Fandom: Kamen Rider Decade/Samurai Sentai Shinkenger
Pairing: Inoue Masahiro x Matsuzaka Tori
Rating: PG-13
Warning: BL. AU. OOC
Disclaimer: I do not own any of the characters. No profit gained. No harm intended
Notes: Seharusnya gue mikirin copy writing buat TVC tapi malah bikin fanfic *menari-nari* Oh, ini pasti gara2 Ma-kun dan tatapannya yang membuat hamil itu.
Buat SATCers tercintaaaah~~
Tori melangkah masuk ke dalam gerai Starbucks yang tak terlalu ramai. Tanpa menengok kanan-kiri langsung menuju counter dan memesan grande iced chai tea latte. Setelah seorang barista menyerahkan pesanannya, barulah dokter itu celingukan mencari teman kencannya. Jarang-jarang Masahiro mau diajak bertemu di luar seperti ini. Tori memang sedang tak ingin lama-lama di rumah sakit dan apartemennya sedang dalam kondisi luar biasa berantakan. Tori tak ingin waktunya berduaan dengan sang pacar malah dihabiskan dengan beres-beres. Masahiro hanya tertawa saat Tori memberitahunya dan mengiyakan saja. Tak ada salahnya ganti suasana.
Matanya kemudian menangkap sosok berbadan panjang berambut coklat di salah satu sudut. Tori mendekat sambil tersenyum. Masahiro sengaja mengambil tempat di sudut yang agak tersembunyi oleh pot tanaman. Kaki panjangnya disilangkan dengan santai. Sneaker Puma warna putihnya mencolok kontras dengan celana denim ketatnya yang berwarna gelap. Kaus biru muda berleher rendah dan cardigan panjang abu-abu yang lengannya ditarik sampai siku membuatnya terlihat semakin tampan. Pemuda itu tampak serius mengutak-atik iPhone-nya. Tori tersenyum puas dan bangga.
Dikecupnya pipi Masahiro sekilas, “Hai! Sudah menunggu lama?” tanya Tori sembari menghempaskan tubuh ke sebelah pemuda itu.
Masahiro mengangkat kepalanya dari kesibukannya dan pura-pura merengut. ”Aku nyaris mati bosan. Katanya tak ingin lama-lama di rumah sakit? Itetete~” pemuda itu mengaduh karena lengannya dicubit Tori.
”Serius sedikit dong~”
Pemuda itu mengusap-usap lengannya. ”Iya, bercanda. Baru sepuluh menit kok. Tori kok tidak bisa diajak bercanda sih hari ini?”
Tori merengut dan membuang muka. Dihisapnya minumannya lewat sedotan dengan pipi menggembung. “Aku kan tidak enak kalau kamu menunggu terlalu lama. Kalau di apartemenku atau rumahmu kan kamu bisa tidur tapi ini kan di tempat umum.”
Masahiro mengangkat alis. “Ya, makanya, kalau begitu kenapa tidak di apartemen Tori saja?”
Tori makin merengut. ”Aku kan sudah bilang kenapa.”
Masahiro meletakkan handphone-nya ke atas meja. Sikunya ditumpukan di atas lutut dan menopang dagu. Matanya memperhatikan Tori dengan pandangan menyelidik, mencoba mencari apa yang membuat Tori jadi moody seperti itu. Tapi yang dilihatnya malah membuatnya tersenyum-senyum. Tori agak mengurus belakangan ini. Mungkin karena kunjungan rutinnya ke kolam renang rumah sakit. Jeans yang dikenakannya begitu pas dengan kakinya yang jenjang meski tak sepanjang kaki Masahiro. Polo shirt warna pink dipadu dengan cardigan hitam membuatnya tak terlihat begitu serius dibanding kalau sedang mengenakan seragam prakteknya. Masahiro tahu di balik pakaian itu ada kulit kecoklatan dengan otot yang terbentuk dengan begitu menggoda. Kadang Masahiro iri karena dia tidak memiliki otot sebagus Tori. Tori beralasan itu semua karena dia ikut klub renang sampai SMU dan selalu berenang dengan ayahnya kalau sedang pulang ke Kanagawa.
