Fandom: Fujoshi Kanojo, Samurai Sentai Shinkenger, Kamen Rider Decade, TeniMyu, Tumbling dan entah apa lagi *digampar*
Pairing: Furukawa Yuta x Daito Shunsuke, mention of Ma-kunxTori
Rating: PG-13
Warning: BL. AU. OOC. Bingung sama hubungan para karakter? Silakan main ke tempatnya Nei untuk mencari tahu :)
Disclaimer: I do not own the characters. No profit gained. No harm intended.
Note: Inilah akibat nonton Fujoshi Kanojo. Salahkan Shunsuke yang manis dan uke banget di situ juga Yun yang tetep cakep seksi ndosani.
Shunsuke tak pernah menyangka kalau kencan semalam seperti ini bisa jadi sesuatu yang benar-benar luar biasa. Apalagi dengan seseorang yang baru ditemuinya malam itu.
Pria itu sudah memberitahu Tori kalau dia sedang ada di Tokyo untuk urusan pekerjaan dan sepertinya bisa tinggal sampai akhir minggu. Tori membalas pesannya dengan menulis:
Aah, gomen. Kebetulan minggu ini jadwalku penuh sekali. Tapi hari Minggu sepertinya sudah kosong. Mau bertemu untuk makan siang?
Sekarang masih Jumat malam dan Shunsuke sudah nyaris mati bosan. Berjalan sendirian menyusuri wilayah Roppongi, asal saja masuk ke sebuah club yang tampaknya menarik, duduk dan menyesap wine sambil menikmati musik jazz dan melihat pria itu. Duduk di seberang Shunsuke, tubuhnya tinggi dan wajahnya cantik (karena tak bisa dibilang tampan); lancip seperti rubah. Shunsuke memandanginya karena merasa wajahnya unik dan memang enak untuk dilihat. Hidung mancung, dagu dan rahang yang melekuk mulus dan runcing, mata sipit yang persis sekali mata rubah dan bibir tipis kemerahan yang juga menyungging senyum agak misterius. Kesannya agak seram tapi Shunsuke tak bisa mengalihkan mata. Sejenak menyesali kenapa tak pernah ada yang seperti itu di deretan foto omiai. Dia berkedip bingung saat pria itu berdiri, membawa minumannya dan menghampiri Shunsuke.
”Boleh duduk di sini?” pria itu bertanya sambil menepuk sandaran kursi di sebelah kursi Shunsuke dan tersenyum dengan begitu menghanyutkan. Mungkin orang ini memang penjelmaan rubah, pikir Shunsuke.
Rubah, eh, pria yang mengenalkan dirinya sebagai ”Yuta. Namaku Yuta.” itu sepertinya benar-benar pandai membuat orang terpikat. Obrolannya dengan Shunsuke begitu lancar dan Shunsuke sama sekali tak merasa canggung. Berbeda dengan saat pertama kali melihat Tori yang membuat Shunsuke ingin memeluk dan mencubit pipinya dengan gemas, pria satu ini membuatnya ingin duduk di lantai dan bersandar pada lutut Yuta sementara Yuta mengelus-elus kepalanya. Entahlah. Aneh memang.
Shunsuke tak ingat berapa banyak alkohol yang dikonsumsinya tapi dia masih cukup sadar saat Yuta mencondongkan tubuhnya dan mulai bicara sambil berbisik langsung di telinga Shunsuke. Dan Shunsuke menciumnya. Mungkin karena pengaruh alkohol atau mungkin karena Yuta terlihat begitu cantik dari jarak sedekat itu. Yuta sepertinya tak keberatan. Digerutnya pelan kerah kemeja Shunsuke dan menariknya untuk balas mencium. Shunsuke tak begitu ingat apakah dia atau Yuta yang menawarkan untuk kembali ke kamar hotel tempat Shunsuke menginap.
Ikut omiai berpuluh-puluh kali, beberapa lanjut sampai pacaran tapi tak pernah ada yang serius, dan pertemuan tak terduga seperti ini yang membuat Shunsuke bertekuk lutut.
Yuta pria yang seksi. Sangat seksi. Mungkin yang terbaik yang pernah Shunsuke tahu.
Sekarang, beberapa jam setelah itu, Shunsuke terbaring tengkurap tak berdaya. Sekujur tubuhnya tertutup peluh, berusaha sekuat tenaga meredakan nafasnya yang memburu, punggungnya pegal luar biasa meski ia menikmati percikan-percikan nikmat yang masih menjalar di tiap bagian tubuhnya.
