Thursday, November 25, 2010

[fanfic] AU MatsuzakaxInoue - Slow

Fandom: Kamen Rider DCD/Shinkenger
Pairing: Matsuzaka Inoue
Rating: NC-17
Warning: tak ada kata di-ko-cok atau di-pom-pa. Maaf mengecewakan #eh
Disclaimer: I do not own anyone, anything. Not even a virtual version of Tori's undies *hicks*
Note: Buat Icha




"Masahiro, tunggu...ungh..."

Pemuda jangkung berambut kecoklatan itu memilih untuk tidak menggubris meskipun pacarnya berusaha mendorong bahunya menjauh. Diciumnya pria yang berusaha meronta di bawahnya agar diam sementara tangannya sibuk berusaha melepas celana piyama sang pacar.

"Ma--umph...ah!"

Masahiro nyengir penuh kemenangan karena berhasil menyelipkan tangannya dan menyentuh sang pacar di tempat yang dia tahu akan membuat pacarnya mengerang dan akhirnya menyerah.

Sayangnya, perkiraannya kali ini salah. Pacarnya bergerak menjauh dan menggigit bibir pemuda itu kuat-kuat.

Masahiro mengumpat dan langsung menjauh. "Tori! Sakit, tahu!" serunya sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangan, khawatir berdarah.

Tori buru-buru duduk merapat ke kepala tempat tidur. Kakinya didekap di dada dan merengut sebal. "Salah sendiri kenapa memaksa." Sungutnya.

Masahiro mendekat lagi tapi kemudian urung karena Tori menatapnya dengan galak. Keningnya berkerut hebat. Tori belum pernah menolaknya selama ini. Meskipun bilang capek atau ngantuk, tapi dokter itu tetap meladeni Masahiro. Bahkan kadang kala Tori malah jadi semangat sekali.

Pandangan heran pun berubah jadi curiga. Tori mendengus, tangannya terjulur menyentil ujung hidung Masahiro.

"Jangan berpikir aneh-aneh."

Masahiro ikut merajuk. Bagaimana tidak berpikir aneh-aneh kalau mendadak Tori bertingkah seperti itu. Bagian bawah tubuhnya sudah terlanjur bersemangat sekali dan tiba-tiba dihentikan. Rasanya kan tidak enak sekali. Pemuda jangkung itu berpaling dan berbaring. Punggungnya diarahkan pada Tori.

Tidak tahu apa kalau dia sudah kangen sekali?

"Yang protes itu seharusnya aku. Bukan kamu." Tori menusuk punggung Masahiro dengan kakinya.

Masahiro beringsut menjauh. Kesal.

"Ya sudah. Kalau begitu aku pulang saja." Ujar Tori sambil beranjak turun dari tempat tidur.

Masahiro langsung bereaksi. Secepat kilat berbalik dan menangkap pinggang Tori sampai dokter itu jatuh ke tempat tidur. Masahiro memeluknya erat. "Tidak! Tak boleh pulang! Zettai dame!"

Tori mendesah. "Makanya dengarkan, dong."

Masahiro menggembungkan pipinya. "Memangnya Tori tidak kangen padaku?"

Tori meletakkan tangannya di atas lengan Masahiro yang masih melingkar di pinggangnya. "Tentu saja kangen."

"Kalau begitu kenapa?"

Tori menarik nafas. Wajahnya mendadak bersemu merah. "Punggungku sakit." Ujarnya pelan.

Masahiro mengedip. Sekali. Dua kali.

"Oh."

Tapi kemudian teringat sesuatu. "Tapi... kita kan sudah beberapa hari tidak bertemu. Yang terakhir kan..."

Tori buru-buru memotong. "Bukan, bodoh!" Tukasnya. Wajahnya sudah semakin merah. "Beberapa hari ini banyak pasien jadi aku terlalu lama duduk atau menunduk. Aku juga belum sempat mampir ke tempat Souta-sensei untuk fisioterapi."

"O--oh." Masahiro mengangguk-angguk. "Kalau begitu, kenapa tidak bilang dari tadi?" Tanyanya.

Tori mencubit lengannya. "Mana sempat bilang kalau kau keburu mendorongku ke tempat tidur seperti itu."

Masahiro tetap tak mau disalahkan. "Kan Tori bisa bilang waktu aku jemput di rumah sakit tadi."

"Aku kan bilang kalau mau mampir ke tempat Souta-sensei dulu. Kamu saja yang bersikeras tidak mau menunggu."
Pemuda itu melepaskan pelukannya di pinggang Tori, kembali berbaring dan memasang punggungnya lagi. "Kan tadi aku bilang kalau aku kangen."

Tori menghela nafas dan beringsut mendekat. Dagunya diletakkan di atas lengan Masahiro. Tersenyum geli melihat ekspresi pacarnya itu dan ditusuknya pipi Masahiro yang masih menggembung itu.

