Pairing: Inoue Masahiro x Matsuzaka Tori
Rating: PG
Warning: BL, AU, OOC
Disclaimer: I do not own anyone. No profit gained. No harm intended.
Note: Karena gue sedang kangen mereka. Karena gue pengen nulis jaman mereka belum pacaran. Karena tanuki mesumku tercinta sedang sibuk. Karena.
Idenya diambil dari fanfic Nei yang ini. Buat SATC dan semuanya~ Besok jangan lupa siapin kado yaaa~~ *ditimpuk*
Masahiro berguling sebal di atas tempat tidurnya. Bosan sekali rasanya kalau hanya diam di rumah tapi Kazuki sudah melarangnya pergi karena ia mengundang beberapa dokter bawahannya untuk menikmati hanami di pekarangan belakang rumah mereka dan kalau bisa Masahiro juga harus hadir. Salahnya juga menjawab kalau ia tak ada rencana ke mana-mana saat ditanya apakah punya waktu luang di hari yang sama. Tahu begini, lebih baik dia kabur ke tempat Kimito atau ke manapun. Akhirnya dia hanya pura-pura tak enak badan dan kedua kakaknya hanya mengangkat bahu sambil mendesah. Mau bagaimana lagi kalau adik bungsu itu sudah merajuk.
Samar didengarnya dari jendela kamarnya yang terbuka suara-suara dari bawah. Masahiro melongok dan melihat beberapa pria duduk di atas karpet empuk di bawah rimbunan merah muda lembut pohon sakura dan bermain kartu atau board game lainnya. Masahiro mendengus. Seperti anak kecil saja. Pemuda jangkung itu pun kembali melemparkan tubuhnya ke tempat tidur, menyibukkan diri dengan laptopnya.
Entah sudah berapa lama lewat, suara-suara di bawah makin riuh dan Masahiro merengut. Dalam hati tak rela juga ketinggalan keriaan seperti itu. Tapi dia benar-benar malas beramah-tamah dengan dokter-dokter itu meskipun ia tahu mereka orang yang menyenangkan. Akhirnya, dia menyerah juga dan turun karena merasa haus sekali. Mungkin dia bisa mengambil minuman dingin dan beberapa camilan untuk dibawa ke kamarnya dan menelepon Kimito untuk memintanya datang dan bikin rusuh di pesta kecil di bawah sana.
Kakinya yang jenjang pun menyeret tubuhnya dengan malas-malasan. Ditapakinya anak tangga dengan tak tergesa dan melompati dua anak tangga terakhir. Masahiro memiringkan kepalanya karena tampak ada kesibukan di dapur. Ya, wajar saja sih, tamu-tamu itu kan harus disuguhi sesuatu. Dengan cuek, didorongnya pintu dapur sampai membuka dan pemuda itu terpaku.
Di tengah dapur besar itu, di antara seorang koki, dua pelayan, peralatan dapur mewah lainnya, berdiri seorang laki-laki yang sudah lama tak dilihatnya. Seorang laki-laki –seorang dokter, tepatnya- yang mengisi pikiran dan mulai menyelusup ke dalam hati Masahiro selama nyaris setahun belakangan ini. Pemilik sepasang mata gelap yang selalu menatap teduh dan sebuah senyum yang begitu ramah dan menyilaukan. Masahiro nyaris tak percaya kalau dia akan melihatnya lagi setelah sekian lama. Oke, tidak selama itu, hanya beberapa minggu. Program percepatan di sekolahnya membuatnya melompati kelas dan bisa langsung masuk ke universitas tanpa ujian. Persiapannya sungguh merepotkan dan menyita waktu sampai rasanya untuk bernafas saja dia tak punya waktu.
Karena itu dia begitu terpana melihat sosok itu di dapur rumahnya. Tampak nyaman dan santai dengan sweater putih berkerah rendah yang lengannya digulung sampai siku dan celana denim berwarna gelap yang begitu pas di kakinya. Tangannya sibuk menata makanan-makanan kecil ke atas piring saji sambil sesekali menyesap kopi dari cangkir di dekatnya. Pria itu juga tersenyum dan tampak senang berbicara dengan pelayan yang membantunya.
”Matsuzaka.... sensei?”
