Thursday, January 6, 2011

[fanfic] AU Ma-kunxTori - Cozy

Fandom: Kamen Rider Decade/Samurai Sentai Shinkenger/Prince of Tennis Musical
Pairing: Inoue Masahiro x Matsuzaka Tori
Cast: Inoue Masahiro, Matsuzaka Tori, cameo Katou Kazuki, Kubota Yuuki & Sainei Ryuji.
Rating: PG-13
Warning: boys kissing. BL. AU. OOC. You've been warned.
Disclaimer: Characters are not mine. No profit gained.
Note: A consolation for Nei's cancellation to upload her fic due to more important reason *ditabok* XDDD Anyway, this is just a sad excuse to write LOL. Strongly inspired by this picture and Nei's Snow.


Di tengah cuaca yang begitu dingin dan saat salju turun di luar sana, memang tidak ada yang lebih nyaman selain duduk di depan perapian ditemani secangkir minuman hangat dan selimut tebal. Seperti yang dilakukan 4 pria di ruang tengah cottage milik keluarga Keigo itu. Setelah menghabiskan makan malam dalam jumlah yang cukup banyak, Kubota mengajak adik-adik dan calon iparnya untuk main kartu di depan perapian. Kazuki, tentu saja, lebih memilih untuk mengambil tempat di sudut ruangan dan membaca. Dia hanya mencibir acuh saat Sainei mengejeknya pengecut dan tak mau ikut hanya karena tak pernah menang dalam permainan itu. Tori harus berkali-kali menyikut Masahiro menjauh karena pemuda bandel itu terus-terusan berusaha mengintip kartu yang ada di tangannya.

Lima putaran kemudian, Sainei memutuskan kalau dia bosan dan mengganggu sang kakak dari bacaannya dengan mengajaknya ngobrol. Kubota sesekali menyahuti obrolan mereka dan akhirnya tak ada satupun yang peduli dengan permainan kartu. Tori bangkit ke dapur untuk mengisi ulang mangkuk camilan dan kopi untuk semua orang sekaligus membuatkan coklat hangat khusus untuk Masahiro. Masahiro nyengir senang saat Tori mengangsurkan mug berisi coklat hangat itu dan balas menendang kaki Sainei yang mengatainya “Anak manja sampai kapan pun tetap saja anak manja.” Tori hanya tertawa dan duduk di atas karpet karena semua sofa sudah diduduki. Dia bisa saja menyelip di antara Sainei dan Masahiro, tapi tentu saja dia tak enak. Lagipula, karpetnya sangat tebal dan empuk. Sambil menyandarkan kepalanya di lutut Masahiro, Tori mengambil selembar selimut rajutan dan menyampirkannya di kakinya. Mendengarkan dengan penuh minat saat Kubota membocorkan masa kecil mereka.

 -------

Kedua matanya mengerjap pelan sebelum tersadar kalau rupanya dia tertidur. Tori mendapati dirinya bergelung di depan perapian, selimut rajutan tadi membungkus tubuhnya sampai leher dan bantal kursi yang empuk menyangga kepalanya. Tori mengangkat kepalanya dan mendapati ruang tamu itu kosong. Mengintip jam tangannya, ternyata sudah lewat tengah malam. Lampu sudah dimatikan dan cahaya hanya datang dari lampu di luar dan dari perapian yang masih menyala. Tori mendesah. Bibirnya mengerut sedikit sebal karena ditinggal sendirian tapi dia terlalu malas untuk bergerak karena sudah merasa sangat nyaman.

Tori menggeliat pelan dan berbaring telentang. Liburan empat hari di cottage milik keluarga Keigo itu akan berakhir besok. Rasanya cepat sekali dan kalau boleh jujur, Tori tak ingin pulang. Cottage ini sangat nyaman. Ukurannya memang besar tapi masih kalah jauh dengan rumah utama keluarga Keigo. Tori suka dengan desainnya yang sederhana dan segalanya terbuat dari kayu dan batu meskipun Tori tak berani membayangkan biaya perawatannya. Entah dia harus merasa beruntung atau bagaimana karena setahun belakangan ini dia bisa menikmati segala jenis fasilitas paling mewah yang bisa dibayangkannya. Keluarganya memang berkecukupan tapi kedua orang tuanya tak pernah mendidiknya untuk bermewah-mewah. Terlebih lagi karena tinggal dengan neneknya sejak SMU dan kos ketika kuliah, Tori malah lebih terbiasa hidup prihatin. Seandainya saja Masahiro tak pernah masuk dalam kehidupan Tori, mungkin bermalas-malasan di cottage seperti ini hanya akan jadi angan-angan belaka.

