Author: Panda^^
Fandom: Kamen Rider Decade/Samurai Sentai Shinkenger
Pairing: Ma-kunxTori, hint KazukixTakuya
Rating: R-ish
Warning: nekkid boys in bed
Disclaimer: I do not own any of the characters
Note: Lagi2 masih main2 di dunia AU-nya Nei. Berpikir ini stensilan? Jangan! XDD
Masahiro berbaring telentang di tempat tidur. Dadanya bergerak naik-turun seiring dengan nafasnya yang masih agak tersengal. Tangannya bergerak mengusap peluh di wajahnya lalu menggerut rambutnya. Tangannya kemudian terjatuh lemas ke samping. Matanya kemudian terpejam sebentar, menikmati sisa-sisa percikan-percikan kecil yang aneh tapi nikmat di sekujur tubuhnya.
Dirasakannya tempat tidur melesak sedikit saat Tori bergerak tapi Masahiro tak menoleh. Dia hanya mendengar suara keran air dibuka. Sebentar kemudian dirasakannya tempat tidur melesak lagi, tapi kali ini dekat sekali dengan kakinya. Masahiro membuka sebelah matanya dan melihat Tori berdiri di dekatnya, sebelah lutut ditumpukan ke tempat tidur. Kening Masahiro mengerut sebal karena mendapati Tori sudah mengenakan atasan piyamanya. Melihat reaksi itu, Tori tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya lalu mengangsurkan sehelai handuk kecil ke arah Masahiro.
Masahiro menerima handuk kecil itu sambil tetap merengut. Tori memanjat melewati Masahiro dan berbaring miring, mengamati Masahiro membersihkan badannya dari bekas-bekas bercinta mereka. Selesai dengan urusannya, Masahiro melempar handuk itu ke sembarang arah dan Tori memprotes dengan memukul lengan Masahiro. Pemuda itu hanya nyengir lalu mendesah keras sebelum memutar badannya menghadap Tori. Lengannya diselipkan ke bawah leher Tori, membiarkan Tori menggunakan lengannya sebagai sandaran. Tori pun beringsut mendekat, tangannya diletakkan di atas dada Masahiro. Setelah menemukan posisi yang benar-benar nyaman, Tori menghela nafas pelan. Jari-jari Masahiro merapikan rambut Tori yang menggelitik ujung hidungnya kemudian dikecupnya kening Tori.
Tori melirik ke arah jam dinding lalu mengangkat kepalanya untuk bertanya pada Masahiro, “Jadi ke kampus?”
Masahiro ikut menoleh ke arah jam dinding lalu mengangguk sambil meringis. “Sore, sih. Ada latihan tae kwon do. Fukubuchou tak boleh bolos.”
“Hm.” Tori balas mengangguk lalu merebahkan kepalanya di lengan Masahiro lagi.
“Kenapa?” tanya Masahiro penasaran.
Tori menggeleng, beringsut makin dekat pada Masahiro. “Capek.”
Masahiro tertawa lalu tersenyum jail. Jari-jarinya sudah bergerak turun mengelus lengan atas Tori. “Sepertinya aku tadi tidak terlalu kasar. Lagipula kan masih siang.”
Tori menggigit lengan Masahiro sebagai jawabannya.
“Aaaaw!” Masahiro mengaduh. Sudah ingin jail lagi tapi melihat Tori yang merengut hebat, dia jadi kasihan. “Habis Tori ambil cuti mendadak sih. Kalau tahu dari awal, aku kan bisa ijin dari jauh hari.”
“Hmm.” Tori lagi-lagi hanya menggumam.
Melihat pacarnya seperti itu, Masahiro jadi goyah. Untuk hal-hal tertentu, Masahiro cukup disiplin, apalagi kalau punya jabatan. Tumbuh besar di bawah asuhan Kazuki yang super strict terlihat hasilnya di situ. Tentu saja berkali-kali godaan malas datang latihan selalu ada tapi dia selalu berhasil mengatasi dan tetap muncul di latihan meskipun hanya duduk melihat-lihat. Tapi godaan kali ini lebih besar ratusan ribu kali daripada sekedar malas.
“Jangan. Kalau memang harus pergi, kamu harus pergi.” ujar Tori tanpa melihatnya.
Masahiro tertawa. “Aku kan tidak bilang apa-apa.”
Tori melihat ke arahnya lagi. “Kita sudah pacaran beberapa bulan, tentu saja aku tahu apa yang kamu pikirkan.” Digigitnya dada Masahiro dengan lembut, tak berniat benar-benar menyakiti.
Masahiro mengusap tempat yang digigit Tori sementara mimik mukanya berubah aneh. Antara kaget karena ditebak dengan benar dan tak senang karena ada yang menebak pikirannya, meskipun itu Tori. Tapi kalau bisa seharian hanya tidur-tiduran dengan Tori seperti ini, mulai sekarang Masahiro tak akan (terlalu) keberatan pikirannya ditebak sekalipun. Apapun akan dia lakukan kalau bisa merasakan hangat tubuh Tori di sebelahnya.
“Aku bisa bilang aku sakit.” Masahiro mengedikkan bahunya.
Tori langsung menyahut dengan nada sebal. “Kamu ini. Tidak boleh begitu.” Tapi Tori tak akan bohong kalau sebenarnya dia akan senang kalau Masahiro memutuskan untuk tidak jadi pergi ke kampus. Beberapa hari ini rasanya jenuh dan lelah sekali. Pikirannya sudah sumpek dan ketika mengoreksi laporannya kemarin siang dan menemukan ada kesalahan, Tori langsung memutuskan untuk cuti. Dia perlu Masahiro untuk membuatnya melupakan masalah pekerjaan meskipun hanya sehari.
