Fandom: Prince of Tennis Musical
Pairing: Katou Kazuki x Yabuki Takuya
Characters: Katou Kazuki, Yabuki Takuya, Kubota Yuuki
Rating: PG-13
Warning: AU. BL. OOC. Boys kissing.
Disclaimer: I do not own any of the characters
Note: Maafkan judulnya yang sangat norak. Terinspirasi oleh lagu Baby, It's Cold Outside versi Kurt dan Blaine-nya Glee. Yang pertama ini adalah liriknya. All rights reserved.
Pemandangan di depan matanya itu tampak begitu aneh dan membuat Kazuki jengah. Baru saja memarkir Porsche hitamnya di dekat gerbang Seigaku untuk menjemput Takuya seperti biasa, yang didapatinya malah Takuya yang berdiri berdua dengan teman satu klubnya dan seorang anak laki-laki lain yang Kazuki belum pernah lihat sebelumnya. Sepertinya bukan murid Seigaku karena seragamnya beda. Dilihatnya Takuya tampak kebingungan dan menggaruk-garuk kepalanya sementara temannya menyembunyikan cengiran nakal dengan kipas bergambar ular gendut sembari menyikut punggung Takuya.
Dahi Kazuki berkerut hebat. Ada apa ini? Kazuki tak bisa mendengar pembicaraan mereka karena jaraknya masih cukup jauh dari tempatnya memarkir mobil. Sementara itu, anak dari sekolah lain itu tampak mengucapkan sesuatu dengan gelisah dan tegang. Kedua tangannya mencengkeram sisi celananya dengan gugup. Teman Takuya menyikut punggung Takuya sekali lagi karena Takuya tak juga bereaksi, kali ini lebih keras sampai Takuya nyaris terjungkal. Takuya merengut dan akhirnya berbicara. Wajah anak laki-laki di depan Takuya tampak kecewa dan mereka berbicara sebentar sebelum akhirnya anak itu berlalu pergi dengan gontai.
Teman Takuya melambaikan tangannya pada si anak sekolah lain itu sembari menepuk-nepuk pundak Takuya yang masih tampak kebingungan dan serba salah. Kazuki melepas kacamata hitam yang dikenakannya dan mengeluarkan ponselnya. Dilihatnya Takuya meraih ke dalam saku dan mengeluarkan ponselnya sendiri. Tak sampai dua detik, Kazuki mendengar suara Takuya menyahut.
”Moshi-moshi.”
”Sudah selesai latihannya?” tanyanya, masih terus menatap sosok Takuya.
”Sudah. Umh, Kazuki masih lama?”
Kazuki diam sejenak sebelum akhirnya menjawab. ”................Aku sudah di depan gerbang. Coba menengok.”
Sontak, Takuya mengikuti perkataan Kazuki. Matanya melebar karena terkejut dan buru-buru menutup telepon dan berlari kecil menuju mobil Kazuki. Bahkan tak mengambil waktu pamitan dengan temannya yang hanya mendesah sambil geleng-geleng kepala tapi sejurus kemudian langsung tampak ceria dan menghampiri sedan berwarna merah yang baru saja berhenti di depan gerbang Seigaku.
Pintu penumpang terbuka dan Takuya menyelip masuk. Seperti biasa, Kazuki tersenyum tanpa berkata-kata sementara Takuya langsung memasang sabuk pengaman dan mereka duduk dalam diam. Kazuki melirik pacarnya itu dan sedikit bingung karena Takuya tampak tak tenang. Dia bergerak-gerak terus dan sesekali mencuri pandang ke arahnya. Persis seperti hari-hari pertama Kazuki mengantar-jemputnya ke sekolah.
”Ada apa?” tanya Kazuki akhirnya. ”Sakit perut? Perlu minggir dulu?”
Takuya menggeleng dan pipinya menggembung. ”Aku kan bukan anak kecil.”
”Kamu kelihatan gelisah.” komentar Kazuki sambil memberanikan diri menyentuh pipi Takuya sekilas dan buru-buru menarik tangannya lagi.
Takuya mengangkat wajahnya dan menatap Kazuki. ”Kazuki sudah berapa lama menunggu tadi?”