Mendengar namanya disebut, pria itu menoleh dan tampak sama terkejutnya dengan Masahiro. Namun dengan cepat senyum itu kembali menghiasi bibirnya. ”Inoue-kun! Ohisashiburi~”
Masahiro mengangguk dengan salah tingkah, agak ragu untuk mendekat. Wajahnya terasa sedikit panas, entah kenapa. Mungkin karena sudah begitu lama tak melihat senyum itu, apalagi yang ditujukan langsung padanya seperti itu. Masahiro menggaruk tengkuknya dengan canggung dan melangkah mendekat. Bagaimanapun, dia haus dan letak minumannya ada di dekat Tori.
”Umh... sedang apa... di sini?” tanyanya pelan sambil menjangkau salah satu gelas berisi minuman ringan.
”Aku diundang Katou-sensei.” Jawabnya. Sesaat tampak ingin bertanya tapi lalu tertawa geli. ”Tentu saja ya. Inoue-kun kan adiknya Katou-sensei. Agak aneh kalau kutanya sedang apa di sini ya?” Tori terkekeh kecil.
”Umh... aku haus.”
Tori menunjuk gelas di tangan Masahiro. “Itu saja cukup?”
Masahiro mengangguk.
Tori masih tersenyum dan kembali meneruskan pekerjaannya. Sambil menyesap minumannya, Masahiro melirik ke arah Tori. Potongan rambutnya lebih pendek dan dia kelihatan lebih segar. Apa saja yang terjadi selama mereka tak bertemu ya? Jangan-jangan Tori sudah punya pacar sekarang. Masahiro bergidik memikirkan kemungkinan itu.
”Anu...”
”Inoue-kun...”
Mereka terdiam lalu tertawa bersamaan. Tori mengangkat tangannya, mempersilakan Masahiro melanjutkan perkataannya. Masahiro meringis. Disandarkannya punggungnya ke counter, tepat di sisi Tori meski belum berani menatap pria itu.
“Kenapa.... tak pernah menghubungiku? Sensei punya nomorku kan?”
Tori mengangkat alis. ”Hmm... karena Inoue-kun sudah tak pernah datang ke rumah sakit lagi? Begitulah, kupikir Inoue-kun sudah bosan. Aku tak ingin bertanya kalau hanya akan membuat Inoue-kun merasa tak enak lalu datang ke rumah sakit hanya karena aku tanya begitu. Inoue-kun masih tak suka rumah sakit kan?”
Pemuda itu menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya. ”Aku bukannya tak suka. Tapi tak sempat.”
Tori memiringkan kepalanya lalu tertawa. ”Tak usah memberi alasan pun tak apa-apa, kok. Inoue-kun kan bukan siapa-siapaku.”
Masahiro merasa ada sesuatu yang lolos dari dalam tubuhnya begitu mendengar kalimat itu. Memang sih, mereka bukan siapa-siapa. Tapi mendengar itu rasanya entah kenapa miris sekali.
”Jadi, kalau aku sudah punya waktu lagi, aku sudah tak boleh menemui Sensei lagi?”
Tori mengerjap. ”Eh? Loh?” Dia terdiam sesaat lalu kembali tertawa pelan seraya mencubit pipi Masahiro dengan gemas. ”Aduh, maksudku bukan itu. Aku kan tak bisa melarang Inoue-kun mau ke mana dengan siapa. Maksudku, mungkin Inoue-kun sudah punya kegiatan lain yang lebih menarik daripada sekedar main-main di rumah sakit dan mengajakku ngobrol. Yah, memang jadi agak sepi sih, tapi apa boleh buat kan?”
”Sensei kesepian kalau aku tak ada?” tanyanya dengan nada penuh harap dan tak dipungkiri matanya berbinar-binar.
Tori tertawa. ”Hahaha, jangan ge er. Tidak sebegitu kesepiannya kok.”
Masahiro menggembungkan pipinya dan tawa Tori makin keras dan entah kenapa, Masahiro malah tak keberatan ditertawakan begitu. Suara Tori yang berat terdengar seperti musik di telinganya dan pemuda itu merutuki dirinya sendiri karena bisa-bisanya membiarkan sesuatu yang membuat jantungnya berdebar-debar seperti ini lewat begitu saja.
Diraihnya tangan Tori yang masih asyik mencubiti pipinya, menariknya lepas dengan pelan lalu digenggamnya tangan itu dengan hangat. Percikan-percikan kecil seperti aliran listrik yang lembut menjalar mulai dari ujung jarinya hingga ke tulang belakangnya. Jantungnya berdebar makin tak karuan dan ibu jari Masahiro mengusap pelan telapak tangan yang digenggamnya. Sesaat, kilasan kejadian suatu malam di apartemen Tori melintas di kepalanya dan membuat wajahnya memanas.