Tiga kali. Shunsuke tak pernah tahu dia sanggup bertahan selama itu dan masih hidup.
Dirasakannya kasur empuk itu melesak pelan dan bibir Yuta yang hangat mengecup pundak Shunsuke. ”Tak apa-apa?” bisiknya. Shunsuke bisa merasakan kalau pria itu tersenyum.
Shunsuke tertawa pelan, menelan ludah karena tenggorokannya terasa begitu kering. ”Kau bercanda ya? Masih bisa bertanya seperti itu?”
Yuta mengecup pundaknya sekali lagi. Yuta berbaring miring dan menyangga kepala dengan satu tangan sementara tangan yang lain mengusap lembut rambut Shunsuke yang hitam dan agak lembab. Dia terkekeh geli. ”Maaf ya. Aku terlalu bersemangat?”
Shunsuke mengangkat kepala dengan sekuat tenaga untuk melihat ke arah pria itu melewati bahu. ”Menurutmu?”
Yuta terbahak dan entah kenapa suaranya terdengar begitu merdu di telinga Shunsuke. Kepalanya terlempar ke belakang, memamerkan leher jenjang yang mengundang untuk dicium. Shunsuke menelan ludah lalu beringsut pelan untuk berbaring telentang. Yuta merendahkan kepalanya untuk menatap teman tidurnya itu. Tangannya terulur untuk menyentuh wajah Shunsuke. Pengacara itu mengangkat alisnya yang tebal.
”Apa?” tanyanya setengah tersipu.
Yuta tersenyum manis. ”Tak apa. Kamu manis.”
”Umh...terima kasih? Kamu juga. Eh, tidak...” Shunsuke ganti menjulurkan tangannya dan menyentuh dagu Yuta. ”....Kamu cantik.”
Yuta berkedip dan senyumnya bertambah lebar sampai matanya menghilang. Perlahan tangannya bergerak menyentuh tangan Shunsuke yang masih menyentuh dagunya dan menggenggam hangat. Dikecupnya pelan punggung tangan Shunsuke dan menatapnya penuh arti dan membuat wajah Shunsuke terasa panas.
”Terima kasih.” Shunsuke berujar spontan.
Yuta mengangkat alis. ”Untuk apa?”
Shunsuke tertawa pelan, berbaring miring untuk menghadap Yuta. Membiarkan pria itu tetap menggenggam tangannya. Rasanya hangat dan Shunsuke tak tahu kenapa dia merasa ini wajar saja. “Entahlah. Karena Yuta membuatku senang malam ini?”
Pria itu tersenyum dan mengecup tangan Shunsuke lagi. “Sama-sama.”
”Ne,” Yuta berkata beberapa lama kemudian, duduk bersandar ke kepala tempat tidur sambil merokok.
”Hmm?” Shunsuke mengangkat kepalanya, sudah kembali tengkurap karena punggungnya benar-benar pegal.
”Aku boleh menemuimu lagi?”
Shunsuke menatap Yuta beberapa lama. Kepalanya direbahkan ke bantal. ”Kenapa?”
Yuta menggaruk ujung hidungnya, sedikit tersipu dan Shunsuke senang melihat semburat merah di telinga pria itu. ”Kurasa aku suka padamu. Tak apa kan?”
Shunsuke menggaruk kepalanya. ”Aku senang sih kau bilang begitu. Tapi....” Dia mendesah. ”Aku sedang tak berminat dengan hubungan kasual macam apapun.”
Yuta menoleh dan bertanya dengan hati-hati, ”Maksudmu?”
“Belakangan ini temanku menasehati kalau aku harus cari pacar. Maksudku, pacar serius. Dan kupikir dia mungkin ada benarnya, apalagi melihatnya yang begitu bahagia karena akan segera menikah.” ujar Shunsuke. ”Jadi... maaf kalau aku terdengar kasar, tapi kalau kau hanya berminat untuk yang seperti itu, aku terpaksa menolak.”
Yuta menggaruk dagu, menghembuskan asap rokok dengan pelan. Dijentikkannya ke asbak yang diletakkan di atas pangkuannya. ”Terlalu sering sakit hati?”
Shunsuke tersenyum. ”Bukan. Hanya sudah lelah bermain-main.”
Yuta mengangguk-angguk. “Jadi pacarmu pun, aku tak keberatan kok.” tukasnya lugas dan santai seraya mengedikkan bahu.
”Haah? Memangnya bisa diputuskan segampang itu?” Shunsuke terpana dan tak bisa menahan tawa sampai tergelak. Tatapan Yuta membuatnya bungkam. Shunsuke menelan ludah. ”...Serius?”
