Monday, November 22, 2010

[fanfic] AU Ma-kunxTori - fic berantem finale

Fandom: Kamen Rider Decade/Samurai Sentai Shinkenger
Pairing: Inoue MasahiroxMatsuzaka Tori
Rating: PG
Warning: dangdut bgt
Disclaimer: I don't own anyone
Note: OWATTA! Maafkan aku, Icha. Stensilannya tak jadi :p



Sedan sport hitam itu berhenti dengan mulus di depan garasi besar yang biasanya menampung lima mobil lain. Masahiro membereskan barang-barangnya dengan malas dan asal saja memasukkan handphone, dompet, kacamata hitam, dan kunci ke dalam tasnya. Turun dari mobil dengan gaya acuh seperti biasa, Masahiro menekan tombol pengunci sambil berjalan masuk ke rumah lewat pintu penghubung garasi dan dapur.

Beberapa pelayan sudah mulai sibuk menyiapkan makan malam. Mereka membungkuk hormat pada Masahiro yang sempat mengintip sebentar apa yang mereka buat. Air liurnya terbit begitu melihat onggokan mashed potato di atas panci dan dengan sengaja lewat sambil mencolek sejumput dengan ujung jarinya. Seperti biasa, masakan di rumahnya memang selalu enak. Seorang pelayan memanggilnya tapi tak diindahkan oleh pemuda itu.

Kaki panjangnya melompati anak-anak tangga dengan mudahnya. Matanya iseng berkelana ke ruang tengah dan pintu kaca yang membuka ke teras samping dan kolam renang. Ada seseorang di sana. Duduk di atas bangku kayu di dekat kolam sambil menunduk. Masahiro mengerutkan kening dan berhenti. Sosok itu terlihat begitu familiar. Masahiro mengenali jaket berwarna merah darah itu dan begitu sosok itu menoleh, Masahiro langsung melesat turun lagi, tasnya dilempar begitu saja entah kemana.


Tori menyibukkan diri dengan memandangi kebun samping dan kolam renang milik keluarga Keigo itu. Berapa kali dilihat pun, sepertinya dia tak akan pernah berhenti kagum. Rumah itu kosong saat dia datang satu jam yang lalu. Tori hanya tahu kalau Katou-sensei dan Kubota-sensei masih di rumah sakit.

Pelayan yang membukakan pintu memberitahunya kalau "Tuan muda masih di kampus. Apakah Matsuzaka-sensei mau menunggu di kamar Tuan muda? Nanti teh-nya akan diantarkan." Tori menolak dengan halus dan memilih untuk menunggu di teras saja.

Sudah tiga hari dan dia semakin menderita karena perasaannya makin tak karuan. Tori sudah tak tahan karena rasanya lelah sekali dan dia bosan merasa sakit. Mengikuti saran ayahnya, akhirnya hari itu dia memberanikan diri untuk datang ke rumah Masahiro. Meskipun begitu, sejak tadi tangannya berkeringat dingin.

Sudut matanya menangkap bayangan seseorang berdiri di dekatnya, Tori menoleh dan menelan ludah. Masahiro berdiri tak jauh dari pintu, sedikit terengah dan memandangnya dengan tatapan tak percaya. Tori balas memandangnya. Pemuda itu masih terlihat sama. Masih terlihat tampan, cara berdirinya pun masih sama.


Masahiro mendekat dengan ragu-ragu. Balas mengamati Tori dengan hati-hati. Kepalanya dimiringkan ke kiri dan akhirnya berujar,

"Kenapa...wajahmu pucat sekali?"

Tori hanya menggeleng. Senyum yang biasanya mengiringi pun tak tampak. Tori yang hanya diam seperti itu membuatnya takut. Dia ingat perkataan Kubota kalau dia harus minta maaf, tapi saat ini Masahiro benar-benar khawatir.

Dengan salah tingkah, dia mendekat lagi dan duduk di sebelah Tori. Tori beringsut menjauh. Nafas Masahiro tercekat melihat jarak antara dirinya dan Tori tapi tak bisa berkata apa-apa. Toh semua ini memang salahnya.

Mereka duduk dalam diam beberapa lama.


"Aku siap mendengarkan." Suara Tori yang berat dan lirih akhirnya memecah keheningan yang terasa begitu berat itu.

Masahiro menunduk. Jari-jarinya dikaitkan agar tak terlalu gugup. "Aku... tak punya alasan yang bisa membenarkan tindakanku."

Mereka terdiam lagi. Masahiro mulai bergerak-gerak gelisah. Kakinya ganti disilangkan berkali-kali.

"Aku tak ingin Tori menganggapku tukang selingkuh." Masahiro akhirnya berujar. "Aku tahu dengan riwayat pacaranku, aku terlihat seperti itu dan mungkin Tori jadi bertanya-tanya setelah melihatku apa selama ini aku begitu di belakang Tori. Jawabannya adalah tidak. Itu kebodohan dan aku tidak menikmatinya sama sekali. Aku bahkan tak tahu apa yang membuatku berpikir aku boleh melakukan itu. Apalagi ternyata Tori melihatnya."

"Jadi kalau aku pulang sesuai rencana dan tak memergokimu, kamu tak akan mengaku?"

Masahiro hendak membuka mulut tapi segera menelan kata-katanya lagi. Dia ingin menjawab kalau tentu saja dia akan mengaku tapi itu berarti dia akan berbohong. Tak mungkin Masahiro akan mengaku kalau dia tahu dia hanya akan menyakiti Tori.

