Monday, February 14, 2011

[fanfic] AU YutaxShunsuke - Chance

Fandom: Fujoshi Kanojo
Pairing: Furukawa Yuta x Daito Shunsuke
Rating: NC-17
Warning: BL. AU. OOC. NSFW.
Disclaimer: I do not own any of the characters. No profit gained. No harm intended
Note: Stensilan gejeh. Tidak usah dibaca kalau tak suka. Buat Icha dan Nei. *sighs* I need sleep




"Ne, Yuta."

"Nani?"

Shunsuke menarik nafas. Memutar kursi kerjanya menghadap tempat tidur supaya bisa memandang Yun yang duduk di sana. Yun tidak menoleh atau mengangkat kepala, masih duduk santai bersandar ke sandaran tempat tidur, asyik dengan novel detektif yang disandarkan ke lututnya.

"Mungkin sebaiknya kita putus saja ya." Ujar Shunsuke.

Pria di tempat tidur itu mengangkat kepala, menatap Shunsuke dengan teliti. Mata rubahnya tak berkedip sedikitpun dan Shunsuke menelan ludah. Perlahan, Yun menutup novelnya, menyingkirkannya ke samping dan melepas kaca mata.

"Aku tak pernah suka mendengar pernyataan tanpa alasan kuat." Nada tegas dalam suaranya membuat Shunsuke menunduk.

"Shunsuke?" Yun mengangkat sebelah alisnya. Garis wajahnya mengeras dan sudut bibirnya berkedut pelan.

Shunsuke menarik nafas. "Aku... boleh bertanya?"

Yun mengangkat bahu. "Seharusnya aku yang bertanya tapi sudahlah. Mau tanya apa?"

Merasa sedikit tak nyaman, Shunsuke duduk sedikit lebih tegak. Ibu jarinya menggaruk ujung alisnya yang tebal.

"Apa membiarkan aku bertemu dengan anak-anakmu adalah caramu untuk bilang padaku bahwa aku tak perlu berharap apapun darimu karena apapun yang terjadi, kau hanya akan serius jadi pacarku tapi tak lebih dari itu?"

Yun mengerjap. Otaknya perlahan memroses pertanyaan Shunsuke yang terdengar begitu rumit. "Apa yang membuatmu berpikir begitu? Kau yang bilang kalau kau ingin bertemu mereka."

Shunsuke mengangguk. "Itu artinya kau tak akan pernah mempertemukan aku dengan anak-anak itu kecuali aku minta kan?"

Yun diam. Shunsuke menghela nafas. "Yappari ne... Memang seharusnya aku tak percaya begitu saja waktu kau bilang tak keberatan pacaran denganku. Hahaha, aku ini naif juga ya. Mana mungkin aku bisa masuk ke tengah keluargamu kan."

"Hei."

Shunsuke memutar kursinya, memunggungi Yun. Tak ingin melihat pria itu karena takut pendiriannya runtuh. Meskipun Hide-kun dan Haru-kun sudah mau menyambutnya dengan lebih ramah, tetap saja ada jurang yang rasanya tak mungkin bisa diseberangi Shunsuke. Dia tak pernah punya niat untuk ikut mengambil peran Yun sebagai ayah. Dia hanya ingin diakui sebagai orang yang dianggap penting oleh Yun. Karena tak mungkin dia ada di samping Yun dan sama sekali tak berinteraksi dengan dua anak itu.

Mungkin cukup hanya dengan sama-sama tahu saja tapi Shunsuke tak bisa begitu. Dia tak akan tahan terus menerus diperlakukan seperti orang luar yang sama sekali tak ada hubungannya. Shunsuke tak bisa protes karena kedua bocah itu jelas punya hak 100% atas Yun. Sementara dia tidak.

Akal sehatnya sebenarnya tahu resikonya akan seperti ini. Yun menjawab dengan terlalu mudah dan sama sekali tak ambil pusing untuk menjelaskan dengan hati-hati. Mungkin sebaiknya dihentikan sekarang sebelum Shunsuke terlanjur jatuh cinta dan menuntut yang tidak-tidak. Karena kalau disuruh memilih, jelas Yun tak akan menoleh padanya.

Lamunannya buyar ketika dengan sebuah sentakan, kursinya berputar dan merasakan tubuhnya terangkat lalu terhempas ke atas kasur. Matanya mengerjap dan tahu-tahu saja Yun sudah berada di atasnya. Kedua lengannya memerangkap tubuh Shunsuke dengan kuat. Wajahnya yang cantik tampak sedikit datar tapi mata rubahnya menyelidiki dengan tajam. Reflek, mata Shunsuke terpejam ketika wajah Yun bergerak turun dan bibirnya menekan lembut bibir Shunsuke.

Tangan Shunsuke pun otomatis menyentuh lengan Yun saat pria jangkung itu memagut bibirnya dan menghisap pelan; mengulum bibir Shunsuke dengan sedikit bersemangat. Satu gigitan pelan di bibir Shunsuke akhirnya berhasil membuat Shunsuke mengerang lirih. Sambil merengut, lengannya melingkari leher Yun dan balas memagut bibir pria jangkung itu. Kesal karena tak bisa menolak dan begitu mudahnya perhatian teralih.