Tori mengusap wajahnya dan menggelengkan kepalanya dengan frustrasi. Kalau berpikir seperti itu kesannya dia pacaran dengan Masahiro karena status sosialnya. Padahal semua ini sebenarnya hanya bonus yang menyenangkan. Tori menduga seandainya dibesarkan di tengah keluarga yang sederhana pun, Masahiro tetap akan jadi anak bungsu yang manja dan selalu minta diperhatikan. Tori akan tetap jatuh cinta pada wajah tampan dan cengiran nakalnya.

Lamunannya teralihkan oleh wajah Masahiro yang mendadak berada tepat di atasnya. Tori berseru kaget dan memukul lengan Masahiro yang terbahak. Tori merengut sementara Masahiro duduk melipat kaki di sampingnya. Pemuda itu menunduk untuk mengecup pipi Tori.

”Kupikir Tori tidur.” ujarnya membela diri. “Itetetete.” Tori mencubit lengan atasnya tanpa belas kasihan.

”Aku nyaris jantungan, tahu! Jangan bikin kaget begitu dong.” Tori bersungut-sungut.

Masahiro mengecup pipinya sekali lagi. “Iya, iya, maaf. Kan tidak sengaja.” Dikecupnya ujung hidung Tori lalu naik ke kening sebelum mengecup bibir Tori.

Tori masih berpura-pura merengut sebal sampai Masahiro mengangkat alisnya dan menjilat bibirnya dengan menggoda sebelum Tori balas mencium. Masahiro beringsut dan berbaring di sebelah Tori, lengannya diletakkan di atas perut Tori untuk memeluk pinggangnya yang ramping. Tori memiringkan tubuhnya agar Masahiro bisa mengeratkan pelukannya sementara tangannya sendiri menyentuh dada Masahiro yang tertutup pullover biru tua dan mengelus pelan.

”Mau pindah ke kamar?” Masahiro bergumam di depan bibir Tori.

Tori menggeleng, memagut pelan bibir Masahiro yang penuh. “Di sini hangat, kok.”

“Hmm. Geser sedikit.” Masahiro melepaskan pelukannya sejenak untuk masuk ke bawah selimut. Tori menurut dan beringsut pelan. Masahiro mengambil sebuah bantal kursi lagi untuk sandaran kepalanya, membenarkan selimut agar menutupi tubuh mereka berdua dengan benar kemudian kembali memeluk Tori. Rupanya Tori lebih memilih lengan Masahiro sebagai bantal. Masahiro tersenyum dan beringsut agar Tori nyaman bersandar padanya.

“Yang lainnya sudah tidur?” tanya Tori sambil mengecup dagu Masahiro.

Masahiro mengangguk. “Mereka tadi ribut sekali waktu melihatku mencuci gelas-gelas.”

Alis mata Tori terangkat penasaran. ”Oh ya? Pasti heboh sekali ya, melihat anak manja bisa cuci piring?” Godanya menahan tawa.

”Yang begitu saja kan seharusnya semua orang juga bisa.” Masahiro merengut.

Tori tergelak dan mencubit hidung Masahiro dengan gemas. ”Itu kan kata-kataku. Bayar royalti.”

Pemuda jangkung itu nyengir dan mencium Tori lagi. “Jangan pelit-pelit sama pacar sendiri dong.”

Tori tak menyahut, lebih memilih untuk memasukkan lidahnya ke dalam mulut Masahiro dan menyelipkan kakinya di antara kaki panjang Masahiro. Tumitnya mengelus pelan betis Masahiro sampai Masahiro menggerung dan mengaitkan kaki mereka. Tangan Masahiro menyelip ke balik sweater dan kaus yang dikenakan Tori untuk mengelus sayang kulit Tori yang terasa hangat. Tori mengerang senang dan melengkungkan punggungnya. Kepalanya menggeleng tegas saat Masahiro mengakhiri ciuman mereka dan memandangnya penuh arti. Masahiro merengut dan mengerutkan bibirnya dengan imut supaya Tori mengangguk. Tori masih menggeleng.