Tori tak tahu harus merasa senang, sedih, kecewa atau apa melihat reaksi yang jujur itu. Dokter muda itu menghela nafas. Masahiro berjengit mendengarnya. Rasanya puluhan kali lebih buruk daripada dimarahi ibu atau kakak-kakaknya.

"Kamu mau tahu apa yang kupikirkan?" Tanya Tori pelan tak berapa lama kemudian.

Masahiro mengangguk kecil, melirik Tori dengan takut-takut.

"Dulu aku sakit hati sekali lalu kamu datang dan aku percaya sepenuhnya padamu. Karena itu kupikir, melihat perjuanganmu, kamu akan lebih hati-hati dengan hati dan perasaanku."

Masahiro menelan ludah. Pundaknya terasa berat sekali.

"Aku tak ingin sampai harus berpikir kalau selama ini anggapanku tentang kamu ternyata salah. Aku tak suka berpikir begitu karena rasanya sedih sekali. Aku tak pintar mengatasi sakit hati tapi kalau kamu memang sudah tak butuh aku lagi, aku ingin kamu punya keberanian untuk mengatakannya dengan jelas padaku."

Masahiro memutar badannya menghadap Tori dan menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Tidak. Tidak. Jangan berkata begitu. Kumohon." Masahiro nyaris menangis. Sama sekali tak menyangka kalau tindakannya itu tak hanya membuat Tori marah tapi juga menyakiti hati Tori sampai sedalam itu.

"Tolong, jangan katakan itu. Aku yang bodoh. Aku yang salah." Ujar Masahiro lirih. Dipandangnya Tori dengan hati-hati. Pria itu tampak sedih dan lelah. Reflek, tangan Masahiro terjulur untuk menyentuh pipi Tori. Tori menutup matanya dan bernafas dengan pelan dan berat. Masahiro masih menatapnya dan begitu sepasang mata kecoklatan itu membuka lagi, dia terkejut dengan ekspresi tajam di dalamnya.

"Aku tak bisa melupakan kejadian ini begitu saja. Aku harap kamu mengerti itu." Ujarnya pelan dan tegas.

Masahiro mengangguk. "Tori masih mau melihatku saja, aku sudah bersyukur."

Pemuda itu memberanikan diri untuk meraih tangan Tori. Tori mengamati dalam diam saat jari-jari Masahiro merengkuh tangannya, membawanya ke bibirnya dan ibu jari Masahiro mengelus lembut buku jari Tori sebelum mengecupnya dengan lembut sambil berucap lirih.

"Maafkan aku."

Diucapkannya setiap kali setelah mengecup tiap buku jari Tori dan punggung tangan Tori. Tori menutup matanya. Bibir Masahiro terasa hangat di kulitnya dan dia harus mengakui kalau dia merindukan disentuh seperti ini. Ayahnya memang benar. Dia tak bisa membenci Masahiro.

Masahiro mengecup telapak tangannya dan Tori memberanikan diri untuk membuka mata dan dilihatnya mata Masahiro melihatnya dengan penuh permohonan maaf dan juga cinta. Tori menarik nafas dan mencondongkan tubuhnya. Dikecupnya pipi pemuda yang sangat dicintainya itu dengan pelan dan penuh perasaan.

"Jangan lakukan ini lagi padaku. Berikutnya mungkin aku tak akan sanggup." Bisik Tori dengan lirih dan suaranya bergetar.

Masahiro menggeleng lalu balas mengecup pipi Tori. "Tori tak akan kemana-mana kan? Masih tetap ingin menikah denganku kan?"

Tori mengangguk. Dadanya seolah ingin meledak saat dibiarkannya Masahiro menciumnya dan berbisik. "Aku mencintaimu."

-end-

Maafkan kalau dangdut sekali m(_ _)m

9 comments:

  1. Aduuuuuuuuuuuuuuuh... rasanya hati gue ikut ~~~*NYES*~~~ miris. Huks.

    Ayo, Masahiro, habis ini dewasa ya. ;___;

    ReplyDelete
  2. AAAAAAAAAAAH SO SWEET.
    ~berguling~
    sudah dimaafkan, Ma.kun! SUDAH DIMAAFKAN!! Berikutnya jangan nakal ya! atau pengantinnya lepas dan Shunsuke datang.

    ReplyDelete
  3. Tadinya gue pengen masukin Shunsuke lagi, tapi adegannya jadi terlalu dramatis dan gue malah pusing ^^;;; jadinya gue masukin papa Sorimachi saja *ninja*

    ReplyDelete
  4. nanti malah jadi perang dunia itu mah. (karena gw rasa sensei bakal memilih shunsuke. XD) /plak

    ReplyDelete
  5. Aduh aduh aduh hati gueeeee T_______________T

    Bentar bentar kayaknya gw mulai PMS apa gimana ini. *mewek*

    ReplyDelete
  6. akhirnya..... *pok2 kepala ma-kun* abis gini ga boleh nakal lagi~!!!! awas kalo kamu masih nakal, beneran aku culik sensei ntar terus ga bakal aku balikin.

    ReplyDelete
  7. ..................................... Tori, aku mengerti perasaanmu, Sensei...*tiba2 berempati*

    Nguuuuuuuuuuuuuuuuuuu~~~~... *guling2*. Ma-kun, ganbarre!

    T__T

    ReplyDelete
  8. @Nei: huahahahaha bener ituuuu meskipun cinta, tapi mendingan dia sama org br yg lbh gentle. Aduh, Toriiiii, ternyata kok suka lari dari masalah yaaaa ^^;;;;

    ReplyDelete