”Hmm? Sekitar 10 menit.”
Takuya menggigit bibir. ”Berarti lihat ya?”
”Lihat apa?”
Takuya merengut. ”Yang di depan gerbang sekolah tadi.”
Kazuki mengangkat dagunya. “Ah. Tadi kamu bersama temanmu kan? Yang satunya.... teman baru?”
Takuya memutar badannya sampai menghadap ke arah Kazuki. ”Kazuki tidak dengar apapun?”
Kazuki tertawa pelan. ”Dengar apa? Jaraknya kan lumayan jauh. Aku ini dokter, bukan superhero yang bisa mencuri dengar pembicaraan orang.”
Takuya kembali merengut dan memukul pelan lengan Kazuki. Kazuki berjengit pelan. Diarahkannya mobil menuju kediaman keluarga Saitou. ”Aku tak suka ikut campur urusan orang tapi kalau Kuu-chan mau cerita, aku akan mendengarkan.” ujarnya hati-hati.
Punggung Takuya dihempaskan lagi ke sandaran kursi. Bibirnya digigit-gigit.
”Kalau tidak mau cerita juga tak apa-apa kok.” Kazuki berujar lagi sembari mengerem di lampu merah.
Sebuah bisikan pelan membuat Kazuki menoleh. Alisnya terangkat dan memastikan kalau dia tak salah dengar. ”Apa?”
Takuya membuang muka dan memandang ke luar jendela, pura-pura tertarik dengan patung di depan apotik di seberang jalan. ”Aku diajak kencan.” ulangnya.
Untunglah mereka sedang berhenti atau Kazuki sudah akan mengerem mendadak dan membuat mereka tertabrak dari belakang. Kazuki hanya bisa menatap bagian belakang kepala Takuya karena pacarnya itu masih melihat ke arah luar. Bunyi ribut klakson membuatnya harus mengalihkan perhatian dan mejalankan mobil lagi. Dia tak berkata apa-apa lagi sepanjang sisa perjalanan mereka. Pun hanya tersenyum tipis dan canggung saat menurunkan Takuya, melambaikan tangan dan putar balik ke rumah sakit.
------
Kubota mengerutkan kening saat melihat Kazuki mondar-mandir di dapur dengan wajah ditekuk dan tangan menggenggam mug kopi. Para pelayan sampai menyingkir karena takut melihat wajah tuannya itu. Kubota mendengus, menghampiri mesin pembuat kopi dan menuang untuk dirinya sendiri. Bersandar ke counter dapur, Kubota kembali mengamati adiknya.
Begitu Kazuki lewat di depannya, Kubota langsung menangkap tangannya. Kazuki menoleh. ”Ada apa, Yuuki?”
Kubota menyentil kening Kazuki, tepat di tengah dan Kazuki berjengit. ”Apa sih? Kita ini sudah tua, tahu! Jangan perlakukan aku seperti itu.”
”Bagaimana pun, kamu tetap adikku. Jangan terlalu banyak berpikir. Nanti kau kalah langkah lagi sama Masahiro.” Ujar Kubota sambil tersenyum jail dan menepuk pelan pipi Kazuki.
Kazuki mengedip heran. ”Eh? Apa?”
Bukannya menjawab, Kubota malah nyengir makin lebar dan mengambil mug di tangan Kazuki. Lengannya melingkar ke leher Kazuki dan menggeretnya keluar. ”Temani aku minum, ya. Sudah lama kan?”
------
Porsche hitam itu terparkir di tepi jalan. Tampak mentereng dan menarik perhatian di bawah sinar lampu jalan. Membuat siapapun yang lewat menolehkan kepalanya barang dua jenak untuk melihat dan kagum atau bahkan iri. Pemiliknya sendiri tak berada di dekat situ karena sudah berjalan menyusur Rainbow Bridge dengan seorang anak laki-laki yang tampak setengah mengantuk. Terbalut coat tebal dan syal hitam milik Kazuki memang membuat Takuya merasa nyaman dan rasanya ingin langsung tertidur saja.