Jari-jari panjang Yun mengusap rambut Shunsuke dengan lembut dan ciuman mereka pun berubah jadi kecupan-kecupan ringan. Yun tersenyum kecil melihat ekspresi Shunsuke yang masih agak merengut meski wajahnya merah.

"Mau mendengarkan?" Yun bertanya dengan lembut.

Shunsuke mengangkat bahu, memainkan helaian kecoklatan rambut Yun dengan satu jari.

"Masih ingat waktu kubilang aku tak punya waktu untuk main-main?" Yun tak menunggu Shunsuke untuk menyahut atau mengangguk. "Aku bilang begitu karena itu kenyataannya. Memang, bukan cuma kamu yang kudekati hanya karena aku tertarik tapi tak ada yang kutemui lagi setelahnya."

Dibelainya sisi wajah Shunsuke dengan satu jari. "Aku tak tahu anak-anak itu bilang apa padamu. Kau seharusnya tahu lebih baik untuk tidak memasukkannya dalam hati. Mereka khawatir padaku. Cuma itu."

Shunsuke tak tahu semerah apa wajahnya saat itu. Yang pasti, kepalanya terasa panas. Jari-jarinya menelusuri kerah piyama Yun lalu menggerut pelan. "Memangnya apa yang kau lakukan sampai membuat mereka khawatir?"

Kekehan pelan Yun mengiringi kecupan lembut di bibir Shunsuke. "Entahlah. Mungkin hal-hal seperti mendekati pengacara tampan dan lucu seperti yang ini." Tangannya yang besar bergerak mengelus sisi tubuh Shunsuke dan menyelinap ke balik piyama untuk menyentuh kulit yang hangat. Shunsuke menggeliat pelan dan beringsut saat Yun menyelipkan kaki ke antara kedua kakinya.

Shunsuke beringsut, menggigit bibir karena lutut Yun menggesek selangkangannya. "Tapi awalnya kau juga tak ingin aku menemui mereka." Tarikan nafas tajam menyusul ucapannya; ibu jari Yun bergerak pelan di dadanya.

Yun menggeleng; membenamkan kepalanya ke lekuk leher Shunsuke dan mulai memagut pelan. "Kita baru sebentar bersama. Aku tak ingin kau kecewa atau berharap terlalu banyak. Aku serius, Shunsuke tapi kalau kau berpikir aku akan sesigap temanmu dan melamarmu sekarang juga, aku takut kau hanya akan kecewa."

Shunsuke menundukkan kepala dan menepuk pelan dada pria jangkung itu. Berusaha tak terlihat kalau dia tersipu-sipu. "Aku tidak berpikir sampai situ, tahu." Shunsuke menghela nafas, menengadah sedikit dan membiarkan Yun menikmati lehernya. Tertawa pelan saat mendapati kancing piyamanya sudah terbuka semua dan tak keberatan saat Yun menarik lepas celananya.

"Aku terlalu banyak berpikir ya?" Gumamnya sambil mendorong Yun menjauh dan melucuti piyama kekasihnya itu. Yun tak langsung menanggapi, lebih memilih untuk mencium Shunsuke.

"Biar mereka jadi urusanku." Bisik pria cantik itu seraya menggigit pelan kulit di pundak Shunsuke. "Mereka tahu kalau mereka nakal, aku akan menggantung terbalik mereka di teras." Ujarnya singkat seraya menyeringai.

Alis tebal Shunsuke mengerut. "Kau tega?"

"Menurutmu?"

"............Baiklah. Lebih baik aku tak usah tahu."

Yun tertawa lalu memandang Shunsuke dalam-dalam. Shunsuke tak bisa mengalihkan pandangan dan menelan ludah melihat kilatan penuh nafsu di sepasang mata rubah itu. Telapak tangannya mengelus punggung Yun, bergerak turun untuk meremas pelan dan merapatkan pinggul mereka. Shunsuke mendesah.

Rubah itu menjilat bibir. "Jadi apa rencanamu, pak pengacara?"

Menarik turun leher Yun supaya bisa menciumnya dengan lebih mudah, Shunsuke mengedikkan bahu dengan manja. "Entahlah. Menurutmu aku harus apa, pak guru?"

"Sekarang?" Yun menarik pelan lengan Shunsuke, memberi tanda agar pria mungil itu berbaring tengkurap. Shunsuke tertawa pelan, mengaitkan jari-jarinya dengan jemari Yun sementara tangan Yun yang lain menyelip di antara tubuh Shunsuke dan kasur. Shunsuke menggigit bibir dan mengangkat pinggulnya. Dirasakannya dada Yun di punggungnya dan nafas Yun di telinganya juga bisikan Yun yang parau namun terdengar begitu seksi.

"Sekarang aku hanya ingin kau mengerang, memohon dan menjeritkan namaku. Berkali-kali." Dan mencium Shunsuke dengan penuh nafsu.

