Saturday, January 29, 2011

[fanfic] AU TakumaxYuuki - Closer

Fandom: Musical Prince of Tennis 2nd Season
Pairing: Wada Takuma x Ogoe Yuuki
Rating: NC-17
Warning: AU. OOC. NSFW
Disclaimer: I just thought up the idea. I do not own the characters. No harm intended and no profit gained
Note: Mari kita masuk neraka bersama-samaaaaa syalalalalalalalala



Entah bagaimana, seseorang yang hanya mengenakan kemeja putih kebesaran dan dikancing dengan asal saja selalu jadi pemandangan yang memanjakan mata sekaligus sangat seksi. Takuma pun akan dengan setuju menganggukkan kepalanya. Apalagi kalau pemandangan seperti itu sekarang terpampang jelas di depannya. Ditambah lagi, Yuuki baru saja selesai mandi dan tengah duduk di atas tempat tidur Takuma sambil memeluk bantal. Tangannya sibuk dengan ponselnya. Kedua kakinya disilangkan dan Takuma tak bisa menahan matanya untuk tidak bergerak ke bagian kulit Yuuki yang begitu putih mengintip malu-malu dari balik kerah dan dari bawah bantal di pangkuannya. Belum lagi 18 tahun dan anak itu sudah terlihat begitu menggoda. Rasanya sedikit salah tapi Takuma bukan seseorang yang suka mengeluh. Untuk hal-hal tertentu. Yang jelas, dia tak akan mengeluh soal yang satu ini.

Yuuki tersenyum lebar saat menyambut segelas coklat hangat yang dibawa Takuma. Meskipun Takuma sempat mendelik tapi Yuuki merengek seraya berjanji kalau dia akan sikat gigi lagi sebelum tidur. Anak itu memegang cangkir dengan satu tangan, beringsut pelan memberi tempat saat Takuma naik ke tempat tidur tapi masih sibuk berkutat dengan ponselnya.

"Mitsuya?" Takuma tak tahan bertanya.

Yuuki hanya mengangguk dan beberapa saat kemudian baru menutup ponselnya. Menjulurkan badan di atas badan Takuma yang sudah tiduran untuk meletakkan ponsel di atas bufet. Tangan Takuma menggenggam pergelangan Yuuki sebelum Yuuki sempat menarik tangannya. Anak itu menoleh ke arahnya sambil mengangkat alis. Takuma hanya tertawa pelan, menarik tangan itu untuk membawa pemiliknya bersandar ke dadanya. Yuuki tersenyum-senyum, menyesap coklat dari cangkir yang masih dibawanya dan meletakkannya di atas dada Takuma. Dokter gigi itu mendesis.

"Kuma, coklatnya kurang manis." Protes Yuuki sambil pura-pura merengut imut.

Takuma menyingkirkan anak rambut yang jatuh menutupi kening Yuuki. Rambutnya masih lembab. Hidung Takuma menangkap aroma shampoo yang begitu familiar. Rupanya Yuuki menggunakan shampoonya. "Tak baik untuk gigimu."

Yuuki menggembungkan pipinya yang kini mulus bebas jerawat. Takuma mencubitnya gemas. Pemuda mungil itu masih merengut dan Takuma pun mengecup bibirnya sekilas. Yuuki nyengir puas dan membalas dengan memagut dan mengulum bibir bawah Takuma. Dan seolah tak ada apa-apa, kembali menyesap coklatnya dengan inosen. Pundaknya bersandar ke dada Takuma, beringsut nyaman saat Takuma memeluk pinggangnya dengan dua tangan.

Wajah Takuma terjulur untuk mengulum daun telinga Yuuki yang mengintip dari antara helaian rambutnya yang dibiarkan memanjang. Yuuki berjengit geli, mendorong pelan dengan bahunya tapi tak benar-benar berontak.

Setelah meletakkan cangkir di atas bufet, Yuuki melingkarkan kedua lengannya ke leher Takuma. "Besok praktek pagi?" Tanyanya dengan setengah berbisik menggoda.

Takuma mengangkat alis. "Ada pasien kontrol jam 11." Ujarnya, mengelus pelan punggung Yuuki.

