Fandom: Prince of Tennis Musical
Cast: Kubota Yuuki, Katou Kazuki, Inoue Masahiro. Mention of Ma-kunxTori
Rating: G
Warning: AU. OOC. Mild bromance.
Disclaimer: I do not own any of the characters. No profit gained. No harm intended.
Note: Sebenernya kangen pengen nulis Ma-kunxTori tapi kok yang keluar malah ini ^^;; Timeline-nya adalah setelah Tease-nya Nei.
Masahiro melepas kacamatanya seraya menghela nafas dengan berat. Kepalanya dimiringkan ke samping dan menengadah untuk mengurangi rasa pegal di lehernya karena terlalu lama menunduk. Kedua lengannya diangkat ke atas untuk meregangkan badannya yang panjang itu. Jam digital di atas meja belajarnya menyala kebiruan, menunjukkan angka 00.45 AM. Masahiro menghela nafas lewat mulutnya.
Tak terasa sudah selarut ini. Pantas rasanya pegal sekali. Pikirnya sambil mengusap tengkuknya. Ditandainya halaman diktat yang sedang dibacanya lalu memutar kursi untuk melihat ke arah tempat tidur. Tori sudah tertidur sejak tadi dan sepertinya nyenyak sekali. Masahiro bangkit, mampir ke tempat tidur untuk mengecup pipi Tori lalu melangkah keluar kamar.
Langkahnya terhenti begitu memasuki dapur yang masih terang benderang. Masahiro mengangkat alis saat melihat Kazuki ada di sana, berdiri di depan counter dapur dengan segelas kopi di tangan. Kazuki mengangkat kepala dan tersenyum melihat adiknya.
“Belum tidur?” tanyanya.
Masahiro meringis. “Aku lapar.” Masahiro menuju lemari es berpintu ganda berukuran luar biasa besar di sudut dapur, melihat-lihat isinya dan mengambil sekotak lasagna beku. “Aniki juga belum tidur?”
Kazuki menyesap kopinya. “Tak bisa tidur.”
”Minum kopi memangnya bisa membantu?” Masahiro mengerutkan kening sambil memasukkan makanannya ke dalam microwave. Beberapa kali bunyi ’biiip’ dan suara dengungan mesin itu pun menggema.
Kazuki tertawa pelan. ”Tak ada hubungannya. Kalau memang ingin tidur, ya tidur saja. Tanya saja Matsuzaka.”
Masahiro hanya mengangguk-angguk. ”Aniki ada masalah lagi dengan Gyuunyuu-chan?” Pemuda itu menarik sebuah kursi, duduk mengangkang dan menatap kakaknya penuh minat.
Kakak keduanya itu menghirup kopinya pelan sebelum menjawab, ”Tidak. Kenapa kau berpikir begitu?”
Masahiro mengedikkan bahunya. ”Entahlah. Mungkin karena Aniki selalu begini kalau sedang ada masalah?”
Pria itu menghampiri adiknya, menarik kursi dan duduk menghadapi adik bungsunya. Diacak-acaknya rambut Masahiro dengan gemas. ”Anak kecil jangan sok tahu.”
”Mou~” Masahiro menepis tangan besar itu dan sudah hendak membalas tapi microwave sudah mengeluarkan bunyi kalau makanannya sudah siap. Masahiro beralih dan kembali duduk sejenak kemudian, sibuk meniup-niup pasta yang masih mengepul itu.
”Kudengar kau bertengkar dengan Yuuki?” tanya Kazuki pelan, mencolek sedikit bumbu dari piring Masahiro.
Masahiro terdiam dan mengangguk pelan semenit kemudian. Kazuki memang sibuk sekali belakangan ini dan baru kemarin pulang dari Amerika. Jelas dia tak ada di rumah saat kakak dan adik bungsunya adu argumen dengan hebat. ”Kubo-nii cerita?” tanyanya sok tak acuh.
Alis Kazuki terangkat satu. ”Menurutmu?”