Shunsuke membenamkan wajahnya ke dalam bantal. Tangannya yang bebas mencengkeram seprai saat Yun memasuki tubuhnya. Tanpa malu-malu mengerang dan memohon di mana dia ingin disentuh. Menyamakan irama tubuhnya dengan Yun dan memenuhi keinginan Yun dengan menjeritkan nama kekasihnya, mencengkeram kuat sampai Yun menggerungkan namanya lalu melenguh panjang dan rendah seraya meledak di dalam tubuh Shunsuke.

-------

"Aku boleh berkunjung ke Osaka lagi?"

"....Tak usah buru-buru."

"Tidak, kok. Aku hanya ingin tahu apakah aku akan selalu dibukakan pintu."

"......Asal kau tahu sopan santun dan menelepon dulu sebelum datang."

"Hai, Sensei."

-end-

22 comments:

  1. aduh Shunsuke, jangan buru-buru putus asa begitu dong, kau tak tahu ya perjuangan Ma-kun? DUA TAHUN TIDAK KLIMAKS!!! #eh
    Rubah cantik dan sapi mini sih, harusnya kalian sambut Shunsuke dengan baik, lihat tuh dia ngambek!!! *ikut nyelusup ke selimut pak pengacara dan pak guru*

    ahik, manis sekaliii~

    ReplyDelete
  2. Maaf yah, gejeh sekali m(_ _)m

    Ini tadi mendadak aja kepikiran. Otak ngantuh emang sebaiknya jangan nulis >_<

    Rubahnya nggigit sih ihihihihihi kasian Shunsukeeee *peluk*

    ReplyDelete
  3. nggak kok, malah aku jadi kasihan sama Shunsuke yang sedih begitu. *gantung terbalik trus pukul bokong rubah cantik dan sapi mini*
    tidur dulu sajaaaaaa~ *peyuk*

    rubahnya kan jeles karena papahnya udah jarang pulang bawain nekomimi #eh

    ReplyDelete
  4. Belum bisa tiduuuuuuuuuuuuuur *masih terjebak di set*

    Gyaaaaaaa jadi kebayang rubah cantik mini suka difoto2 pake nekomimi *otak meledak*

    ReplyDelete
  5. Jadi ini sebabnya Tori sebenernya ga bisa jadian sama Shunsuke. Dua-duanya doyan ditusuk aheeeee. *poke2 satriabajapink dan paparubah*

    Entah kenapa ya, akir2 ini kalo ngeliat Yun kayaknya jadi ngguwanteng banget, sisa2 cantiknya dikit doangan. Memang Papaaaa *gandolin*

    ReplyDelete
  6. SECOND THIS! Di Good Come 18 kemarin gw juga cenat-cenut karena Yun-nya ganteng pisan! Jadi pengen bikin Hide poke-poke papahnya biar bangun dan kerja, bolehkah? :3

    ReplyDelete
  7. HARUS MINTA IJIN YA NEI? XD

    Iya di GC18 paparubah kalem dan ganteng walopun pake eyeshadow sementara rubahcantik super moe begitu haung

    ReplyDelete
  8. BOLEH, NEI!!!! *joged*

    @Icha: iyaaaah, akhir2 ini kayanya garis rahangnya makin kliatan ya. Pas di TeniMyu itu lebih bulet

    ReplyDelete
  9. yay, sankyu~ :3
    apa karena anaknya jadi pedangdut pantura jadi Yun kepikiran trus kurus?

    ReplyDelete
  10. Liat deh yang di talkshow-nya Cho Den-O bareng Kimi-chan. GANTENG BANGET, GILE.

    Oh, Shunsuke, tidak berdaya sama sekali ya? XDD

    *serius pengen liat Yun ketemu Ma-kun sekarang*

    ReplyDelete
  11. yay, sankyu~ :3
    apa karena anaknya jadi pedangdut pantura jadi Yun kepikiran trus kurus?

    ReplyDelete
  12. yang untuk Den-O trilogi itu bukan, aneki? :3

    ReplyDelete
  13. @Anne: eh? Kok gue blom liat? Apakah belum kuambil darimu?

    @Icha: LMAO dia khawatir masa depan anaknya

    ReplyDelete
  14. Ahuuuuuuuuuuuuu~, tusukan cinta!

    & kenapa kau ganteng banget Yun?! Shunsuke juga manis banget kayak gini XD

    Sapi mini, rubah mungil, jangan takut. Kalau Papa Yun dan Shunsuke jadi gol, kalian akan dapat bonus Sebastian loh~....X9

    ReplyDelete
  15. @Riri: Kau pikir ini pertandingan bolaaa? *tusuk Riri pake jempol Kuma*

    ReplyDelete
  16. tidak boleh mendahului Ma-kun atau ditabrak!

    Yun : haaah? *tatap seram*

    ReplyDelete
  17. Terakhir kita ketemu, link-nya emang belum ada. XD XD

    ReplyDelete
  18. kalau ketemu lagi, tolong rampokkan aku Hanasakeru Seishonen ya, mama-san

    ReplyDelete
  19. Tentu saja, kau tak perlu khawatir soal itu *winks*

    ReplyDelete
  20. Mau apaaaaaaaaaaaaaaaaaa? (ninja)

    Tenang aja, nfufufu~.

    ReplyDelete