Saturday, April 23, 2011

[fanfic] AU - Attention

Fandom: TeniMyu 2nd Season/Shinkenger/Decade
Cast: Wada Takuma, Matsuzaka Tori. Ogoe Yuuki, Koseki Yuuta, cameo Inoue Masahiro
Rating: PG
Warning: BL, AU, OOC, random
Disclaimer: I do not own anything
Note: Hahahaha.... Gue nulis apaan sih ini?


"Terima kasih," ujar Takuma dengan suara parau, mengangsurkan gelas yang sudah kosong setelah isinya habis ditenggaknya.

Tori tersenyum, mengambil gelas itu dari tangan Takuma dan mengisyaratkan dokter gigi itu untuk berbaring lagi. "Obatnya sudah diminum?" Tanyanya seraya merapikan selimut Takuma. Yang ditanya mengangguk dan meraih tisu untuk menyusut hidung. Tori menepuk-nepuk dada Takuma yang tertutup selimut.

"Kau sendiri? Baik-baik saja?" Tanya Takuma yang langsung disambung dengan bersin-bersin.

Tori tersenyum geli. "Aku selalu pakai masker, kok. Ada yang ribut kalau aku sampai lupa meskipun sudah kubilang kalau aku cukup tahan serbuk bunga."

Takuma meringis, melempar gulungan tisu ke arah tempat sampah yang dipindah tempat ke sebelah tempat tidurnya. "Bikin iri saja."

"Loh?" Tori tertawa. "Yuuki-chan tidak tahu kalau kau alergi?"

"Tahu. Aku sudah dimarahi kok." Tukas pria tampan itu setengah mengerutkan kening. "Siapa sangka punya pacar lebih muda tapi tak kalah cerewet denganmu."

Tori memukul lengannya dengan keras sampai Takuma mengaduh kencang. Ingin tertawa tapi keburu bersin-bersin lagi.

"Jangan kasar sama orang sakit dong." Ujarnya pura-pura merengut.

"Tidur lagi, sana! Aku mau buat makan malam." Tori mendengus seraya beranjak.

"Masak apa?" Tanya Takuma dengan mata berbinar.

Tori mengangguk. "Sup ginseng untukmu. Aku mau buat spaghetti untuk Yuuta-kun."

"Cih. Curang."

"Kau kan sedang sakit!"

"Cuma alergi!"

"Sampai demam begitu! Tak usah protes, deh."

Takuma menggerutu dan Tori menghela nafas. "Aku lupa kalau kau bisa manja begini kalau sedang sakit." Dengusnya sambil geleng-geleng kepala.

Takuma nyengir. "Siapa suruh kau baik padaku."

Tori mencibir dan berlalu keluar kamar. Dibongkarnya dapur kecil apartemen Takuma, mencari-cari celemek. Mengenakannya sambil bersiul-siul dan mengirim pesan pada Masahiro kalau dia sedang ada di tempat Takuma dan sepertinya akan pulang larut jadi pemuda itu tak perlu repot menjemput ke rumah sakit.

Sebenarnya hari itu Tori tak ada jadwal praktek tapi dia menyempatkan diri ke rumah sakit untuk menjenguk pasiennya yang sedang ikut program rehabilitasi. Sewaktu mampir ke poligigi untuk mencari teman makan siang, dia diberitahu kalau Takuma ijin karena alerginya kambuh dengan parah sampai badannya demam. Tanpa berpikir dua kali, Tori langsung mengarahkan mobilnya ke apartemen Takuma setelah sebelumnya mampir di supermarket untuk membeli bahan makanan.

Dan benar saja, Takuma membukakan pintu untuknya dengan tampang kucel; mengenakan jersey Adidas biru lama kesukaannya, rambutnya berantakan tak disisir, hidungnya merah karena terus-terusan menyusut lendir, matanya juga merah dan berair. Tori buru-buru mendorongnya ke kamar dan memaksanya tidur seraya mengomel kenapa tidak telepon kalau memang butuh ditemani. Takuma hanya nyengir dan bilang kalau hanya demam seperti itu dia tak apa-apa sendirian. Tori menjitak kepalanya, masih terus mengomel tentang Yuuta yang pasti jadi merana karena tak ada yang mengurus sementara Takuma sakit.