Masahiro merengut meskipun tak berani mengangkat kepala karena takut. Biasanya Kazuki yang paling sewot masalah Masahiro dan Masahiro sebenarnya sudah deg-degan setengah mati seperti apa Kazuki akan bereaksi begitu diberitahu.
”Tidak mau komentar apa-apa?”
Masahiro menggeleng dan melanjutkan makan dalam diam. Kata-kata Tori terpatri dengan jelas di otaknya dan Masahiro sedang tak ingin menambah masalah kalau sampai Kazuki ikut-ikutan marah padanya. Pemuda itu berkedip pelan saat merasakan tepukan pelan di kepalanya. Diangkatnya wajahnya dengan pandangan bertanya. Dia lebih bingung lagi saat melihat Kazuki tersenyum lembut.
”Yuuki marah sekali ya?”
Masahiro mengangguk. ”Padahal aku sudah minta maaf.” Bibirnya merengut. ”Tapi Kubo-nii sepertinya masih marah.”
Kazuki meletakkan cangkir kopinya di atas meja di dekat mereka. Ditiliknya wajah adiknya yang sekarang tampak seperti ingin menangis. ”Tahu kan kalau dia seperti itu karena sudah khawatir sekali sampai tak bisa ditolerir lagi?”
Sekali lagi Masahiro mengangguk.
”Lalu?”
”Aku sebal. Aku tak mau terus-terusan dianggap seperti anak kecil. Aku tahu aku pasti bisa kok.” Masahiro menyuap dengan frustrasi. ”Tapi ternyata Kubo-nii malah marah. Bahkan Tori pun sepertinya ikut kecewa.”
”Matsuzaka bilang apa?” tanya Kazuki penasaran.
”Tentu saja dia tidak bilang kalau dia kecewa. Dia mengajakku bicara banyak padahal sedang sakit dan aku malah makin merasa bersalah. Kubo-nii juga masih tak mau bicara denganku.” keluhnya dengan garpu masih terkulum di mulut.
Kazuki mengambil garpu itu dan meletakkan di atas piring Masahiro. ”Tak menyangka kalau masalahnya akan merembet kemana-mana?”
”Kupikir malah tak ada masalah sama sekali.” gumam Masahiro sambil mengarahkan pandangan ke lantai lalu bertanya lagi dengan nada takut-takut. ”Aniki tidak marah?”
Kazuki menghela nafas. ”Aku pusing sekali waktu Yuuki meneleponku. Aku tak ingin Okaa-sama sampai tahu. Jelas aku juga kecewa padamu. Kamu sudah mengambil satu keputusan besar dalam hidupmu, kau tahu? Aku tak tahu Ryuuji bagaimana tapi yang jelas aku dan Yuuki berharap kamu sudah mampu bersikap jauh lebih dewasa dari sebelumnya. Kau pikir kenapa kami repot-repot meyakinkan Okaa-sama untuk mengijinkanmu menikah begitu kau lulus nanti?”
Masahiro terdiam.
”Kami tak bisa memanjakanmu seumur hidupmu dan kami senang karena Matsuzaka punya pengaruh yang baik padamu. Tanggung jawabmu akan jauh lebih besar dan lebih banyak lagi nanti. Kami bertiga belum tentu bisa menolongmu menyelesaikan masalahmu. Matsuzaka juga belum tentu bisa. Jadi kalau yang sudah jelas seperti ini saja kamu tak bisa menyelesaikannya dengan baik, dengan berat hati aku dan Yuuki akan total melarangmu bekerja dan kami bahkan akan melarangmu menemui Matsuzaka.”
Kata-kata Kazuki mengalir dengan lancar dan begitu tegas. Masahiro merasa seperti ditampar berkali-kali. Matanya melebar dengan horor saat mendengar ancaman yang terakhir itu. Kazuki mengambil cangkirnya lagi, beranjak untuk mengisi ulang kopinya. ”Aku menyerahkannya pada Yuuki. Tapi dasar Yuuki; dia memang tak tahu bagaimana caranya memarahimu.”