Sudut-sudut bibir Yuuki melengkung membentuk cengiran nakal. "Hmmm..." Gumamnya sambil mulai mengecupi pipi dan rahang Takuma. Takuma mengangkat alis.

"Yuuki nakal." Godanya meski tak urung beringsut untuk rebah dan membuat Yuuki berbaring di atasnya.

"Salah Kuma kenapa tampan sekali." Yuuki bergerak untuk mengapit pinggul Takuma dengan kedua lututnya. Merasa senang ketika Takuma mengeratkan pelukan di pinggangnya dan tertawa mendengar dokter itu mengerang pelan seraya balas memagut bibir Yuuki yang menciumnya. Tahu dengan pasti kalau Takuma sudah menyerah meskipun tahu akan bangun kesiangan.

Takuma pun tak berbuat apa-apa saat Yuuki menyelipkan tangan ke antara tubuh mereka dan mulai melepaskan kancing piyama dokter tampan itu. Dinikmatinya telapak tangan Yuuki yang terasa panas mengelus dada dan perutnya lalu bergerak ke sisi tubuhnya. Entah bagaimana Yuuki bisa tahu kalau Takuma suka disentuh begitu. Bagian bawah perut dan punggungnya sudah mulai terasa seperti dirayapi sesuatu saat Yuuki menunduk untuk mengecup dada Takuma. Dan langsung tercekat melihat sepasang bibir mungil kemerahan itu membuka untuk mengulum putingnya.

Takuma menggeram rendah dan suaranya nyaris terdengar seperti beruang betulan. Yuuki terbahak dan Takuma menciumnya untuk membuat anak itu diam. "Kuma seram." Bisik Yuuki dengan suara serak dan senyum simpul. Takuma tak menanggapi, hanya menyusupkan wajah untuk menyerang leher dan rahang Yuuki sampai pemuda itu mengeluarkan suara seperti dekukan pelan.

"Kucing nakal," Takuma menggigit kulit di pangkal leher Yuuki.

"Mou. Aku tak mau tahu kalau besok semua orang menuduh Kuma oom-oom mesum karena aku akan bilang ini hasil perbuatan Kuma." Lagi-lagi Yuuki merengut, pipinya menggembung lucu.

Takuma menjilat dagu Yuuki. "Itu lebih baik daripada dikira ayahmu."

Yuuki tertawa geli. "Aku heran kalau masih ada yang berpikir begitu." Dan menciumnya dengan sangat manis. Begitu dia menjauh, Takuma harus menahan nafas melihat hasrat di mata Yuuki. "Ne, Kuma~"

Takuma mengelus pipinya dengan sayang. "Hmm?"

"Hayaku?"

"..............Un."



Yuuki tak mengerti kenapa setiap kali menyentuh atau disentuh Takuma, seluruh tubuhnya selalu terasa seperti kena setrum. Bukan hentakan yang mengejutkan tapi getaran lembut yang menjalar ke tiap syarafnya. Kehilangan pendengaran selama beberapa lama membuat indera Yuuki yang lain jadi lebih sensitif. Mungkin itu sebabnya, mungkin juga bukan. Dia juga tak pernah mengira kalau perasaan itu bisa berubah menjadi sesuatu yang meledak-ledak yang membuatnya menggigit bibir, membuatnya mengerang seperti kucing kelaparan atau membuatnya mengangkat pinggul dan meminta lebih saat Takuma menyentuhnya di bawah sana.

Dan hal-hal itulah yang dirasakannya sekarang. Masih berbaring di atas Takuma, Yuuki harus menutup mata dan membenamkan wajahnya ke dada Takuma untuk meredam erangannya karena jari-jari Takuma yang bergerak keluar masuk tubuhnya. Tidak lembut tapi juga tidak kasar. Takuma selalu seperti ini, mempersiapkan Yuuki dengan hati-hati sambil sesekali mengecup puncak kepala Yuuki. Yuuki tak tahan untuk tidak menyelipkan tangan ke antara tubuh mereka lagi dan menyentuh dirinya sendiri. Digigitnya pelan pundak Takuma yang kokoh itu.