Tori berdecak menatap bungkusan bekas pesan antar yang memenuhi tempat sampah dapur mungil itu. Mau bagaimana lagi? Takuma pasti tak bisa memasak dan meminta Yuuta untuk memesan makanan. Dibongkarnya belanjaannya; roti, susu, telur, bubur dan mie instan, buah-buahan, sayur-sayuran, daging dan bahan lain. Disimpannya dengan rapi di dalam kulkas dan lemari dapur.

*****

"Tadaimaaaa~!!"

Tori mengalihkan perhatian dari saus daging yang tengah dibuatnya, mengecilkan api dan melongok ke ruang depan. "Yuuta-kun? Okaeri~"

Dilihatnya Yuuta melepas sepatunya dan melemparnya dengan tak rapi di genkan. Anak itu tersenyum lebar saat melihat Tori. "Tori-nii san!! Yay! Yay! Makan enaaaak!!"

Tori tertawa lalu menoleh pada Yuuki yang berdiri terpaku di belakang Yuuta. Yuuki menatapnya dengan bingung. "Kenapa Matsuzaka-sensei ada di sini?" Lalu seperti sadar kalau mungkin ucapannya tak sopan, Yuuki buru-buru menunduk. Tori tersenyum dan melambaikan tangannya pada anak itu.

"Wada di kamar." Ujarnya memberitahu sementara Yuuta melonjak-lonjak mengitari Tori dengan senang sampai Tori harus menangkap anak itu karena dia mulai pusing melihatnya.

"Tori-nii san! Tori-nii san! Masak apa? Baunya enak!"

"Spaghetti."

"Yaaaaay!! Spaghetti! Spaghetti!"

Tori menyentil kening adik Takuma yang lucu itu. "Sebentar lagi jadi, kok. Yuuta-kun ganti baju dan cuci tangan dulu ya. Jangan berisik, kasihan Wada."

"Un! Are? Ogoe-kun mana?"

Tori menunjuk ke arah pintu kamar Takuma. Yuuta mengangguk-angguk. Anak itu melompat-lompat ke kamarnya dan sebentar kemudian keluar lagi. Sudah mengganti pakaiannya dengan kaus dan celana pendek dan memutuskan untuk mengamati Tori membuat makan malam. Tori meladeni celotehannya dengan senang sambil melirik ke arah pintu kamar Takuma dan tersenyum kecil.

Alisnya terangkat saat melihat Yuuki keluar dari kamar itu dan menutup pintu dengan pelan. Anak itu duduk di sebelah Yuuta dan ikut mengamati Tori memasak.

"Tidur?" Tanya Tori.

Yuuki mengangguk. "Masih demam ya, sensei?"

"Tadi sih masih." Jawab Tori sambil menaburkan oregano ke dalam saus daging. "Tapi kurasa tak terlalu parah kok. Yuuki-chan tenang saja. Besok juga sudah baikan."

"Onii-chan tidak gampang mati, kok" celetuk Yuuta sambil mencolek saus daging yang sudah matang. Pelototan Yuuki dan tawa Tori malah membuatnya memasang tampang polos tak berdosa.

"Sensei pintar masak ya?" Komentar Yuuki seraya ikut mencicipi saus daging kemerahan di dalam panci.

Tori mengedikkan bahu. "Aku tinggal dengan Nenek waktu SMU. Beliau mengajariku macam-macam dan bilang kalau tak ada salahnya laki-lakipun bisa masak. Benar juga sih, aku jadi bisa menghemat banyak waktu tinggal sendiri. Lagipula, ini tak seberapa kok." Ujarnya setengah tersipu.

"Bohooong! Masakan buatan Tori-niisan lebih enak dari buatan Onii-chan." Tukas Yuuta lagi dan kali ini disetujui Yuuki yang mengangguk-angguk.

"Sou?" Tori terpingkal. "Terima kasih. Kalau begitu, kalian mau makan apa lagi? Aku tadi belanja banyak."