Masahiro juga tahu kalau ada banyak tahi lalat di tubuh Tori. Masahiro hapal di luar kepala karena sering menciumi tempat-tempat itu hanya demi melihat Tori menggeliat geli atau bahkan mengerang kalau tempatnya cukup strategis. Favorit Masahiro adalah di tengkuk sebelah kiri bawah, di dekat panggul kiri dan dua di paha bagian dalam sebelah kanan. Tori bisa sampai mendengkur seperti kucing kalau sudah disentuh di tempat-tempat itu.
Menggigit ujung jari kelingkingnya, Masahiro meneruskan memandangi pacarnya yang masih merajuk itu. Matanya tertuju pada pundak dan leher Tori. Bagian tubuh Tori yang paling seksi dan sepertinya pemiliknya entah sadar entah tidak selalu memperlihatkan dengan suka rela. Masahiro tahu betapa hangat dan manis rasa kulit Tori di situ. Dia suka meletakkan bibirnya di bagian leher yang berdenyut pelan sambil bergumam, lagi-lagi hanya untuk membuat Tori menggigit bibir dengan resah. Masahiro juga menyukai membenamkan wajahnya di lekuk leher Tori karena selalu terasa begitu nyaman. Wangi parfum bercampur aftershave yang segar atau kadang aroma gurih vanilla bercampur jeruk yang begitu mengundang sampai Masahiro tak tahan untuk tidak mengigit lembut.
Rahang Tori yang bagus pun tak luput dari perhatian Masahiro. Sampai beberapa waktu yang lalu, rahang itu tampak agak membulat tapi sekarang sudah terlihat lagi bentuknya. Masahiro selalu suka bagaimana mata Tori mengatup perlahan setiap kali jari-jari Masahiro mengelus rahangnya dengan begitu lembut dan penuh cinta. Juga bibir Tori yang membuka perlahan saat jari-jari Masahiro menyapu lembut, kadang Masahiro berhenti sejenak untuk membiarkan Tori mengecup buku jarinya seraya membuka matanya dan memandang Masahiro dengan penuh cinta. Sepasang mata kecoklatan yang selalu membuat Masahiro hanyut dan tak tahu harus bagaimana. Kalau sudah begitu, Masahiro tak akan tahan untuk tidak mencium Tori.
Masahiro terpaku sejenak saat mendapati wajah yang sedang diamatinya perlahan bersemu kemerahan. Kedua kakinya diangkat ke atas sofa dan dilipat di depan dada, bergerak sedikit gelisah. Didorongnya lengan Masahiro seraya bergumam,
”Ma-kun~” dengan nada menegur manja.
Masahiro tertawa pelan, tak benar-benar mengalihkan perhatian dari sang pacar. ”Apa?”
Tori melirik ke sekitar mereka dan merendahkan suaranya. ”Jangan memandangku begitu.”
Sebelah alis Masahiro yang tertata rapi terangkat. ”Memangnya kenapa?”
Tori membuang muka dan menatap pot tanaman di dekat sofa yang mereka duduki. Digigitinya sedotan di gelasnya. ”Malu, tahu.” gumamnya agak tak jelas.
Melihat pemandangan yang begitu imut di depannya itu, Masahiro menggigit bibir dan mengambil sati tangan Tori. Menggengam dengan erat dan hangat sebelum membawa tangan Tori ke depan bibirnya dan mendaratkan bibirnya ke pergelangan tangan Tori.
”Salah Tori kenapa mengajak bertemu di tempat seperti ini. Kalau di apartemen kan, kita bisa bebas.” gumam Masahiro.
Tori menarik nafas tajam. Mendadak celana jeans-nya terasa lebih ketat daripada setengah jam yang lalu. Digigitnya bibirnya sekilas, menarik nafas sekali lagi lalu beringsut mendekat. Kepalanya bersandar ke pundak Masahiro. Ditusuknya pelan dada Masahiro.
”Ma-kun harus belajar menahan diri dong.”
