah dan mengutarakan keinginan ingin menjadi teman dekatnya. Bukannya tak ada yang menarik ataupun tak tertarik tapi Mitsuya merasa tenis dan fashion lebih menyenangkan untuknya.
Karena itu, ketika pemuda itu muncul dan Mitsuya mendapati kenyataan bahwa dirinya dijodohkan, dia sama sekali tak tahu harus bagaimana. Menolak akan menyakiti perasaan orang tuanya dan cepat atau lambat, ibunya pasti akan menemukan cara agar Mitsuya menganggukan kepala.
Apa yang diharapkan orang tuanya sih? Dia masih 14 tahun waktu itu dan pemuda itu... 19 tahun? 20 tahun? Entahlah. Kenapa pula pemuda itu setuju-setuju saja dijodohkan dengan anak kecil seperti dirinya.
“Matamu bagus.” ujar pemuda itu, Yamaguchi Kenki namanya.
Wajahnya tampan meski bukan tipe tampan yang membuat orang yang melihat menahan nafas. Tak suka basa basi dan senyumnya ramah. Juga tak banyak bicara dan senang-senang saja digeret Mitsuya ke sana kemari. “Menarik,” katanya.
Kenki tinggal di Tokyo dan mau tak mau Mitsuya menghargai usahanya datang ke Aomori hanya untuk bertemu dengannya. Dengan sopan mengetuk pintu dan bertanya pada ibunya apakah dia boleh mengajak Mitsuya keluar dan berjanji akan mengantarnya pulang sebelum jam 9 malam. Dia juga mendengarkan apapun cerita Mitsuya. Soal tenis, soal hobi belanjanya, soal sepupunya yang kehilangan pendengaran karena kecelakaan, apapun. Tak bertanya sampai Mitsuya selesai bercerita dan akan diam kalau Mitsuya memberi sinyal tak ingin menjawab. Genggaman tangannya pun hangat dan tak pernah menyentuh Mitsuya tanpa seijinnya. Saat berjalan berdua pun, dia akan berhenti dan menunggu sambil tersenyum jika Mitsuya tertinggal beberapa langkah.
Pemuda itu menatapnya lurus-lurus dan berkata sambil lalu kalau seandainya boleh, dia ingin mencium Mitsuya.
“Ke...kenapa?”
“Karena.”
Mitsuya belum terbiasa dengan jawaban itu dan Kenki terbahak saat Mitsuya melempar keningnya dengan sendok plastik bekas yoghurt. Meskipun kemudian dia mengejar Mitsuya yang berlari menjauh dan mendekatkan wajahnya. Dikecupnya rambut Mitsuya yang sangat itu masih pendek dan Mitsuya sebal sekali karena tak bisa menyembunyikan wajahnya yang memerah. Tak lupa sekali lagi memukul lengan pemuda itu karena Kenki nyengir lebar melihatnya.
Pemuda itu pun membantu banyak saat dokter yang menangani Yuuki sudah menyerah dan menyarankan agar Yuuki mengikuti rehabilitasi di sebuah rumah sakit di Tokyo. Dia mencarikan tempat tinggal yang dekat dengan rumah sakit dan jaraknya pun tak terlalu jauh dari apartemennya sendiri. “Supaya tak terlalu repot kalau ada apa-apa,” ujarnya memberi alasan. Tentu saja perbuatannya itu langsung mendongkrak popularitas Kenki di depan seluruh keluarga Mitsuya.
Sebab itu, sebulan sebelum kepindahannya ke Tokyo untuk menemani Yuuki, Mitsuya tak tahu harus bersikap bagaimana di depan Kenki yang menatapnya lurus-lurus. Pemuda itu datang, seperti biasa meminta dengan sopan dan Mitsuya hanya berkata kalau dia ingin makan takoyaki. Setelahnya mereka hanya berjalan-jalan di taman sambil menikmati takoyaki yang mengepul dan Mitsuya mencibir iri pada Kenki yang minum bir.