”Kakak-kakakmu ada di atas. Hargai mereka sedikit dong.” Jelasnya.

Masahiro menggerut rambut, ngambek. “Kita kan pernah melakukannya di photo booth dan di dalam mobil. Waktu itu juga kan ada orang. Semuanya malah Tori duluan yang mulai. Tak ingat?” Pemuda itu mendelik.

Wajah Tori terasa panas. “Kali ini kan beda. Memangnya kau pikir aku tidak malu?” Tori merengut. ”Aku masih mau bekerja di Keigo, tahu.”

Masahiro mengangkat dagu. ”Awas saja kalau Aniki berani memecatmu. Lagipula, aku bisa kok menyokong Tori.” Pemuda itu mendengus sombong.

Tori menggelengkan kepalanya dan tertawa kecil. ”Tak bisa begitu dong. Katanya Masahiro mau beli rumah. Kalau aku tidak bekerja, nanti bagaimana?”

”Memangnya kenapa? Kan aku yang mau beli rumah.”

Tori mengambil tangan Masahiro, mengaitkan jari mereka. Cincin yang melingkar di jari tengah Tori berkilau memantulkan cahaya api perapian. ”Rumahnya untuk kita kan? Aku pikir, aku tak bisa membiarkan Masahiro menggunakan uang Masahiro untuk membeli rumah itu. Aku juga punya tabungan untuk itu kok.”

Masahiro mengangkat alis. Tori tertawa. ”Sebelum bertemu Masahiro, aku sudah berpikir untuk punya rumah sendiri. Tak menyangka saja kalau akan digunakan secepat ini.” Dikecupnya punggung tangan Masahiro. ”Sebaiknya sisa uang Masahiro ditabung untuk keperluan lain kan? Seandainya sudah menemukan yang bagus dan cocok, rumah itu tetap harus diisi kan?”

”Tapi cicilan mobil Tori kan belum lunas.” Masahiro mengerutkan kening. Teringat kejadian beberapa bulan lalu ketika Tori bilang kalau dia ingin beli mobil. Masahiro tak mungkin mengantar-jemputnya tiap hari karena pemuda itu makin sibuk dan dia juga tak mengijinkan Tori naik kereta sementara naik bus akan memakan waktu terlalu lama. Keesokan harinya, Masahiro muncul dengan seorang dealer mobil dan meminta Tori untuk memilih mobil mana pun yang diinginkannya. ”Harga tak jadi masalah.” cengirnya senang. Tapi Tori malah berang karena merasa tak dihargai. Setelah meminta sang dealer keluar ruangan sebentar dan bertengkar mulut selama dua jam penuh, akhirnya Masahiro mengalah dan membiarkan Tori membayar sendiri mobilnya.

Tori mengangkat bahu. ”Bisa kok.” Ujarnya enteng.

Masahiro memandangnya tak percaya. Jari-jari Tori melingkar di dagu Masahiro, matanya menatap Masahiro lekat-lekat. ”Karena yang akan menjalani adalah aku dan kamu, meskipun kamu mampu, aku tidak ingin Masahiro menanggung semuanya sendirian. Setidaknya, bicarakan dulu denganku. Kalau mampu, aku akan ikut membantu. Kalau tidak, aku akan bilang dan kita bisa bicarakan lagi. Katanya Masahiro tak ingin boros lagi kan?”

Beberapa detik berlalu sebelum Masahiro mendesah panjang. “Ternyata jadi pendampingmu syaratnya banyak sekali ya.”

Tori mengangkat alisnya. “Baru tahu? Mau mundur sekarang?”

Masahiro mendengus. ”Mana mungkin!” Dikecupnya cincin yang melingkar di jari Tori. “Sudah sejauh ini, tak mungkin aku mundur. Aku tak suka setengah-setengah kalau melakukan sesuatu.” Lalu bergerak mencari bibir Tori.

Tori menyambutnya dengan penuh perasaan. “Anak pintar.” bisiknya sebelum membiarkan lidah Masahiro menyelusup masuk, membuatnya bergumam senang dan merasa seperti orang paling bahagia di dunia ini.

 --end--


32 comments:

  1. Unyuuuuuuuuuuuu!!! Akyu mau guling2 di depan perapian jugaaaaa!!!

    lengannya diletakkan di atas perut Tori untuk memeluk pinggangnya yang ramping.

