Fandom: Kamen Rider Decade/Samurai Sentai Shinkenger
Pairing: Inoue MasahiroxMatsuzaka Tori
Rating: PG
Warning: none
Disclaimer: I do not own anyone
Note: this is longer than I though it'd be. OTL
"Eh, sudah pulang?"
Suster itu mengangguk. "Setengah jam yang lalu. Matsuzaka-sensei sepertinya tak enak badan. Mungkin masih kecapaian. Inoue-kun ada janji dengan Matsuzaka-sensei?"
Masahiro menggeleng dan mengucapkan terima kasih pada suster itu sebelum beranjak dengan kecewa. Masahiro sengaja menunggu di kafetaria karena tahu Tori pasti akan menolaknya masuk ke ruang prakteknya. Tapi yang ditunggu tak kunjung muncul meskipun waktu makan siang sudah selesai. Dia bahkan sudah mencoba menelepon Tori tapi tak kunjung diangkat. Nyaris saja Masahiro membanting handphonenya karena kesal.
Pemuda itu kebingungan. Dia harus bertemu Tori dan menjelaskan tapi kalau yang ditemui menghindar terus seperti ini...
"Loh? Masahiro?"
Masahiro menoleh dan melihat Kubota berdiri di depannya. Ada map di tangannya, mungkin baru saja selesai mengecek pasiennya. Masahiro melambaikan tangannya dengan malas. Kubota mendekati si adik dengan bertanya-tanya.
"Aku tadi diberitahu Kazuki kalau Matsuzaka ijin pulang. Kupikir kau mengantarnya."
Masahiro memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan mengedikkan bahunya. "Kalah cepat." Ujarnya singkat.
Kubota mengamati adiknya baik-baik. "Bertengkar?"
Lagi-lagi Masahiro hanya mengedikkan bahu tak peduli. Kubota melipat lengannya di depan dada dan mendengus.
"Apa lagi yang kau lakukan?"
Masahiro mengerutkan kening. "Apa sih? Memangnya harus selalu aku yang jadi biang keladinya kalau aku dan Tori bertengkar?"
Kubota mendorong kepala adiknya. "Buktinya kan kau masih ke sini. Kalau Matsuzaka yang salah, kau pasti akan sebal dan merajuk di rumah."
Ditebak begitu, Masahiro merengut dan memukul pundak kakaknya yang langsung dibalas Kubota menggunakan map yang dibawanya. Masahiro mengusap-usap lengannya. "Sakit!" Desisnya.
"Kau ini. Minta maaf sana!" Kubota mendorong dahi Masahiro sekali lagi.
Masahiro menepis tangan kakaknya. "Tak usah dibilang juga sudah tahu." Sungutnya.
Sebelah alis Kubota terangkat. "Lalu? Kenapa masih di sini?"
Masahiro melipat tangannya di depan dada dan menendang-nendang sesuatu yang tak kelihatan. Bibirnya masih merengut. "Dia tak mau bertemu denganku." Jawabnya setengah bergumam.
Kubota menghela nafas. Tangannya terulur lagi, kali ini untuk mengacak-acak rambut Masahiro dengan lembut. "Aku tak akan tanya kenapa Matsuzaka bisa sampai tak mau bertemu denganmu tapi kuharap kamu belajar sesuatu. Aku sudah bilang berkali-kali kan kalau Matsuzaka itu berbeda dengan pacar-pacarmu sebelumnya. Ditambah lagi, dia lebih tua darimu. Aku yakin Matsuzaka setuju pacaran dengan bocah sepertimu bukan karena ingin main-main. Mungkin ada beberapa hal yang menurutmu tak apa-apa dilakukan tapi apa-apa menurutnya. Cepat atau lambat, dia pasti akan mau mendengarkanmu. Saat itu, minta maaflah dengan baik dan sungguh-sungguh. Ya?"
Diceramahi panjang begitu, Masahiro hanya bisa menunduk. Apapun alasannya, yang dilakukannya kemarin itu memang hanya keegoisannya. Lalu kenapa kalau dia kangen Tori? Tetap saja itu bukan alasan untuk mencium orang lain.
"Dengar, tidak?" Kubota menggoyangkan kepala yang masih dipeganganya.
Masahiro bergeliat menjauh dari kakaknya. "Iyaaaa. Aku dengar. Huh."
"Bagus." Kubota mengangguk puas.
Masahiro melengos dan meninggalkan Kubota yang melanjutkan memeriksa pasiennya yang lain sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Masahiro berjalan meninggalkan lobi rumah sakit dengan handphone menempel di telinganya. Sekali lagi mencoba menghubungi Tori. Lagi-lagi tak diangkat. Masahiro menekan tombol telepon sekali lagi, kali ini menunggu sampai tersambung dengan voice mail.
Rekaman suara Tori terdengar di telinganya dan Masahiro menarik nafas. Ironis sekali karena rekaman itu terdengar begitu manis dan ramah. Ditunggunya sampai bunyi pertanda dia bisa mulai meninggalkan pesan terdengar.
"...................Maafkan aku."
-tbc-
*guling2 guling2 guling2* mama-san..... lanjutannya...... *menggelinding ke apartemen sensei*
ReplyDeleteCho kawaaaaaii, Ma-kun memang masih kecil ya? Kalau kangen sensei, ada telepon dan foto kan, Ma-kun?
ReplyDeletePokoknya ga mau tau, ini harus berakhir dengan stensilan! *susut ingus*
ReplyDeleteKacian dua-duanya. Ayo, kakak2nya Ma-kun, diomelin aja adiknya. DDD:
ReplyDeleteGampar kalo perlu. >:|
ReplyDeletebuang ke laut merah biar tenggelem, trus angkat lagi kalau udah kapok.
ReplyDeleteKa... Kalian... *keringetan*
ReplyDelete@Icha: *merasa ditiban beban* *melipir*
@Nei: org gak bisa tenggelem di laut merah, neeeiii ^^;; laut hitam aja, gimana? #eh
oh iya ya... *menandak-nandak malu*
ReplyDeletedi kolam rumahnya aja deh, digantung terbalik, kepalanya duluan.
........ya gapapa juga sih kalo ga stensilan. XD; *ndusel*
ReplyDelete@Nei: kowaaaaiiiiiii
ReplyDelete@Icha: hehehehehe, will smith yaaaaa
Berusaha, Ma-kun! Taklukkan kembali hati Tori Sensei~~~!!
ReplyDelete*peluk Mama-san* =3