Thursday, January 27, 2011

[fanfic] Ma-kunxTori - Morning After

Fandom: Kamen Rider Decade/Samurai Sentai Shinkenger
Pairing: Inoue Masahiro x Matsuzaka Tori
Rating: PG-13
Warning: AU. BL. OOC. 
Disclaimer: I do not own any of the character. No profit gained.
Note: Gue nulis apa sih iniiiiiiiiiii? Nei, maafkan akuuuu~~ 
Anyway. Timeline-nya adalah setelah Interlude.



Masahiro tampak sibuk memandangi isi kulkas Tori. Bibirnya mengerut lucu sambil sesekali meraih sesuatu dan meletakkannya kembali ke dalam kulkas. Sementara itu mata Tori menatap lekat-lekat sambil bertanya-tanya apa pemuda itu tidak kedinginan bertelanjang dada seperti itu. Diam-diam menikmati pemandangan kulit Masahiro yang putih dan teringat bagaimana dia menciumi beberapa bagian kulit itu semalam. Wajahnya buru-buru dialihkan, pura-pura tertarik memandang ketel di atas kompor, saat Masahiro menoleh dan menutup pintu kulkas dengan bunyi berdebam pelan. Tori nyaris terlonjak begitu mendengar suara Masahiro dekat sekali di telinganya.

“Kulkasmu kosong.”

Bahu Tori terguncang dalam kekehan pelan dan menolak menoleh ke arah pemuda itu karena tak ingin wajahnya yang memerah terlihat. Setelah semalam, rasanya jantungnya tak kuat berada dekat-dekat pemuda itu.

“Aku memang belum sempat belanja.” Ujar Tori sambil beringsut menjauh. Sedikit menyesal hanya mengenakan atasan piyama (bawahannya dipakai Masahiro) karena kakinya mulai kedinginan. Tangan Tori terulur untuk mengambil spatula dan buru-buru ditarik karena tak sengaja menyentuh dada Masahiro. Dengan salah tingkah, Tori memutari pemuda yang berdiri di dekatnya itu untuk mengambil spatula, kembali memutar dan mengaduk susu dengan penuh minat. Masahiro bersandar ke counter dapur mungil itu. Kedua lengan dilipat di depan dada dan kakinya disilangkan dengan santai. Tori melirik. Ugh, seksi sekali.

Pemuda itu sepertinya sadar Tori mencuri-curi pandang ke arahnya. Bibirnya mengulum senyum geli. Ditekannya niat isengnya karena masih ingin menikmati pemandangan di depannya. Tori dengan rambut berantakan sehabis bangun tidur (dan setelah bercinta dua kali semalam. Ya, dua kali), cambang dan pipinya yang menggoda untuk dikecup, atasan piyama yang tak dikancing rapi dengan kerah memamerkan leher dan sedikit pundaknya yang seksi itu (Masahiro nyengir puas melihat beberapa tanda kemerahan di sana),  juga kaki jenjang Tori yang tak tertutup. Kalau jadi model, Tori pasti banyak dapat tawaran iklan pakaian dalam.

Tak tahan, Masahiro menjulurkan badannya dan mengecup pundak Tori. Tarikan nafas tajam dokter itu membuatnya tersenyum simpul. Jarinya menarik pelan kerah piyama putih itu dan mendaratkan bibirnya di lekuk leher Tori. Tak puas, Masahiro membuka bibirnya untuk memagut pelan.

Tori berjengit geli dan menggeliat menjauh tapi Masahiro langsung menangkapnya. Nyaris saja pemuda itu membawanya ke kamar tidur lagi kalau bukan karena bunyi keras dari ketel di atas kompor menandakan air di dalamnya sudah mendidih. Masahiro menatap ketel itu dengan kesal. Tori terkikik, mendorong tubuh Masahiro menjauh dan mematikan kompor. Tangannya meraih ke atas untuk membuka lemari.

”Aku hanya punya ini. Tak apa-apa ya?” Tanyanya dengan senyum manis, menggoyangkan sekotak besar cornflake dalam genggamannya.

Masahiro mengedikkan bahunya. ”Apa saja deh. Aku lapar,” ujarnya menjilat bibir.

Seandainya Tori melihat itu, wajahnya pasti sudah memerah tapi dokter itu sudah sibuk mengeluarkan mangkuk dan mengambil susu dari kulkas. ”Punya Masahiro mau ditambah buah?” tanyanya dari balik pintu kulkas.

Masahiro mengangguk. Duduk di depan counter dapur dengan pergelangan kaki kanan ditumpukan di atas lutut kiri, diamatinya pacarnya itu mondar-mandir mengeluarkan mangkuk, memotong-motong jeruk dan strawberry, mencampur semua bahan dan meletakkanya di hadapan Masahiro. Matanya masih tak mau beralih ketika Tori menuang susu ke dalam mangkuk cornflake-nya, pergi untuk membuka jendela dan menyalakan rokok lalu beralih menuang kopi untuk dirinya sendiri.