Dia sama sekali tak mengerti kenapa tiba-tiba Kazuki mengajaknya keluar di malam hari. Esok harinya memang hari libur tapi Kazuki tak pernah melakukan ini sebelumnya. Kalau bukan Takuya yang mengajak, pria itu biasanya juga tak akan berbuat apa-apa. Toh Kazuki sibuk di rumah sakit. Paling-paling hanya menelepon di jam-jam tertentu. Makanya Takuya bingung ketika tiba-tiba Kazuki menelepon dan bilang padanya untuk minta ijin keluar pada orang rumah karena dia sudah menunggu di depan gerbang rumahnya. Jelas saja Takuya gelagapan mencari alasan untuk keluar rumah di jam yang sudah nyaris larut itu.
Seperti biasa, Kazuki hanya diam sepanjang jalan. Bertanya apakah Takuya kedinginan dan dijawab Takuya dengan mengatakan kalau dia sudah mengantuk. Kazuki meminta maaf sambil tersenyum dan menyampirkan syal-nya ke sekeliling leher Takuya juga mengangsurkan segelas coklat hangat padanya. Takuya tak bisa protes, sungguh.
Kazuki memilih untuk berhenti di tempat yang agak jauh dari keramaian. Angin dingin berhembus pelan dan sambil malu-malu, Takuya berdiri lebih dekat dengan pria itu. Lagi-lagi Kazuki hanya tersenyum kecil dan meletakkan lengannya di pundak Takuya, mengusap pelan lengan atas pemuda tanggung itu.
Takuya lalu berputar, menyandarkan punggungnya ke batas pengaman. Pemandangan Teluk Tokyo di malam hari memang paling indah. Lampu-lampu yang berkelip seperti peri-peri kecil melayang dan kilauan cahaya dari rumah mercu suar di ujung paling jauh. Takuya jadi makin mengantuk dan sudah nyaris tertidur kalau saja tidak dikejutkan oleh Kazuki. Pria itu dengan sangat hati-hati mengaitkan jari telunjuknya dengan jari telunjuk Takuya. Mata Takuya mengerjap pelan sebelum mengangkat kepalanya dan menatap Kazuki.
”Kamu kan pernah bilang kalau aku harus membiasakan diri dengan ini kan?” Suara Kazuki terdengar parau.
Takuya mengangguk.
Kazuki mengangkat bahunya lalu mengalihkan perhatian ke kejauhan. ”Maaf ya. Pacaran denganku pasti membosankan sekali ya.”
Mata Takuya terbelalak kaget. ”Kok bicara begitu?”
Kazuki malah menatapnya lurus-lurus. Takuya berjengit tapi tetap balas memandang. ”Sama sekali tidak bosan? Meskipun aku tidak pernah mengajakmu melakukan hal yang romantis?”
Takuya menggaruk-garuk kepalanya dan melangkah mendekat. Kazuki nyaris saja mengambil langkah mundur kalau bukan karena Takuya yang mengubah kaitan jari mereka menjadi genggaman. ”Kazuki adalah Kazuki kan? Aku suka bukan karena Kazuki adalah pria yang romantis. Aku tahu kok kalau Kazuki tidak seperti itu. Kazuki membiarkan aku menggenggam tangan Kazuki seperti ini saja,” Takuya mengangkat tangan mereka. Kulit putihnya kontras dengan kulit Kazuki yang kecoklatan. ”Aku sudah senang sekali.”
Kazuki jadi salah tingkah dan menghela nafas. ”Maafkan aku.”
Kepala Takuya dimiringkan ke kiri dan terkikik geli. ”Kazuki aneh sekali deh, malam ini. Kupikir Kazuki sedang marah padaku.”
Kali ini ganti Kazuki yang memiringkan kepalanya dan memandang pacarnya yang imut itu dengan bingung. ”Aku marah padamu? Kenapa?”
”Karena aku bilang aku diajak kencan? Habis Kazuki diam saja setelah aku cerita. Setelah itu pun tidak telepon. Kupikir kamu marah.” Takuya berjengit.
”Ah, itu. Yah...” Kazuki membuang nafas perlahan. ”Terus terang?”
Takuya mengangguk.