Yuuta dan Yuuki berpandangan lalu menjawab bersamaan sambil mengangkat tangan, "Hanbagaaaaaaa~~!!!"

******

Takuma benar-benar heran bagaimana caranya dia akan istirahat kalau rumahnya jadi ramai begini. Tidur beberapa jam memang membuat demamnya turun dan saat keluar kamar didapatinya dapurnya penuh dengan Tori, adiknya dan Yuuki. Dua anak laki-laki itu tampak seru memperhatikan Tori yang berkutat di depan kompor. Mereka bersorak seru saat Tori membalik daging dengan melemparnya dan mendarat dengan sempurna di atas wajan lagi.

Takuma menggelengkan kepalanya, mencuri kesempatan untuk mengecup pipi Yuuki yang masih tak sadar kalau dia ada di situ.

"Kuma!" Yuuki mendesis kaget dan menoleh. "Kok sudah bangun? Demamnya bagaimana?"

"Sudah baikan kok."

"Mana?" Sela Tori seraya melangkah maju dan menyentuhkan keningnya dengan kening Takuma. Diam sesaat lalu Tori mengangguk. "Memang sudah mendingan sih."

"Kalian buat apa sih? Berisik sekali." Takuma buru-buru melangkah mundur karena Yuuki sudah siap merengut.

Tori pun meringis menyadari itu dan mendorong Yuuta dengan lembut agar menyingkir dari kompor karena anak itu berdiri terlalu dekat. "Makan malam." Jawab Tori pendek. "Daripada itu, kalian harus mandi dulu sebelum makan ya."

"Asyik! Mandi bareng yuk, Ogoe-kun!" Pekik Yuuya seraya menyeret Yuuki yang meronta. Takuma terperangah dan Tori menjatuhkan sendok kayu dalam genggamannya.

"Oi, Yuutaaa!! Mandi sendiri! Kalian kan sudah besar!" Seru Takuma seraya menyusul kedua anak itu ke kamar mandi sementara Tori sudah terpingkal-pingkal.

Takuma kembali ke dapur dan duduk di meja makan seraya berdecak kesal. "Dasar anak kecil." Tampaknya gagal membujuk dua anak itu untuk mandi sendiri-sendiri.

Tori melepas celemeknya dan bergabung dengan Takuma di meja makan seraya membawa secangkir kopi. "Iri ya? Padahal kau kan yang ingin mandi berdua Yuuki-chan?" Godanya.

Takuma hanya mencibir. Ditatapnya kopi di cangkir Tori dengan ingin dan Tori mencibir. "Jangan berani-berani. Kau sedang minum obat."

"Tahu." Sungutnya sambil menyusut hidung. Pun diraihnya cangkir itu untuk menghirup aroma kopi yang menguar lalu ia mendesah. Tori memutar matanya dan buru-buru mengambil cangkirnya lagi sebelum Takuma benar-benar tergoda untuk meminum isinya.

"Maaf ya, kau sampai repot begini." ujar Takuma kemudian, mengamati Tori menata meja makan. Tori menyikut kepalanya sambil lewat. "Ngomong apa sih? Ini kan tak seberapa. Anggap saja aku mencicil hutangku."

Takuma mendengus. "Memangnya aku bilang kalau bayarannya boleh dicicil?"

"Wada kan baik." Tori iseng mengecup pelipis temannya itu.

PRAK!

Kedua pria itu menoleh kaget. Yuuki berdiri terpaku tak jauh dari mereka, koran-koran yang ditumpuk Takuma di dekat lemari es jatuh berantakan di dekat kaki Yuuki. Matanya yang besar melotot dan wajahnya merona menahan amarah.

"Ah, Yuuki-chan! Maaf ya. Yang barusan cuma bercanda, kok." Tori buru-buru menjelaskan sementara Takuma menjitak kepalanya dan melambaikan tangan agar Yuuki mendekat. Anak itu duduk di sebelah Takuma, masih memandang tak suka lalu mendesis saat Takuma meletakkan tangan di bahunya.