"Jangan ngambek, dong. Kan bukan mauku punggungku sakit."

"Iya, iya, tahu." Ujarnya sambil bangkit.

Tori memiringkan kepalanya. "Mau ke mana?"

Masahiro bergumam dengan wajah merah. "Kamar mandi."

Tori menatapnya beberapa saat dan tersenyum simpul seolah mengerti. Ditariknya tangan Masahiro sampai pemuda itu terduduk lagi. Didorongnya bahu pemuda jangkung itu dengan lembut sampai berbaring. Dia sendiri berbaring miring di samping Masahiro, menyelipkan kakinya di antara kaki panjang Masahiro dengan menggoda.

Masahiro menatapnya dengan bingung saat Tori mulai mengecupi pipi dan garis rahangnya. Meskipun senang juga diperlakukan begitu.

"Punggung Tori sakit kan?" Tanyanya memastikan.

Tori hanya tersenyum simpul. Jari telunjuknya menekan lembut bibir Masahiro. "Tak usah banyak bicara."

Masahiro menurut. Apalagi tangan Tori sudah bergerak turun mengelus dadanya. Lalu turun ke perut, mengelus dan meraba setiap otot dan lekuk. Bibirnya sibuk mengecupi leher dan rahang Masahiro. Masahiro menarik nafas, mengantisipasi saat tangan Tori bergerak turun lagi, semakin dekat dengan bagian bawah perutnya.

"Tori..." Panggilnya dengan suara serak.

Tori pun menciumnya. Hangat dan dalam, menyampaikan kalau dia pun benar-benar rindu. Masahiro menggeram pelan. Tangannya menyentuh kepala Tori, menyelipkan jari-jarinya ke dalam rambut Tori yang selalu terasa begitu halus. Dibalasnya ciuman Tori dan membuka mulutnya dengan sukarela agar lidah Tori dapat menyerbu masuk dengan mudah.

Tori tersenyum di sela ciuman mereka. Menggunakan kesempatan untuk menyelipkan tangannya ke dalam celana Masahiro dan membuat pemuda itu mengerang dari dalam tenggorokannya. Pinggul Masahiro terangkat, mencari sentuhan tangan Tori. Tori menggunakan pinggulnya untuk menahan pinggul Masahiro yamg diprotes dengan erangan sebal karena bibirnya masih sibuk membalas ciuman Tori.

Pun, erangannya berubah menjadi erangan pelan saat jemari Tori melingkar dan menggenggam dengan lembut. Tangan Tori terasa hangat dan sentuhannya di kulitnya membuat Masahiro makin terangsang. Seluruh sarafnya jadi semakin sensitif dan sesuatu menjalar sepanjang tubuhnya.
"Begini dulu tak apa-apa kan?" Bisik Tori, menyentuhkan kening mereka dengan lembut.

Masahiro mengangguk dan menutup matanya, menyerah pada sensasi yang disebabkan tangan Tori yang mulai bergerak pelan. Jari-jarinya menekan di satu titik dan baru saja Masahiro mulai menikmati, jari-jari itu sudah berpindah ke titik lain. Menyiksa sekaligus memberikan kenikmatan yang aneh. Yang lebih menyebalkan, Tori bergerak terlalu pelan.

"Tak bisa...aaah...lebih cepat...?"

Tori menggeleng dan mengecup pipi Masahiro. "Aku ingin Masahiro menikmati ini."

"Tapi...ah! Ini namanya...ngh... Penyiksaan..."

Tori menggigit pelan daun telinga Masahiro. "Kalau protes terus, aku pulang nih."

Tentu saja dia tak mau Tori pergi. Sambil menggerundel pelan, kepalanya terangkat untuk mengecup pipi Tori dan menurut saja. Tersenyum penuh kemenangan, Tori menggerakkan tangannya lagi. Kali ini dengan sengaja hanya menyentuh ujung kemaluan Masahiro. Ibunya jarinya bergerak memutar di kepala, menyebarkan cairan bening yang terbentuk ke kulit Masahiro dan ke tangannya sendiri. Jari tengah dan telunjuknya menekan pelan tepat di bagian bawah lipatan kulit yang sensitif lalu bergerak turun nyaris ke pangkal. Masih dengan tekanan yang sama.

Otomatis, pinggul Masahiro menyentak, seiring dengan lenguhan pelan. Nyaris. Kalau saja Tori tak bergerak lagi. Tori terkekeh. Senang dengan reaksi yang didapatnya. Diulanginya sekali lagi dan Masahiro mengumpat.

"Senang ya...ah! Menyiksaku begini? Ahn! Jangan...ooh, yaa..di situ..."