”Aku memang tidak senang. Bukan berarti aku marah padamu. Toh bukan salahmu dan aku juga tidak memintamu bercerita dengan lebih jelas kan? Aku hanya tidak senang karena dia seumur denganmu. Mungkin dia akan lebih mengerti kamu dan kamu juga tak perlu bersabar menunggu orang tua sepertiku yang untuk menggenggam tanganmu saja butuh keberanian besar karena takut tak bisa menahan diri.”
”Kazuki!” sergah Takuya cepat, memotong perkataan Kazuki sebelum pria itu melantur lebih panjang. Pria itu menarik nafas tajam karena detik berikutnya Takuya sudah berjinjit dan wajahnya tepat berada di depan wajah Kazuki dan bibirnya menekan pelan bibir Kazuki. Mengikuti insting, Kazuki langsung mundur tapi Takuya masih menggenggam erat tangannya. Sekuat tenaga mencegah Kazuki agar tidak lari atau mendorongnya menjauh.
”Kuu-chan. A...apa...”
”Ssst. Kazuki terlalu banyak berpikir.” bisik Takuya sambil tersenyum. Pun begitu, pemuda itu juga tampak tersipu dan ujung telinganya memerah. Kazuki menelan ludah. Pemandangan seimut itu tepat di depan matanya adalah hal yang paling ditakutinya selama ini. Tiap kali membayangkan atau terlintas di mimpinya, Kazuki pasti langsung beranjak ke kamar mandi dan jadi uring-uringan seharian. Benar saja, tenggorokannya terasa kering dan perutnya mulai terasa tak karuan. Kazuki berharap Takuya mau mundur karena kalau tidak...
Takuya mengulurkan kedua tangannya untuk menangkup rahang Kazuki. Agak ragu dan sedikit gemetaran, mungkin karena gugup atau apa. Bibirnya yang berwarna merah muda itu tersenyum manis. Bulu matanya menyentuh bagian atas pipinya saat matanya mengerjap. Kazuki yakin dia bisa mimisan setiap saat.
”Sedekat ini denganku membuatmu takut?” Bisik Takuya, matanya bergerak mencari mata Kazuki.
Kazuki menelan ludah. Ditutupnya matanya dan menunduk untuk menyentuhkan kening mereka. Nafasnya mulai terasa berat. Lebih lagi karena hembusan nafas Takuya yang terasa hangat di wajahnya. ”Aku sudah pernah bilang alasannya kan?” balasnya dengan suara parau.
”Kazuki...”
Kazuki menggerung pelan. Matanya membuka perlahan. Tatapan agak buas dan ganti Takuya yang menelan ludah. ”Yakin?” Bisiknya. ”Kalau aku tak bisa menahan diri?”
Takuya mengangguk. ”Aku yang akan menahan Kazuki.”
Kazuki terkekeh pelan dan dengan gugup menelan ludah, lidahnya menjilat bibirnya yang mendadak terasa kering. Takuya mendekatkan wajahnya lagi hingga ujung hidung mereka bersentuhan dan menggesek lembut. Nafas Kazuki yang memburu dan Takuya pun berharap jantungnya tak akan meledak saat itu juga. Ibu jari Takuya mengusap pelan pipi dan rahang Kazuki yang terasa sedikit kasar sambil tersenyum samar dan Kazuki memutuskan untuk membuang akal sehatnya ke Teluk Tokyo saat bibir mereka bersentuhan lagi.
Takuya tak tahu harus bagaimana tapi instingnya menyuruhnya untuk membuka bibirnya. Takuya melakukannya, sedikit saja, beringsut supaya lekukan bibirnya lebih pas bertemu dengan bibir Kazuki. Kazuki mengecup pelan bibir atas Takuya lalu ganti memagut pelan bagian bawah. Takuya menirunya, pertama dengan ragu-ragu sebelum akhirnya bergerak dengan lebih berani. Entah kapan Kazuki melingkarkan lengannya di pinggang Takuya dan memeluk erat. Takuya meletakkan tangannya di pundak Kazuki dan untuk beberapa saat mereka hanya bertukar kecupan sampai Takuya tak sengaja menjulurkan lidahnya dan menjilat pelan bibir Kazuki. Kazuki mengerang dan langsung memagut bibir Takuya dengan sedikit lebih bernafsu. Takuya terkejut dan panik untuk sesaat. Tangannya menggerut kerah kemeja Kazuki dan mengerang pelan. Getarannya membuat bagian bawah tubuh Kazuki berdenyut pelan dan hangat.