Masahiro mengernyit tak suka. ”Kenapa harus?” Diremas-remasnya tangan Tori dengan gusar.
Tori tertawa pelan dan mengangkat kepala untuk memandang Masahiro. ”Hari ini aku kangen sekali dengan Masahiro loh. Tapi aku sedang ingin ngobrol saja dengan Masahiro. Toh, nanti malam Masahiro juga pasti akan ikut pulang ke apartemen kan?” ujarnya sembari meletakkan jari di depan bibir pemuda itu.
Masahiro mengangguk membenarkan meskipun masih sedikit merengut. Dokter itu kembali merebahkan kepalanya ke pundak Masahiro. ”Aku ingin begini dulu. Lagipula, aku sedang ingin pamer.”
”Ha?” Masahiro menunduk.
Tori mengangguk. ”Dari tadi sudah ada lima orang yang melihat ke sini karena mengenali Ma-kun. Begini saja kan sudah cukup untuk bilang kalau mereka tak boleh mendekat karena Ma-kun milikku.”
Tawa pemuda itu tersembur. ”Jadi aku tak boleh memandangi Tori sementara Tori boleh pamer seperti itu?”
Tangan Tori menepuk pelan dada Masahiro. ”Ini dan itu beda dong. Aku tak sevulgar Ma-kun.”
Masahiro mencibir. Tori tertawa dan mengecup rahang pacarnya dengan penuh perasaan. Matanya meredup dan berbisik dengan nada menggoda. “Kalau Ma-kun mau sabar, nanti malam Ma-kun boleh melakukan apapun padaku deh.”
Mata Masahiro melebar dan melempar tatapan menantang pada Tori. ”Kupegang kata-katamu, Sensei.”
Tori tersenyum manis dan mengedikkan bahunya. Sekali lagi menyandarkan kepalanya dengan nyaman dan mendesah puas saat melihat beberapa orang mencuri pandang ke arah mereka.
DASAR EKSEBISIONISSSS!! XD
ReplyDeleteGyaaaaaaa Sensei cemberut gigit2 sedotan sambil meluk lutuuuuuuutttt manis banget ituuuuuuu
Shikatanai neee~~
ReplyDelete*peluk erat celengdebu*
Pamer gapapa koooook wong yang bisa dipamerin ada bangeeettt *hearts*
ReplyDeleteAku mau ngusel2 celengdebuuuuuuuu
iya kan? Boleh kan? Wong pacarnya ganteng ndosani gitu. Boleh banget dong ya dipamerin *mencari pembenaran* #apadeh
ReplyDelete*sighs* sebenernya gue udah pengen ngurusin pernikahan mereka, tapi tak ada waktu #eh
senang ya pacarnya jadi seksi lagi setelah debu beberapa lama? *snerks* otot abdomenmu gimana kabar, Ma-kun? *diseruduk*
ReplyDeleteDASAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAR AKU IRI AKU IRI MEREKA COCOK SEKALI HAU HAU HAAAAAAAAAAAAU!!!
sebetulnya aku ingin minta adegan malamnya, tapi persiapan pernikahan juga boleh deh.
*senang*
sudah kubilang aku sibuk *sisiran* adegan malam mungkin lebih gampang tapi sedang tak mood untuk bikin ahihihi *digampar*
ReplyDeletesibuk kok bisa bikin dua fic sehari.
ReplyDelete/ditampar/
ini namanya melarikan diri dari kenyataan *ngumpet*
ReplyDeletePacar seperti Ma-kun memang harus dipamerkan, Sensei!!!!!
ReplyDeletePamerkan saja dia! Pamerkan lehernya! Pinggangnya! Kakinya! &yang lainnya juga.... *grin*
piyonya juga?
ReplyDeleteTERUTAMA PIYO-NYAAA~~!!! (gyay)
ReplyDeletetiba2 kebayang muka sudacchi waktu gak sengaja menemukan "barang haram" yang tak layak dilihat....
ReplyDeleteawwww celengdebuuuuuuuu........... *nemplok*
barang haram apa? XDDD
ReplyDelete