"Mou ii~" ujarnya memberitahu Takuma. Takuma tertawa. Tawa rendah dan seksi yang hanya didengar Yuuki saat mereka sedang bersenang-senang di tempat tidur.

Perlahan, Takuma menarik keluar jari-jarinya, iseng membelai belahan pantat Yuuki yang membuat anak itu mengerang dan menggigit dadanya. Lagi-lagi tawa itu terdengar. Yuuki mengangkat wajahnya dan menjilat bibir meskipun di saat seperti ini, jantungnya selalu berdebar begitu keras.

Takuma beringsut. Meremas pantat Yuuki dengan sedikit kencang dan Yuuki bisa merasakan sesuatu yang hangat menekan jalan masuk ke tubuhnya. Mereka bertatapan dan Yuuki memeluk leher Takuma, menciumnya dengan lembut.

"Hairu yo." Bisik Takuma di telinganya. Hembusan nafasnya membuat Yuuki resah dan mengangguk tak sabar. Menarik nafas tajam dan mengerang panjang seraya mengernyit saat menyambut Takuma ke dalam tubuhnya. Yuuki tak pernah terlalu menyukai proses itu. Rasanya aneh dan agak sakit. Takuma selalu terasa begitu besar dan Yuuki tak tahu apakah dia akan terbiasa.

Butuh dua menit lebih sampai Takuma sepenuhnya berada nyaman di dalam tubuh Yuuki. Pria besar itu memandangnya penuh cinta dan menciumnya dengan lembut sebelum bergerak pelan, membuat Yuuki lupa akan rasa sakitnya dan menggantinya dengan kenikmatan berkali-kali lipat.

Dia tak peduli dianggap terlalu cepat dewasa. Senang bisa membalas senyuman penuh arti fukubuchou-nya dengan cengiran dan tanda victory sementara teman-temannya memandang heran meski buchou-nya menghela nafas dan menggelengkan kepala. Seluruh tubuhnya seperti berpendar dan emosinya meluap-luap. Perasaan yang hanya bisa dimengerti saat kita benar-benar menyayangi seseorang dan bisa berasa sedekat ini dengan orang itu.

Telinganya menangkap erangan Takuma dan Yuuki membuka mata. Kekasihnya itu mengernyit. "Jangan mencengkeram sekencang itu."

Yuuki meleletkan lidah. Mencium Takuma dan mengangkat tubuhnya. Kedua tangannya bertumpu di dada Takuma dan mulai menggerakkan pinggulnya. Dengan sengaja menengadah dan mengeluarkan erangan yang terlalu seksi seraya mengapit Takuma dengan erat di dalam tubuhnya.

"Yuuki!" Takuma mencengkeram pinggul anak itu, tersengal.

Yuuki beringsut agar Takuma bisa menekan masuk dari sudut yang berbeda. "Aku tak keberatan Kuma selesai duluan."

Takuma menggeram. "Siapa yang mengajarimu jadi mesum seperti ini?"

Yuuki mengedikkan bahunya dengan genit tapi langsung bungkam karena Takuma menghentak cepat dan menyentuh titik sensitifnya. Wajahnya yang berpeluh semakin memerah. Tanpa malu-malu mulai mengerang-erang nikmat.

"Kumaa~" Yuuki menjangkau kemaluannya sendiri sekali lagi. Tangannya bergerak seiring gerakan pinggul mereka. Matanya menatap mata Takuma lekat-lekat. "Naka ni dashite~"

Cengkeraman yang semakin erat, hentakan yang makin cepat dan kuat juga pinggul yang mengejang. Takuma menggerung dan Yuuki menjerit.



Takuma menggerut rambut seraya menghela nafas. Sesekali mengerang pelan karena orgasmenya belum benar-benar selesai. Yuuki memandangnya dengan penuh minat sambil sesekali menciumnya meski masih agak tersengal.

"Terima kasih." Takuma berbisik di telinganya tak berapa lama kemudian. Tertawa pelan melihat ekspresi Yuuki yang terlihat begitu puas. Gemas melihat itu, diremasnya tubuh Yuuki dalam pelukannya.