”Ungh... kamu manis sekali...” bisik Kazuki sebelum mencium Takuya lagi.
Takuya tertawa malu. Wajahnya luar biasa merah dan terasa panas. ”Kazuki... rasanya seperti kopi...” Dipagutnya pelan bibir Kazuki sambil mengucapkan itu.
Kazuki tergelak dan diremasnya Takuya dalam pelukannya karena gemas. Dikecupnya ujung hidung dan kening Takuya. Mereka saling berpandangan dan saling tersenyum malu. Sambil mengatur nafasnya, Takuya merebahkan kepala ke pundak Kazuki. Debar jantungnya rasanya tak bisa dihentikan dengan cepat. Lututnya juga masih terasa lemas. Kazuki meletakkan dagunya di atas kepala Takuya, tangannya yang besar mengusap pelan punggung pemuda itu. Masih tak percaya dengan yang barusan terjadi.
“Kuantar pulang?” Kazuki bertanya beberapa lama kemudian. Berat hati karena masih ingin memeluk Takuya seperti itu. Rasanya luar biasa karena tubuh Takuya begitu pas untuk dipeluk oleh kedua tangannya. Kazuki jadi tak mengerti kenapa dia harus sebegitu menahan diri untuk sesuatu seluar biasa ini. Kazuki menelan ludah. Pikiran seperti itu, cepat atau lambat, akan membuatnya terlibat masalah besar dengan Takumi.
Takuya mengangguk meski tak rela. Sebelum melepaskan pelukannya, Takuya mengangkat kepalanya dan minta dicium sekali lagi. Kazuki menurut dengan senang hati dan mengerang pelan sebelum akhirnya memisahkan diri dan menggamit Takuya untuk berjalan kembali ke mobil dan mengantarnya pulang.
Tak usah ditanya kalau mereka berciuman lagi sebelum Takuya turun dari mobil. Kali ini Takuya lebih berani memagut dan bahkan menggigit bibir Kazuki sampai pria itu mengumpat pelan. Takuya nyengir dan berlari turun dari mobil sambil melambaikan tangan pada Kazuki. Kazuki mendesah panjang dan memutar mobilnya. Sepertinya dia akan makin sering uring-uringan setelah ini.
-end-
BANZAAAAAIIIII!!! AKHIRNYA MUSIM SEMI SANG NELAYAN YANG NELANGSA DATANG JUGAAA! Aduh Kazuki, senang apa sebel? Awas ketauan papa Takumi lho. 8D;;
ReplyDeleteKamar mandi Kazuki, bersabarlah! Kayaknya tuanmu akan lebih lama dan lebih sering menggunakanmu! XDDDDDDDDD
Porsche hitam itu! Porsche yang di Wangan Midnight ya?
Kamar mandi keluarga Keigo nista sekali ya XDDD
ReplyDelete...iya *ninja* TERLALU MENCOLOK! PORSCHE DAN JAKET KULIT ITU!! DOKTER DAN ORANG KAYA! GYAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!
Yang di kamar si bungsu apalagi. Di kamar Kubota juga tuh, tapi dia mendingan karena pacaran jarak jauh. Ck ck, memang satu-satunya harapan untuk pewaris hanya dari Sainei. XD;
ReplyDeleteGANTANG RUAR BIASA PULA! INI ILEGAL!
BANZAAAAAAAAI!!!! Congratulations!!! Aduh, Kazuki, ini langkah besaaaaaaarrrrrr!!!
ReplyDeleteDan begitu ada klub lagi, Takuya akan cerita malu2 ke Tomo, dan Tomo akan ngejerit histeris sampai semua orang tau. XD
Itu apalagi. Hormonnya lebih menggelora!! Apalagi sekarang nggak cuma saluran airnya, tapi juga tempat tidurnya LOL
ReplyDeleteYANG LAIN-LAIN SAMA SEKALI GAK KELIATAN DI FILM ITU. MESKIPUN GELAP, TAPI DIA BERCAHAYA!!! #eh
Apaan, Tomo pasti tau cuma dari mengendus dan melihat bibir Takuya. *evilsmirk*
ReplyDeleteBWAHAHAHAH BENER!!!