    Ramping? Ramping? *angkat alis* XDDD

    Untung Sensei ga minum cokelat juga. Kalo iya pasti ga jadi guling2an doang. XP

    ReplyDelete
  2. Ramping kooook. Pinggangnya doang XDDDD

    Tori: *sambit stetoskop*

    Itu diaaaa XDDD

    ReplyDelete
  3. . . . . .gue merasa beruntung diajak bapak keluar hari ini. GYAHAAAA! ~bergulung di depan perapian trus kepentok bata~

    Aduh, jadi pengen dengar Kubota cerita apa saja soal masa kecil mereka!
    Bocchama, mau tahu syarat lain buat jadi pendamping sensei? HARUS TAHAN NAPSU, TAHU.

    ReplyDelete
  4. Kalo Sensei minum cokelat... bisa dijamin akan ada satu orang yang makin sexually frustrated denger suara-suara ora nggenah dari bawah. *kasih tisu ke pak nelayan* XDDD

    ReplyDelete
  5. kasian batanya *elus2*

    *dilempar*

    Ayo, bikin, Neeeiii!!!!

    ReplyDelete
  6. gyahahahahahahahaha *tepuk bahu pak nelayan dengan penuh simpati* sabar paaak, baru awal musim semi niiih *dijala*

    ReplyDelete
  7. THISSSSSS!!! XDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

    ReplyDelete
  8. Disiram ya pak, biar tak layu sebelum berkembang nyihihihihi

    ReplyDelete
  9. Kazuki: ......di...dipupuk juga gak?

    Takuya: *timpuk raket* OI!

    ReplyDelete
  10. Oh tentu saja. Juga harus disiangi secara teratur dan dijaga dari hama. XD

    ReplyDelete
  11. MAMA-SAAAANNNNNNNNN~!!!!!!!!! *telat abis*

    gyahahahahaha.... untung sensei ga ikutan minum cokelat tuh. bisa2 dia ntar malah bikin Masahiro (dan seluruh penghuni yang lain) ga bakal bisa tidur sampe pagi. gyahahahahaha...

    ReplyDelete
  12. Ah, Sensei, kalau memerangi Gedou saja Ma-kun bersedia, apalagi hanya cuci piring XDDDD *salah setting*


    Yg susah itu tahan nafsu=P. Kan? /plak

    ReplyDelete
  13. Bwahahahahahaha apapun demi Tori sayang ya, Ri? XDDD

    Nah, itu mana mungkin? XDDDD

    ReplyDelete
  14. Eh, mereka pernah kampai di photobooth dan mobil? (woot)



    Ri, sensei sudah diijinkan memegang kamera magenta, apalagi kalau bukan tanda cinta.
    ~salah seting juga~

    ReplyDelete
  15. Gue? ('_')a
    *inipastipenyakitmenular*

    ReplyDelete
  16. OMAE DA YO, OMAE!

    Itu yang mereka nyaris ketangkep gara2 Sensei sugar high, & yang sensei baru pulang dari luar negeri dijemput Ma-kun disupirin Kimi-chan?!

    ReplyDelete
  17. ooooooooooooooooh~!!! *pong*
    maaf lupa~!!! Ahiiii~

    ReplyDelete
  18. huh, kan baru kali ini saya lupa. *elus-elus benjol*

    ReplyDelete
  19. Mana pas banget ya, akhir2 ini dingin banget cuacanya. *pengen bergelung di tempat tidur, tapi gak bisa, hiks*

    ReplyDelete
  20. @Nei: ........................*gaplok*

    @Anne: Temanya musim dingin dan guling2an LOL

    ReplyDelete
  21. tapi kuma.chan gue panas tadi. /plak

    ReplyDelete
  22. itu kan lagi beberes! *tampaaar* seharusnya bikin lebih panas lagi jadi TANK TOPNYA JUGA DILEPASSS!!! MWAHAHAHAHAHAHA!!!

    *seriously, where is my medicines?*

    ReplyDelete
  23. kalau dilepas semua nanti Yuuki ga konsen belajar, tauuuk. /geplak
    ~jejelin marshmallow~

    ReplyDelete
  24. itu intinyaaa!! ITU INTINYAAAAAAAAAAAAA!!!!!!

    ReplyDelete
  25. . . . . . . .akan kupikirkan. ~buang akal sehat habis nonton the beginning~

    ReplyDelete