“Jadi,” ucap Kenki sambil mengajaknya untuk duduk di ayunan di tengah taman, “apa selama ini aku sudah berhasil memenuhi semua syarat yang kamu berikan?”
Mitsuya mengerjap bingung. “Ha?”
Kenki tertawa. “Itu loh, katanya kamu akan mempertimbangkan kalau aku bersedia mengikuti semua syarat yang dulu kamu bilang waktu kita pertama kali bertemu.”
“Oooh...itu.” Mitsuya meniup bulatan takoyaki yang masih mengepul dan mendadak wajahnya memerah seperti benar-benar baru tersadar apa yang ditanyakan Kenki sebenarnya. “Oh.”
Kenki tertawa lagi dan tak melanjutkan berkata apapun, hanya menatap lurus ke arahnya. Mitsuya menunduk dan menatap sepatunya dengan penuh minat. “Apa... ini karena aku dan Yuuki akan tinggal di Tokyo dan kamu sudah menawarkan untuk membantu kami?”
“Begitulah.” jawab Kenki. “Aku ingin tahu sampai sejauh mana aku boleh melangkah di dekatmu karena nanti di Tokyo tak akan ada siapa-siapa kecuali kita bertiga. Tapi lebih dari itu, aku benar-benar ingin tahu. Ini sudah nyaris setengah tahun loh.. Aku tak bisa berlama-lama berputar-putar dan bertanya-tanya apakah kau akan mengangguk atau menggeleng. Aku juga punya perasaan loh.”
Kening Mitsuya berkerut dan tanpa sadar bibirnya pun mengerucut agak tak suka. “Memangnya kau berharap apa? Aku ini lulus SMP saja belum. Salah sendiri mau saja ikut omiai meski calonnya masih 14 tahun.”
Kenki tertawa. “Yah, memang salahku sih, tapi.......... apa kamu benci padaku?”
Mitsuya menggeleng.
“Suka?”
“.............suka, sih. Tapi aku tak tahu suka yang bagaimana.” ucap Mitsuya jujur. “Aku belum pernah punya pacar atau benar-benar tertarik dengan seseorang.” Mitsuya mengangkat bahu, masih menolak memandang pemuda itu karena dia yakin wajahnya saat ini pasti merah sekali.
Kenki terdiam beberapa jenak sampai Mitsuya harus menoleh karena khawatir kalau Kenki mendadak menghilang. Tidak lucu kalau dia harus berjalan pulang sendirian malam-malam begini, apalagi kalau dia sampai menyinggung perasaan Kenki. Bagaimanapun, itu bukan perbuatan yang baik. Tapi pemuda itu masih duduk di sebelahnya dengan tangan terjulur ke arahnya.
Mitsuya menatap tangan itu lekat-lekat lalu mengangkat wajahnya untuk menatap si empunya dengan bingung.
“Kalau kamu tak mau, pukul tanganku dan aku akan mengantarmu pulang dan kita akan bertemu lagi di Tokyo.” Kenki menjelaskan. Binar matanya tak bisa ditebak. “Tapi kalau kamu mau, genggam tanganku dan aku akan menciummu.”
“A..apa-apan itu?!” seru Mitsuya terperangah.
Kenki mengedikkan bahu, tersenyum miring penuh arti. “Semuanya terserah kamu kok. Kalau dipukul, aku akan berterima kasih karena diberi kesempatan mengenalmu dan aku akan tetap membantumu dan Yuuki-chan di Tokyo nanti. Sebagai teman.”
Mitsuya menatapnya. “Kalau sebaliknya?”
“Tentu saja aku akan senang sekali.” Senyumnya terkembang lebar dan terlihat begitu penuh percaya diri.
Entah dia sedang dipermainkan atau apa, Mitsuya tak begitu mengerti. Ditatapnya lagi tangan itu dan Kenki yang menunggu dengan sabar seraya menggerak-gerakkan alisnya. Mitsuya sebal sekali. Ada apa sih dengan pemuda ini? Kenapa Mitsuya tak bisa marah atau benci padanya? Kenapa baik sekali? Kenapa mendadak terlihat tampan sekali sampai membuat dadanya berdebar-debar?