Masahiro memicingkan matanya. ”Aniki berdua benar-benar akan melakukan itu semua?”
”Tentu saja kami tak ingin sampai harus begitu. Kau pikir kami suka? Karena itu aku senang kau mendengarkan Matsuzaka. Dia kan yang berhasil meyakinkanmu?”
Masahiro mengangguk lagi.
”Tapi masa harus begitu terus? Tidak malu pada Matsuzaka?” Kazuki bertanya sambil kembali duduk.
Rasanya otak Masahiro sudah terlalu penuh dan terlalu lelah untuk berpikir tapi anehnya kata-kata kakaknya itu meresap dan bersisian dengan nasehat Tori. Masahiro menyingkirkan piringnya ke atas meja dan menyangga dagunya dengan punggung kursi. Ekspresinya campuran sedih, bingung, menyesal dan entah apa lagi. Kazuki tertawa pelan.
”Aku percaya Masahiro pasti bisa kok.” ujarnya pelan sambil mengusap sayang kepala sang adik. ”Kamu kan adikku. Ya kan.... Yuuki?”
Mendadak sebuah tangan lain ikut mengacak-acak rambutnya. Masahiro mengangkat kepalanya dan melihat Kubota berdiri di sampingnya dengan cengirannya yang biasa. Masahiro mengerjap-ngerjap. Eskpresinya kelihatan makin lucu. Kubota meringis, berusaha keras untuk tidak tertawa. Masahiro hanya bisa terperangah menatap kedua kakaknya berganti-ganti. Di satu sisi, dia merasa lega tapi di sisi lain, dia merasa seperti sedang dijahili oleh kedua kakaknya itu.
Kubota menepuk sekali lagi kepala si bungsu. ”Tidur sana. Sudah larut.” ujarnya.
Masahiro hanya bisa menurut dan menganggukkan kepalanya. Dipandanginya kedua kakak tertuanya itu sekali lagi sebelum meninggalkan dapur. ”Aniki.”
”Hmm?” sahut dua pria itu bersamaan.
Masahiro menatap kedua kakinya. Wajahnya memerah. ”Terima kasih.” ujarnya cepat sambil berlari menaiki tangga.
Kazuki terkekeh seraya menggelengkan kepalanya. ”Sepertinya sampai kapanpun tak akan bisa diapa-apakan.”
Kubota menghela nafas. ”Salah kita juga kan karena terlalu memanjakannya.”
Kazuki ikut menghela nafas. ”Kapan ya anak itu sadar kalau dia itu beruntung sekali?”
Kubota tertawa pelan. ”Kau pikir dia tidak sadar itu?”
”Yang benar?” Kazuki menatap kakaknya dengan tak yakin.
Kubota mengangguk. ”Dia tahu kok. Hanya perlu belajar menghargai.”
Kazuki menepuk pelan pundak kakaknya sambil tersenyum geli. ”Hatimu tersiksa karena harus memarahinya ya? Maafkan aku ya. Tapi sekali-sekali kau menjalankan kewajibanmu kan tak ada salahnya.”
Kubota mendengus. ”Kau harus menraktirku.”
Kazuki tertawa pelan tapi lalu mengerutkan kening karena kopinya diambil Kubota. ”Kenapa bangun?” tanyanya.
”Lapar.”
KAKAAAAAAAAAAKKKK ANGKAT AKU JADI ADIK KAKAAAAAAAKKKKKKK *pose imut dengan pipi melembung ala Bocchan*
ReplyDelete*semprot Icha*
ReplyDelete*tersemprot ke pangkuan Kubobe*
ReplyDeleteawas nanti ada tronton melayang dari Oosaka *menatap langit*
ReplyDeletetrus gue jadi pengen baca jaman mereka muda *wibbles*
Jaman nelayanbarong muda sih....... *lirik gyunyuuchan*
ReplyDeleteiiiihhh lucu sekali kyoudai iniii!!! *menatap Sainei yang gigit-gigit bantal karena jarang di rumah*
ReplyDeleteMa-kun kawaaaaaaaaaaaaii!!!