ReplyDeleteOH . MAI . GAT
ReplyDelete. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . .
mama-san mau kucium enggak?
.................................. boleh. *blush*
ReplyDeletesugeeeeee XDD
ReplyDeleteMAMA-SAN MURAHAAAAAANNNNNN *cemburu*
ReplyDelete*langsung pengen nulis KazuTaku karena pengen dicium juga*
UWAAAAAA MARI MENYELAM UNTUK MENGAMBIL AKAL SEHAT ITU!
ReplyDeleteAKHIRNYA! AKHIRNYA! Kubota memang kakak yang luar biasa dan Tomo adalah dokter cinta a.ka pecun nomor wahid. BANZAI!
Kapan dilamar? keburu Masahiro nikah loh.
saya tidak suka menolak rejeki *dibuang*
ReplyDeleteTULISSSSSSSSSSSSSSSS!!! MWAHAHAHAHAHAHAHA
Kalo gw yang nulis pasti pedo ga ketulungan lho (ninja)
ReplyDeleteBuat apaaaaaa? LOL
ReplyDeleteGue dan Icha sedang mendoakan supaya Kazuki makin tabah menghadapi Takuya yang akan makin seksi dan menggoda. Semoga saluran air di rumah Keigo gak cepet jebol, semoga kamar mandinya bisa menemukan pembersih paling higienis dan semoga stok lotion/baby oil/minyak telonnya lancar jadi gak cepet lecet. AMIEN.
kan emang P.E.D.O
ReplyDelete*dilempar tabung oksigen*
BABY OIL. Kedengerannya salah banget itu. XDDD
ReplyDelete...... (code_okok)
Terus beritanya jadi kayak cerita berantai ya, Tomo ke Yui dan berakhir dengan semua anak Rikkai tahu.
ReplyDeleteTomo tebar2 pesona ke Tom, akhirnya kabarnya nyampe sampe Osaka.
Kanata ngomong tanpa ekspresi ke Gackt Hyde.
Yuya nyampe ke Aiba
Genki terus nanya ke keluarganya di ruang makan, akhirnya Kane ma Ouji ikutan tahu. & Kento dengan senang hati mengajari Genki kalau mau *fitnah*
Yanagi salting tiap nama Yuya disebut & berakhir dengan Buchou dan Kime tahu juga soal Kazuki ma Takuya.
Ketika Buchou tahu...tinggal nunggu waktu sampe berita nyampe ke tangan Saitou XDDD
Ling...lingkaran setan....XD
Cepat selamatkan dirimu, Kazuki! Sebelum musim semimu layu sebelum berkembang lebih jauh :P
*sun pipi mama-san* ♥
ReplyDeleteahaha ayo kaachan jangan mau kalah ~
Tulislah, Icha!!!!!!!
ReplyDeleteBuat Nelayan itu merasakan indahnya musim semi setelah meranggas tidak klimaks empat bulan selama ini <3
Ini kronologi yang OKE!!! Cepat kembangkan layarnya, Kazukiiiii~~!!! XDDDDDDD
ReplyDeletejkasdgfjsdfkjshdfkjhskdjfhskjgdhsgfhsgdfkshgldkglgjh
ReplyDelete*joged2 gak jelas*
saya dicium aphin! Saya Dicium Aphin! Saya. Dicium. Aphin! SAYA DICIUM APHIN!!!
*dibunuh*
gak salah dong. Malah lebih oke dibanding lotion atau minyak telon. AHE.
ReplyDeleteAPHIN, ABANG JUGA MAU DICIYUM!
ReplyDeleteEee sebetulnya Sainei kan sudah dibilang lepas tangan karena punya perusahaan sendiri, tinggal si bungsu tuh yang hormonnya harus dikendalikan atau kuliahnya ga lulus2 dan Kazuki terancam batal melamar Takuya karena emaknya marah2 si bungsu sekolah ga lulus lulus.