Perlahan, Mitsuya mengangkat tangannya dan memukul tangan pemuda itu.
Kenki terdiam sesaat. Terlihat agak terkejut dan tangannya masih menggantung di udara meski kemudian perlahan senyumnya mengembang. “Sou ka.” bisiknya. Pemuda itu menarik nafas dan baru saja hendak menarik tangannya ketika tangan Mitsuya menyambar tangannya lagi dan menggenggam dengan erat.
Mitsuya menunduk, mengeratkan jemarinya di sekeliling pergelangan Kenki. “Kau menyebalkan.” bisiknya.
Kenki menatapnya lurus-lurus. Pada tangan Mitsuya di sekeliling tangannya, pada pipinya yang bersemu merah dan pada protesnya yang jujur. Pemuda itu tersenyum lebar, memutar pergelangan tangannya agar bisa mengaitkan jari-jarinya dengan jemari Mitsuya. Ibu jarinya mengelus kulit punggung tangan Mitsuya yang halus dan tanpa basa-basi menarik lengan Mitsuya sampai pemuda cantik itu nyaris terjungkal. Kenki menangkapnya dengan sigap, satu lengannya melingkar mantap di pinggang Mitsuya.
“Ma, mau apa?” jengit Mitsuya seraya memberontak berusaha melepaskan diri karena sungguh deh, dia tak mau sampai ketahuan kalau jantungnya sedang berdebar dengan begitu kerasnya.
“Diam dong.” tukas Kenki, tersenyum begitu lebar dan sumringah. “Tadi kan sudah kubilang kalau aku akan menciummu.”
“......................Baka!”
-end-
GYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
ReplyDelete*cengengesan di kantor di tengah orang2 yang sedang ngomongin segala jenis form apapun deh*
KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
Menyebalkan menyebalkan!!!
ReplyDeleteKenkiiiiiii!!! *ngesot-ngesot hyper*
Gw jadi beneran ikut cinta sama Kenki nih!
ReplyDeleteYabaa~aai. Cowok macem begini bahaya banget.
Curang XD. Tampak keren, dan mantab.
jeritan apa ini? *timpuk*
ReplyDeleteXDDDDDDD
ihihihihihihi
ReplyDeletepadahal belum tentu juga manusia aslinya kaya gitu ya XDDD Tapi tak apa! Kenkiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii~~~~~
ReplyDeleteAPA INI PANDAAAAAAAAAAAAAA KENAPA MICCHI-NYA TSUN TSUN ABIS BEGITUUUUUUUUU AAAAAAAA KENKI-NYA SUPER KEREEEENNNNN HUAAAAAANNNNGGGGG
ReplyDelete*geret panda ke kamar*
INI FANFIC NAMANYA, ICHAAAAAAAAAAA!!! *ditiban*
ReplyDeleteKAN MASIH BARUUUU~~ (tapi sampe sekarang pun tsuntsun XDDD)
*tergeret dengan senang*
AKU TAHU INI FANFIC TAPIIIIIIIIIIIII *mamam panda*
ReplyDeleteKenki sang raja rayuan, host nomor 1 kabukicho dress bisa lelang baju kalo saingannya cowk macem gni!! Kenki marry meeee!! *luluran* *dilaser*
ReplyDeleteBANG, PACARAN YUK BANG. YUK BAAAAAAAANG!
ReplyDelete@Rey: ha? XDDDDD
ReplyDelete@Icha: *termamam dengan senang*
@Nei: ngantri, kk!! Yang mau banyak!!
Punya tunangan macem gni micchi musti waspada 45 ato dia bakal punya anak selusin sebelum umur 30 XP
ReplyDeleteIya! LOL kalo pasangan het biasa, dua orang ini pasti anaknya banyak!! LMAO
ReplyDeleteAnaknya memang banyak. 14.
ReplyDelete*mendaftar sebagai anak ke 15*
ReplyDeletePunya papa yang punya kemampuan merayu setingkat host kabukicho + mama chantik jelita, anak2 mereka tampak akan punya komposisi mengerikan