"Itu bukan apa-apa. Dia cuma iseng dan sudah kupukul kan?" Bisik Takuma.

"Bercandanya tidak lucu." Yuuki menukas dengan ketus.

"Gomen. Nanti hamburger bagianku untuk Yuuki-chan, deh. Maafkan aku ya." Tori masih berusaha membujuk.

Yuuki tampak menimbang sesaat. "Traktir aku es krim saja. Yang besar. Dan harus ada sekarang."

"Oi, Yuuki." Tegur Takuma dan lagi-lagi dibalas Yuuki dengan mendesis tajam.

Kedua alis Tori terangkat. "Es krim? Oke." Tori mengeluarkan ponselnya dari dalam saku lalu sibuk mengirim pesan. Tak lama, dokter itu tersenyum. "Sebentar lagi es krim-nya datang."

"Es kriiim!" Yuuta muncul begitu saja dan menggelayut di leher Tori. "Aku suka Tori-niisan!"

"Hai, hai." Tori menepuk lengan Yuuta yang mencekiknya. "Lepaskan lalu bantu aku menata makan malam ya. Wada, mandi sana."

"Apa maksudmu es krimnya akan datang sebentar lagi?" Tanya Takuma tak mengerti. Seingatnya konbini dekat rumahnya tak melayani pesan antar.

Tori nyengir. "Tambah satu orang lagi tak apa-apa ya, Wada? Masahiro ngambek karena aku seharian di sini."

Takuma mendesah. "Ya sudah. Setidaknya kalau ada Inoue-kun, kau tak akan iseng lagi dan membuat Yuuki cemberut. Apa maksudnya sih yang tadi itu? Kau mau aku diputuskan ya?"

"Bercanda, Wada. Kau kan tahu aku sayang padamu. Mana tega aku melihatmu merana. Mandi!"

Takuma bersungut-sungut dan menyeret tubuhnya ke kamar mandi. Rasanya air hangat akan membuatnya merasa lebih enakan karena kepalanya mulai terasa pusing. Entah karena demamnya atau karena suasana yang ramai itu. Takuma tak terbiasa dengan rumah yang ramai. Dia bisa saja meminta Tori pulang tapi tentu saja dia tak akan melakukannya karena Yuuta tampak senang. Yuuki pun, meski cemberut, mau membantu Tori karena sudah diiming-imingi es krim.

Tentu saja makan malamnya pun riuh karena Masahiro datang tak lama kemudian bukan hanya dengan 2 mangkuk besar es krim berukuran 1 liter tapi juga membawa choco lava dari La Petite. Pelipis Takuma berkedut melihat banyak makanan manis di dalam lemari esnya. Pun menatap iri pada spaghetti dan hamburger buatan Tori karena ia hanya boleh makan sup ginseng.

Selesai makan, Takuma merebahkan tubuhnya di sofa, menyandarkan kepala di pangkuan Yuuki yang sudah duduk di situ lebih dulu sambil menikmati es krim. Yuuta dan Masahiro membantu Tori mencuci piring. Tak lama mereka muncul di ruang tengah dan Yuuta sudah sibuk mengunyah kue coklat yang dibawakan Masahiro tadi.

"Jangan lupa sikat gigi ya." Gumam Takuma dan dua anak laki-laki di dekatnya itu spontan menyahut. "Haai." Takuma hanya sanggup geleng-geleng kepala.

Setelah Tori dan Masahiro pamit pulang, Takuma langsung mendesah lega. Dia beringsut agar bisa berbaring lebih nyaman dan membenamkan kepalanya ke perut Yuuki. Wajah Yuuki langsung merona.

"Kuma..." Bisiknya. "Ada Koseki-kun."

Takuma hanya bergumam tak jelas. Melirik sekilas dan melihat Yuuta ikut menyandarkan kepala ke lutut Yuuki. Yuuki menghela nafas. Telapaknya menyentuh kening Takuma dengan lembut. "Demam lagi ya?"

Takuma menggeleng. "Tidak. Capek saja."

"Kenapa tadi tidak tiduran saja di kamar?"