Tori tampak sedikit salah tingkah karena koki dan para pelayan memperhatikan mereka sambil tersenyum-senyum lalu membuang muka seolah tak melihat apapun. Juga karena Masahiro sudah berdiri begitu dekat dengannya dan menatapnya dengan begitu intens.
”Inoue-kun...” tegurnya lembut.
Masahiro tampak tuli untuk beberapa saat meskipun akhirnya melepaskan juga tangan Tori sambil bergumam minta maaf. Tori menggeleng sambil tersenyum. ”Keluar yuk. Sakura-nya indah sekali loh.” ajaknya sambil menggamit lengan Masahiro yang berdiri terpaku.
Hangat tangan Tori yang melingkari lengannya membuat Masahiro hanya sanggup mengangguk bodoh. ”Un.”
Sebelum Tori membuka pintu yang mengarah ke halaman belakang, Masahiro menggenggam tangannya lagi. ”Aku ingin terus bertemu dengan Matsuzaka-sensei. Masih boleh kan?” tanyanya parau dan sedikit tak yakin.
Tori menatapnya sesaat lalu tersenyum manis seraya mengangguk.
”Tak ada yang akan marah atau kesal?” cetusnya begitu saja. Dia harus tahu.
Tori mengangkat alisnya dengan bingung. ”Tidak.” jawabnya.
”Sungguh?”
Tori mengamati wajah pemuda itu dengan seksama lalu menepuk pelan lengan Masahiro. ”Sungguh. Inoue-kun terlalu banyak berpikir deh.” ujarnya sambil berjinjit dan mendaratkan sebuah kecupan ringan di pipi pemuda itu.
Masahiro tak peduli apapun juga. Juga tak peduli pada Kazuki yang mengerutkan kening dan berkomentar kalau lebih baik dia tidur saja kalau memang tak enak badan karena wajahnya merah. Tori menggigit bibir dan membuang muka dengan tersipu. Masahiro juga tak peduli pada Kubota dan Souta yang tersenyum-senyum penuh arti melihatnya dan Tori yang duduk berdampingan bahkan terlalu dekat.
Sejak hari itu dia bertekad akan mendapatkan Tori. Apapun yang terjadi.
-end-
Kyauuuuuunnnggg lutshuuuuu!! Aku gemaaassssss!!! *cium-cium panda mesum tersayang*
ReplyDeleteejijeijeijeijeijeiejiejeiejieeeeeeee yang lagi jatuh cinta, sampai lupa niat mau telepon temannya. *poke-poke Ma-kun*
ReplyDeleteIh, setahun, IHHHH SETAHUN!!!
ihi ihi ihi *paws face*
ReplyDeletedi saat seperti ini, Kimi-chan tak penting lagi XDD *disambit Diend driver*
ReplyDeleteMa-kun, kalau temannya tak dijaga, nanti maling ini dan itu makin banyak loh XD
ReplyDeleteAwww....., dasar Souta. Memang Inui kau! Senyum2 itu pasti sambil mikir, "Ii deeta..."
Gw baru buka lewat komputer dan JEJEEENGGG disambut kaki dan pantat bocchan serta celengdebu telanjang. *tewas*
ReplyDelete@Riri: dibilang, di saat2 kaya gini Kimi-chan gak penting lagi XDD;;;
ReplyDelete@Icha: ahe~ abis mau pake Ma-kun telanjang juga tapi nanti terlalu frontal :p
Ini jadi berasa celengdebunya ngeliatin kaki bocchan eheee *mamam pipi panda*
ReplyDeleteKyauuuuuuuuuuuuuunnnggg Ada yang masih malu-malu dan masih manjaaaaaaaaaa dan ngambekaaaaaaaaaaaaaan
ReplyDelete@Icha *nyengir*
ReplyDelete@Anne: manja dan ngambekannya masih, malu-malunya sekarang.... Malu-maluin! LMAO
Masahiroooo, itu kakak yang dulu loh, yang dulu menyuapimu makan siang, ga usah malu2 deh. #tusuk
ReplyDeleteKan henponnya dibuang Kimi-chan, kk. Jadi tak ingat lagiii~
ReplyDeleteKimi-chan: *siyul2*
nice shot! I really love reading how their relationship went on step by step. Thank you so much.
ReplyDeleteYeah, I miss writing them in this phase, too. Thanks for reading!
ReplyDelete