~inijugalingkaransetan~
tar kalo ada yang bikin lagi pasti kucium kok *smirk*
ReplyDeleteOH MY GOD XDDDDDDDDD
ReplyDeleteAKHIRRRRNYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA~!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! PAK NELAYANNNNN~!!!!!!!!! ANDA BERHASILLLLLLLL~!!!!!!!!!!!!!!!!
ReplyDelete*langsung nyanyi 'season'*
udah gak mau kalah ya..... sama copel yang udah lumayan lama *lirik ma-kun-Tori* atopun copel yang baru jadi belakangan *lirik kuma-chan-yuuki*
KA.ZU.KI.... KA.ZU.KI...
Jadi ya, sebenarnya yang berhasil di sini bukanlah Kazuki, melainkan Takuya. ...wong yang nyosor Takuya. XDDD
ReplyDeleteFAKTA ITU KEJAM, JENDRAL.
ReplyDeleteKazuki, mada mada da ne.
maklum yang masi muda kan pasti lebih semangat :9
ReplyDeleteKarena kalo Kazuki yg nyosor duluan, perjuangan batinnya KELAMAAN!!!! Itu aja dia ngajak Takuya keluar pun belum rencana mau nyium.
ReplyDeleteHontou ni mada mada da ne, Kazuki.
Kazuki: BRISIK! Yg penting gue seneng!
ugh.... *mimisan*
ReplyDeleteakhirnyaaaa.... Kazuki, cepat2lah buat nasi merah XD
Nasi merahnya masih lama, kk. Itu nanti abis kampai br bikin nasih merah LOL
ReplyDeleteTerima kasih sudah membacaaaaa
Masahiro: . . . . . . . . . ~melengos ke arah kakaknya~
ReplyDeleteHarus nungguin Takuya cukup umur ya?
ReplyDeleteKazuki, kau harus menunggu lebih lama dari Momotarosu.... *nyengir prihatin*
Takuya sudah kelas 3 kok, begitu lulus nikah deh. /plak
ReplyDelete~berasa Masahiro aja, lulus kuliah nikah~
Usia legalnya kan 18 tahun yaaaa. *senyum senyum senyum*
ReplyDeleteYoi, bergerak lebih cepat Kazuki, keburu musim dingin lagi dan layarnya beku loh.
ReplyDeleteKalo di jepang, 18 tahun udah boleh nikah kan? *senyum senyum senyum*
ReplyDeleteTapi apa boleh sama yang jangkung di sana itu?
ReplyDeleteTakumi : ". . . .asal harganya cocok, kita bisa bicara."
ReplyDeletemas kawinnya MAHAL!!! XDDD
ReplyDeleteAstaga, anak sendiri dijual. :|
ReplyDeleteOshitari tak mau rugi. XDD
ReplyDeleteanak cuma sebiji, gimana dong?
makanya dari kecil diakrabin sama keluarga Keigo, dan dokter pula
ReplyDelete. . . ternyata akal bulus papanya dari awal ya
Rencananya mau digadang-gadang buat si bungsu, eh keburu diembat kakaknya. XD
ReplyDeleteRencananya mau digadang-gadang buat si bungsu, eh keburu diembat kakaknya. XD
ReplyDeletehoahoahoahoahoahoahoa *gak kebayang Ma-kun sama Takuya*
ReplyDeleteKasian, Takuya cuma 160-an cm. *alasan yang salah*
ReplyDelete*baru baja*
ReplyDelete.... pasangan ini lucu karena sama-sama malu2. XD Ahihi, si bapak nelayan barong kalo malu itu manis ya. trus kebayang takuya itu diam-diam koakuma juga.
Koakuma lah pastinya, Tacc. Tuh liat siapa yang nyosor duluan. Huehehehe.
ReplyDeletenamanya juga memperjuangkan hak #eh
ReplyDeleteKoakuma dengan tampang super polos? Kazuki, berjuanglah! Jangan sampai keburu botak karena stress nahan diri. XDD
ReplyDeleteAstaga, udah muka barong botak pula. XD
ReplyDeleteTakuya imut sekaleee~~~ jadi pengen gigit *dihajar kazuki*
ReplyDeletegigit saja, kk~!! Saya juga pingin kok *dijala pak nelayan*
ReplyDelete