”Serius.” Yuta mengangguk mantab. ”Aku punya dua orang anak di Osaka. Kau pikir aku punya waktu untuk main-main?”
Shunsuke membenamkan wajah ke dalam bantal. Kenapa dua orang terakhir yang membuatnya begitu tertarik harus aneh-aneh seperti ini? Pertama Tori yang ternyata sudah punya pacar dan hendak menikah plus anak angkat yang begitu lucu meskipun tingkah lakunya membuat Shunsuke berjengit dan sekarang, pria yang begitu cantik dan sanggup membuat Shunsuke berdebar-debar ternyata hobi memutuskan seenaknya dan punya dua orang anak. Shunsuke mendesah. Mungkin ini karma karena terlalu sering ikut omiai demi mencari calon yang sempurna.
“Shunsuke?” Yuta memanggilnya. Ada sedikit nada khawatir dalam suaranya. Shunsuke mengangkat kepala dan memandang pria itu. Yah, bukannya dia tak suka pada Yuta. Mungkin tak ada salahnya dicoba. Toh, Tori juga bilang Masahiro sama sekali bukan tipenya dan lihat betapa bahagianya mereka sampai membuat iri begitu.
Perlahan, tangan Shunsuke terjulur dan Yuta meraihnya. Susah payah, Shunsuke duduk dan melingkarkan lengannya ke leher Yuta. Yuta menjauhkan rokoknya dan balas memeluk dengan satu tangan. Tersenyum kecil saat Shunsuke mengecup bibirnya perlahan.
”Yah, kurasa sekarang aku bisa bilang pada temanku itu kalau dia tak perlu khawatir lagi karena sekarang aku punya pacar.” ujar Shunsuke sambil tersenyum lebar.
Yuta tertawa, terlihat senang tanpa dibuat-buat. ”Ii ne.”
EAAAAAAAAAA!!!!! BANZAAAAAAAAAAAAAAAAII!!!
ReplyDeleteSelamat ya Shunsuke, selamat ditiban oleh rubah dan sapi kecil nanti di rumah.
buset Yun, semangat amat sampai tiga kali
dan ternyata memang Yun belum berhenti menabur benih. *disepak*
Sampai tiga kali karena Yun sudah lama tak menabur benih ahe~ *ditiban*
ReplyDeleteKencannya nanti jalan2 naik motor merah gede itu hihihihihihi
Oh, CHAR! Char! Kalau Yun jadi Char, apa berarti kau jadi Amuro, Shunsuke? XD;
ReplyDeleteSelamat, musim semi akan datang kepadamu! & langsung punya anak rubah dan sapi. Pasti bahagia ya..., Sebastian....? Nfu....
(Shunsuke: .............. sembarangan aja ganti2 nama orang) XDDDDD
Sebasuuuuuuu~~~!!! <333
ReplyDeleteNanti diajak ke Osaka trus rubah sama sapi mini-nya dimasakin sambil pake apron yaaaaa jgn lupa jepit rambutnyaaaaaa
Terus gw cengengesan sendiri td di bis waktu baca. Aih, Shunsuke, nanti langsung punya 2 anak ya. XD Tapi mereka baik2 kok, gak pa2 lah. LMAO
ReplyDeleteYun, gerakanmu cepat sekali, tsk, tsk. *applause*
.........YUN! AKU SALUT YUN! GOOD JOB! AHIAK!
ReplyDeleteTerima sajalah duda kesepian itu sebelum dia keriput karena tak menabur benih lama2, Shunsuke. Biar begeng begitu dia enak kok diusel-useli. DAN KUAT TIGA KALI GYAHAHA.
Be, begeng. XD
ReplyDeleteLangsung punya dua anak loh, Ma-kun. DUA.
@Anne & Icha: Yun tak suka buang waktu, daripada gak klimaks :p
ReplyDeleteIya, enak kok diusel2. Tanya aja sama rubah dan sapi mini itu XDDDD
Iya Ma-kun, hebat sekali Shunsuke ya. Anaknya DUA lho.
ReplyDeleteMa-kun: Tori, ayo kita bikin bayi celeng!
Tori: *slepet pake scalpel* Aku mau KB!!!
ReplyDeleteMa-kun: sa, satu aja belum! *Suda siul-siul*
ReplyDelete*poke2 pantat shuunsuke* saya ucapkan selamat padamu. tak sia-sia perjalanan panjang anda, sampe2 nyaris di scapel anak 16 tahun dan akhirnya anda bisa menangkap seekor rubah. wkwkwk...
ReplyDelete