"Bau masakan Matsuzaka terlalu menggoda. Sampai-sampai hidungku tak mampet lagi." Gelaknya.

"Senang ya? Ditemani Matsuzaka-sensei?" Cibir Yuuki, mengulum sendok es krim.

"Tentu saja senang. Dia telaten kalau disuruh mengurus orang. Tapi aku lebih senang karena Yuuki ada di sini. Bagaimanapun, yang pacarku kan Yuuki."

"Gombal." Yuuki pura-pura merengut. Meski kemudian dia merunduk dan mengecup kening Takuma. "Cepat sembuh ya. Aku kangen masakan Kuma."

Takuma tersenyum dan memejamkan mata. Mungkin tak ada buruknya juga sesekali berkumpul ramai-ramai seperti tadi. Meski digoda Tori, meski Yuuta tak bisa berhenti melonjak-lonjak, meski Yuuki cemberut, dan meski Masahiro pun mengerutkan kening saat melihat Tori mengusap punggung Takuma, ia merasa diperhatikan dan sangat disayang.

-end-

20 comments:

  1. RAMAI YAAAAAAA SENANG YAAAAAA? *menatap iri sambil ngemut garpu omuraisu* dasar babi genit, kucingnya marah kan tuh?

    ReplyDelete
  2. .................... *cuma makan indomie rebus doang LMAO*

    Tori kadang emang nekat. Untung Ma-kun juga gak liat, LOL. Aih, kucingnya manis amat, udah mau nyakar ya? *dicakar beneran*

    ReplyDelete
  3. @Nei Tori genit banget ya di sini? Ahahahaha maafkan aku. Sumpah ini gak jelas banget m(_ _)m

    @Anne: ini nulisnya sambil laper memang dan akhirnya cuma goreng telor aja LMAO

    Untung kucingnya gampang dibujuk ^^;; kalo gak Tori udah beset2 itu *diseruduk dan dicakar*

    ReplyDelete
  4. BANGET!! Meskipun nggak heran juga gue, namanya juga sensei, no flirt no life deh.
    Ma-kun sabar banget, selingkuhin aja kucingnya.

    ReplyDelete
  5. Soalnya Ma-kun adegan chuu chuu itu, coba kalo liat, pasti udah dibawa pulang celengnya LMAO

    Ma-kun doyannya babi, bukan kucing.

    Ma-kun: un. Un *ngangguk*

    ReplyDelete
  6. Tche, padahal kucingnya lebih segar dan muda.

    Tori : ..................*seruduk*

    ReplyDelete
  7. Tori, ga keliatan sama Ma-kun langsung jadi begini ya?

    *LMAOLMAOLMAOLMAO*

    Ma-kun, tolong itu Tori-nya dirantai saja, biar tidak nakal XD

    ReplyDelete
  8. Ma-kun akan dengan hati merantai Tori. Di tempat tidur LOL

    ReplyDelete
  9. Semua sayang Kumaaaa yay yay!!!

    Cakar aja itu celeng ganjen, Yuuki! Sok ga bersalah banget pula! *diseruduk*

    ReplyDelete
  10. Hihihihihihihihi tanukiiiiiii *ndusel*

    ReplyDelete
  11. Kenapa kau tiba2 manja begini panda sayaaaannng? *bunnykiss*

    ReplyDelete
  12. Nyaaaa~ *jilat idung* Aku sarapan dulu trus nerusin yang di sana itu? ^^;

    ReplyDelete
  13. Libur sih, acaranya baru ntar malem. Tapi tadi aku ketiduran hahaha. *pundung*

    ReplyDelete
  14. Gak makan yg manis2 aja sensei udh sugar high, apalagi setelah nyicip eskrim dan kue coklat! *menunggu kelanjutan tori dan ma-kun dirumah sepulang dari rumah kuma

    ReplyDelete
  15. Yang ini gak ada hubungannya sama sugar high, Ngga. Tori emang flirty sifatnya di sini.

    ReplyDelete
  16. XDD org2 ini emg gak ketebak yak..

    ReplyDelete
  17. Tori sih memang sudah takdirnya bersifat begitu. *diseruduk*

    ReplyDelete