Dan berasa udah jadi anggota keluarga Keigo ya, si celengedebu itu? dia tidur di kamar Ma-kun dan dianggap wajar saja sama kakak2nya. XD
@Icha: maksudnya sebelum nemu Gyuunyuu-chan LOL sekitar mereka SMA gitu?
ReplyDelete@Nei: mungkin abis ini dia jadi rajin pulang ke rumah? XDD
Loh, kan sudah diinfokan kalo celengdebu akan nginep selama Ma-kun ujian dan kan lumayan, Nei. Siapa tau kalo Ma-kun lagi gak ada, bisa dipeluk2 juga kalo Kubobe atau Kazuki lagi gemes
Ma-kun: JANGAN SENTUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUH~!!!
............aku tak bisa membayangkan Kazuki pakai baju sekolah, mama-san. *ditujleb pisau bedah*
ReplyDeleteItulah, maksud gw kakak-kakaknya udah wajar aja gitu si celengdebu menginap di sana.
Hihihihi, karena debu jadi enak buat dipeluk ya? Gantinya boneka.
Ma-kun : YADAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!
Lah itu Atobe pake seragam sekolah, Nei. XD;
ReplyDeleteKebayangnya Kazuki ngiri ama Kubobe karena kakaknya banyak temennya. XD;
Ma-kun, dengan saudara itu harus rela berbagi. Tsk tsk tsk.
ReplyDeleteNah, iya itu. Atobe kan pake seragam sekolah. Masa gak kebayang Kazuki pake seragam? XD
Dan jadi gloomy2 gak jelas gitu ngerasa dibenci orang banyak karena mukanya sangar XD;; *dilempar monitor jantung*
Padahal mah orang keburu segan duluan saking kerennya *berasa Souma Yuki*
ReplyDeleteIyaaaa XDDD Di kepala gue kebayangnya macam Hatori sama Ayame gitu loh LMAO
ReplyDeletekan jadi Atobe, kaka, kalau Kazuki-nya berambut hitam dan pake baju sekolah, aku belum terbayang. *ditujleb lagi* *apalagi pakai gakuran*
ReplyDeleteMa-kun, salahmu punya pacar ndosani, kan kakakmu jadi pengen~
Tapi Kubobe lebih mirip Shigure sih. Kazuki Ha-san, dan Ayame-nya....... SAINEI. MABUDACHI TRIO. OTL
ReplyDelete@Nei: tapi kan mereka sekolahnya tidak pakai gakuran, kk. Sekolah swasta toooh?
ReplyDelete@Icha: Pantesan rusuh beginiii~~ LMAO
oh iya....sekolah swasta mahal yang kelasnya cuma berisi beberapa biji.*berarti Kimi-chan juga tajir?*
ReplyDeleteMa-kun....Shouma Kyou?
Tabun? Trus hobi malingnya dari manaaaaaa? LMAO
ReplyDeleteGyakakakakakakakakakak
*peluk Sainei* Jadikan aku adiknya Ma-kun ya? *kedip2*
ReplyDeleteMANISSSSSSSSSSSS!!!! Ini manis sekali Keigo kyoudai! Jadi penasaran Ibu dan Ayah mereka kyak apa kalo anak2nya kira2 semua begini XDDD!!!!
MAUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU, mau peluk Keigo kyoudai =9
kenapa mintanya sama Sainei? OI!!!
ReplyDeleteNah, itulah~ Mungkin mereka ngemilnya mawar sama melati #emangnyasusana
ayahnya pasti keren dan guanteng bgt kalau anaknya cakep2 begitu.
ReplyDeleteSampai kapan pun tetap Obocchamaaaaaaaaaaaa. <3
ReplyDelete@Nei: atau sajennya manteb LOL
ReplyDelete@Anne: gak akan pernah berubah XD
aah saya lemah sama kyoudai ini ♥
ReplyDelete