"Mou~ Kuma masih di dalam~" protes Yuuki seraya menggeliat.

"Ah, maaf, maaf." Takuma baru saja hendak mengangkat pinggul Yuuki ketika tangannya ditahan. Yuuki menggeleng pelan.

"Sebentar lagi saja. Ya?" Yuuki memiringkan kepalanya. "Aku masih ingin merasakan Kuma.

Takuma yakin dia orgasme untuk yang kedua kalinya.

15 comments:

  1. APAAAAAAAAAAAAAAAAAAA INIIIIIIIIII, MUKYAAAAAAAAA!!!!

    ASTAGA, DOSA INI DOSA!!! Yuuki-ku yang inosen dan manis, apa yang dilakukan Tomo padamu, nak? Yuuki!!! *berguling resah*
    INI KEREN, MAMA!! Yuukinya manis dan Kuma-nya seksi!!! *mampus*



    "Naka ni dashite~"

    *Nei tewas*

    ReplyDelete
  2. Gw ga jadi ngantuk di 76! *lol*

    Yuuki, sudah dibilang jangan terlalu dekat dengan Tomo! Jadi tertular mesum kan?!

    (dalam hati: teruslah berguru padanya, Yuuki!)

    Seksi! Seksi sekali Beruang dan Kucing ini =9

    ReplyDelete
  3. Trus abis itu besok paginya Kuma berserk karena Yuuki lupa gosok gigi. 8D

    HADUUUUUHHHHHHHH SELAMAT YA KUMA-PON!!! MEMANG ORANG GANTENG DAN BAIK DAN MANIS ITU BERUNTUNG NASIBNYA YAAAAAA!!!

    Gyaaaaaaa gw ga jadi tidur padahal mau jagaaaa! Mari pesan kapling di neraka syalalala dubidubidam! XD;

    ReplyDelete
  4. Dan gw cekikikan mesum di kamar dan langsung gagal mau baca novel detektif.

    *mampus* Yuuki-ku sudah dewasa! Bahagianyaaaaaaaaa!!! *susut air mata*

    *korslet*

    ReplyDelete

  5. @Nei: dia memang kucing nakal kaaaan? Selalu minta dielus-elus *berguling*



    @Riri: poker face, Ri. Pokaaaa feisuuuu~

    @Icha: Habis, Kuma-chan terlalu ganteng dan Yuuki terlalu manis untuk gak diapa2in *goyang-goyang*

    Kazuki: Tapi aku kan bukan orang jahat!!!! Dan dia sama2 pedo!!! *nunjuk Kuma-chan dengan iri*

    @Anne: Yuk, ngajak Buchou syukuran karena adiknya sudah dewasa LOL *siram aer*

    ReplyDelete
  6. Aih, mama-san ngerti aja kalo yang gw maksud Kazuki. XDDDDD *dijala*

    ReplyDelete
  7. Kazuki, mou ii. Dua puluh tiga dan delapan itu berbeda.

    ReplyDelete
  8. Lah, emang siapa lagi? Jelas bukan celengdebu kan? XDDDDDDDDDD *diharpoon*

    ReplyDelete
  9. habis orgasm sisakan tenaga buat nemenin Yuuki gosok gigi ya, Kuma.

    ReplyDelete
  10. A-anak ini dewasa sebelum waktunya sekali!! XDDD *bingung menentukan ini salah Kuma atau Tomo*

    Aku seperti melihat sesuatu yang harusnya tak boleh kulihat (??) XD

    ReplyDelete
  11. salah Kuma karena dia tampan.
    ~tunjuk kalimat Yuuki~

    ReplyDelete
  12. Tacchin, kau terdengar seperti adik2nya Himejima pas liat Mizuki & Sano ketiduran bareng. XDDDDD

    ReplyDelete
  13. @tacchin: Itulah, Tacc. Gue pun merasa seperti menulis sesuatu yg harusnya gak gue tulis LMAO

    ReplyDelete
  14. biarkan saja, persiapan hatachi. :9

    ReplyDelete