Tori nyaris terbahak dengan pernyataan Masahiro yang tak konsisten itu. Dirasakannya kemaluan Masahiro berdenyut, makin hangat dan makin keras dalam genggamannya. Diperhatikannya wajah Masahiro yang memerah. Peluh mulai terbentuk di garis rambut dan dahinya. Giginya yang putih menggerus bibir bawahnya, berusaha sekuat tenaga menahan sensasi gesekan tangan Tori di kulitnya yang makin lama terasa makin panas.

Tori memutar tangannya, menyentuh titik lain yang akan membuat Masahiro lupa diri. Bergerak ke pangkal, naik ke tengah, menekan pelan lalu kembali ke pangkal. Sesekali dengan sengaja menggesekkan ibu jarinya dengan lebih keras di ujung.

Masahiro mulai terengah. Tangannya menggerut seprai sementara yang lain merenggut rambut Tori, menuntut ciuman lagi karena tak sanggup menahan dan tak tahu harus bagaimana.

"Tori..." Masahiro menatapnya, setengah memohon. "Aku...mnghm...ah!"

Hentakan-hentakan pelan dan panjang. Diiringi dengan genggaman yang dieratkan tiap kali bergerak naik. Jari-jari kaki Masahiro melengkung nikmat. Pinggulnya mulai meronta lagi dan Tori harus menahannya sekuat tenaga.

Tangan Masahiro mencengkeram lengan Tori dan dokter itu berjengit menahan nyeri. Tori menciumnya lagi.

"Tori...Tori...Tori..." Masahiro mulai mengerangkan namany dan Tori pun akhirnya jatuh kasihan. Tangannya menyentak lagi. Kemudian, ibu jarinya bergerak ke satu titik, tepat di bawah ujung kemaluan Masahiro. Tori menekan dengan ujung jari, membuat gerakan melingkar kecil dan hanya itu yang dibutuhkan untuk membuat Masahiro melemparkan kepalanya ke dalam bantal, punggungnya melengkung, dan mengerang panjang sementara cairan putih meluncur keluar dari ujung kemaluannya, mengotori perutnya dan telapak tangan Tori.

Tori menuntaskan, masih menghentak beberapa kali sampai Masahiro benar-benar selesai dengan klimaksnya. Dikecupnya pipi Masahiro penuh sayang. Masahiro langsung memeluk Tori dan menciumnya dengan penuh nafsu. Akhirnya Masahiro menjauh dari Tori dan hanya berbaring telentang, dadanya bergerak naik turun seiring dengan nafasnya yang masih memburu.

"Kore de ii yo ne." Tori mengusap rambut kecoklatan Masahiro.

"Yada." Masahiro menjawab cepat. "Besok kuantar ke tempat pijat langganan Kazu-nii."

--

Maaf ya, Cha. Cuma segini aja jadinya

11 comments:

  1. Masahiro benar-benar selesai dengan klimaksnya.

    Gak nunggu 4 bulan kan, Ma-ku~~~~~~~~~n?

    *dilempar*

    Aih, ada yang lagi sakit punggung. *LMAO*

    ReplyDelete
  2. gue pijetin deh sensei. Kasian yang nunggu empat bulan untu di. ko. cok. dan di. pom. pa.
    /plak

    Ma-kun lucu deh!

    ReplyDelete
  3. Ini memang di-ko-cok dan di-pom-pa kaaaan? Tapi dasar serakah, Ma-kun emang ga puas ya kalo ga pake tusukan cinta? XD;

    Buruan pijet gih Sensei! Ahiahahahaha.

    Sankyuu mama-saaaannn!! *ketjup2* Apakah ini gara2 chinko candy kemaren? XDDDDDDD

    ReplyDelete
  4. @Anne: huahahahaha siyalan! Kalimat itu emang aneh banget ya? Gue udah ngantuk bgt tuh XDDD

    Obrolan kita akhir2 ini mesum banget ya? LOL

    ReplyDelete
  5. @Icha: you're welcome, my dear *blush* hoahahahahaha chinko candy itu pedes banget! Jadinya gak jadi bikin BJ *ngeles*

    ReplyDelete
  6. Kayaknya lagi pada ovulasi nih. Mulai high tension lagi. XDDD

    Untung chinko candynya diisep ga makin gede ya. *ROFL*

    ReplyDelete
  7. Hore, saya menungguuu! Asik, asik.

    ReplyDelete
  8. gue kan udah kelaaaar.... Ini sih emang mesum aja XDDD

    Kalooo.... chinko candy-nya jadi gede pas diisep.... gueee... tetep gak akan jadi bikin fanfic kayanya LMAO

    ReplyDelete
  9. Gw yang lagi ovulasi kalo gitu wakakaka. *gelisah*

    Ga jadi nulis karena keasikan ngemut permen? 8D

    ReplyDelete
  10. gyahahahahaha.... udah 1 bulan ya dari high tension terakhir??? *nyengir*

    ma-kun.... cepet sana anterin sensei kalau udah ga nahan... *tendang ma-kun*

    ReplyDelete