Pemandangan yang asing untuk Masahiro. Sebelumnya, dia tak pernah peduli untuk menikmati pagi dengan pacarnya meski malam sebelumnya mereka b bercinta. Masahiro tetap sarapan seperti biasa, menjawab dengan acuh jika kakak-kakaknya bertanya, dan tak ambil pusing bahkan untuk sekedar memberi kecupan ringan di pipi sebelum pergi. Sebaliknya, Tori sepertinya biasa melakukan ini.

Tori menghembuskan asap tipis dari mulutnya, menengok saat melihat Masahiro melambaikan tangan padanya supaya Tori mendekat. Dokter itu tersenyum manis dan duduk di sebelah Masahiro dengan kedua kaki didekap di dada.

”Asapnya tidak mengganggu?” tanyanya

Masahiro menggeleng. ”Tak apa. Tori tidak sarapan?”

Tori mengangkat bahu. ”Sedang tak ingin.” Dijentikkannya abu rokok ke dalam asbak kaca di dekat gelas kopinya. Tawanya tersembur saat Masahiro mengacungkan sesendok penuh cornflake dengan potongan strawberry ke depan mulutnya. Tori menggeleng-gelengkan kepalanya tapi membuka mulut juga. Masahiro nyengir senang dan menyuapi Tori sebanyak tiga sendok sebelum Tori menampik.

Matanya berkedip pelan, merasakan sentuhan lembut ibu jari Masahiro yang terulur mengusap sudut mulutnya dan membawanya ke depan mulutnya sendiri untuk dijilat. Pemuda bengal itu lalu nyengir dan mengerling nakal. Tori tertawa seraya memukul pelan lengan pemuda itu.

Tori menghisap pelan rokok di tangannya, dagunya tertopang di atas lutut. ”Masahiro manis ya.” komentarnya sambil tersenyum.

Sendok di tangan pemuda itu nyaris jatuh. ”Terima kasih?” ujarnya bingung.

Tori tertawa pelan. Diambilnya satu tangan Masahiro dan menggenggam dengan lembut. ”Tidak pernah ada yang bilang begitu?”

Masahiro menggeleng. ”Kalau dibilang ganteng sih sering.”

Suara tawa Tori menggema di seluruh apartemen mungil itu. Masahiro mendadak lupa bagaimana caranya mengunyah saat Tori mengaitkan jari-jari mereka satu sama lain dan ibu jarinya mengelus punggung tangan Masahiro penuh sayang. Tori terlihat begitu terpana memandang tangan mereka yang terjalin erat. Sedetik terlihat tak percaya lalu perlahan senyumnya mengembang. Masahiro menelan dengan susah payah dan meletakkan sendoknya.

Senyum Tori melebar dan menutup mata saat nafas Masahiro menghembus pelan dan hangat di wajahnya. Tak peduli rokoknya sudah nyaris terbakar habis dan jarinya mulai terasa panas.

”Memang manis sekali kok.” bisiknya sebelum membalas ciuman Masahiro. 

9 comments:

  1. Nhhhhhhhh aahhhhhnnnnn....

    Gw pengen ngejeritin itu! Hoi, pegawai yang lain, cepat pulang gih!

    *berguling2 kiri kanan tanpa pelampiasan* SEKSIIIIIIIII!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

    Apanya yang seadanya ini?! Bagus kok!

    ReplyDelete
  2. ....eksutashiiiiiiiiii? XDD

    *kecup Riri*

    ReplyDelete
  3. Iya, Bocchan manis kooooookkkkkk *emut emut emut*

    *menatap Riri yang tak bisa klimaks* XDDDD

    ReplyDelete
  4. NGGGGGGGGGGGGGGGGHHHHH AKU TERIMA SEADANYA!!! Ini seksi banget, mama-san!!! Haduh, haduh, mana Neozep gue, mana Neozep gueeeee!!! *berguling resah karena pusing*

    btw...

    Sedikit menyesal hanya mengenakan atasan piyama (bawahannya dipakai Masahiro)

    pasti KEGEDEAN ya, Ma-kun? Pasti kegedean dan kependekan?

    alau jadi model, Tori pasti banyak dapat tawaran iklan pakaian dalam.

    ngarep nih yeeeeee~ (Yuzawa-san!!! Tolong penuhi keinginannya!!)

    Masahiro menggeleng. ”Kalau dibilang ganteng sih sering.”

    BWAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAH~!!!

    ReplyDelete
  5. salahkan picspam Ma-kun di tumblr *tatap nista tersangka*

    ReplyDelete
  6. Jaman itu masih kurus, Neeei~~ belum debuuu~~~ *diseruduk*

    Yuzawa: Matsuzaka-san, coba buka baju *kacamata berkilat*
    Ma-kun: YADA~~

    Bocchan harus narsis LOL

    *lempar neozep dan beruang madu ke Nei*

    ReplyDelete
  7. k-kenapa picspam selalu disalahkan. Kan kalian bahagiaaaaaaaaaaaa. XD 0:D

    ReplyDelete