“Tori ingin aku di sini kan?” tanya Masahiro.
Helaan nafas Tori menggelitik kulit Masahiro. Dokter itu beringsut lagi lalu duduk menghadap Masahiro. Masahiro mengambil satu tangan Tori dan membawanya ke mulutnya untuk dikecup. Tori menggigit bibir bawahnya. Dia tak ingin Masahiro jadi mulai membolos untuk sesuatu hanya karena dia minta. Rasanya tidak bertanggung jawab sekali. Toh, dia berani bertaruh kalau Masahiro akan langsung kembali lagi ke apartemennya seusai latihan.
Karena Tori tak juga bereaksi, Masahiro mengangkat badannya dan bersandar ke dinding. Dieratkannya genggamannya. “Tori mungkin bisa membaca pikiranku, tapi aku belum tentu bisa membaca pikiranmu loh. Kalau Tori ingin aku di sini, bilang saja. Masalah aku akan tetap pergi ke kampus atau tetap di sini, biar saja jadi urusanku.”
Tori mengerutkan keningnya. “Tak bisa begitu, dong. Kalau mereka membutuhkan kamu bagaimana?”
Masahiro mendengus. “Mereka bisa telelpon kalau memang butuh. Daripada itu, aku saja belum dengar cerita kenapa Tori mendadak cuti.” Diangkatnya sebelah alisnya.
Tori menjilat bibir bawahnya. Selama satu menit penuh tampak berpikir. Akhirnya Tori merangkak ke arah Masahiro, memutar badannya dan duduk di antara kaki Masahiro. Masahiro memeluk pinggangnya dari belakang sementara Tori menyandarkan punggungnya ke dada Masahiro. Masahiro langsung menunduk mengecupi pundak Tori dari ujung sampai ke pangkal leher. Tori memiringkan kepalanya, menawarkan lebih banyak kulit untuk dikecup Masahiro.
“Ada apa sih? Ada masalah di rumah sakit? Mungkin aku bisa bantu tanya ke Kazu-nii atau Kubo-nii?” tanya Masahiro kemudian.
Tori kembali menggeleng. “Tidak ada apa-apa kok. Hanya sedang sumpek saja. Rasanya pekerjaanku banyaaaaaaaaaaaaaaak sekali dan tidak selesai-selesai. Sampai-sampai aku sudah tidak ingin lihat pasien lagi. Pokoknya tidak ingin melakukan apa-apa.”
Masahiro mengangguk-angguk sok mengerti. Karena masih kuliah dan mudah merasa bosan, pikirannya bisa dengan cepat mencari sesuatu yang baru untuk dilakukan sebelum dirinya sempat merasa sumpek. Tori mungkin tidak begitu. Dan Masahiro mendadak berharap kalau saja dia lebih tua dari Tori, mungkin dia akan bisa memberikan solusi daripada hanya sekedar manggut-manggut.
“Daijoubu?” tanya Masahiro khawatir.
Tori tersenyum dan menggerakkan kepalanya untuk mencium pipi Masahiro. “Un. Besok juga sudah tidak apa-apa lagi. Aku hanya perlu tidak ke rumah sakit sehari saja, kok.”
Masahiro meletakkan dagunya di pundak Tori. “Dulu juga pernah begini?”
“Pernah. Biasanya aku tidur saja di rumah dan bilang kalau tak enak badan.” Tori nyengir.
“Menurutku tak apa-apa kok sekali-sekali Tori seperti ini. Kakak-kakakku juga begitu, kok. Kadang aku menemukan mereka tidak berangkat kerja dan di rumah saja. Eh, tidak. Kazu-nii biasanya pergi ke sekolah Takuya dan mengamatinya seharian. Kubo-nii akan langsung naik Shinkansen ke Oosaka. Sainei-nii... hmmm... cari cewek untuk diajak kencan.”
Tori tergelak lalu bertanya. “Takuya itu.... pacar Kazuki-sensei?”
Masahiro mengangguk. “Calon. Percaya tidak kalau kubilang dia masih SMU?”
Tori mengerutkan kening. “Calon?”
Masahiro mengangguk lagi, lebih mantap. “Saking kakunya Kazu-nii. Sepertinya dia mau menunggu anak itu legal dulu baru akan dipacarinya. Dia anak kolega-nya Kazu-nii. Dulu aku suka diajak menjemput anak itu kalau kebetulan Kazu-nii juga menjemputku karena supirku tak ada. Anak itu memang lucu dan manis sekali. Kulitnya putiiih sekali. Seperti susu jadi dia kupanggil ‘Gyuunyuu-chan’.” Masahiro cengar-cengir nakal. “Kalau kuganggu wajahnya bisa semerah tomat.” Masahiro mengingat.
Tori memiringkan kepalanya. “Masahiro suka yang seperti itu ya?”
“Habis lucu sih.”
Tori tersenyum simpul. Masahiro berkedip. “Tapi aku lebih suka Tori, kok.” Tambahnya buru-buru. Tak ingin Tori cemburu hanya gara-gara berandal kecil macam pacar kakaknya itu.
Tori tertawa. Direnggutnya pelan dagu Masahiro untuk membawa bibir Masahiro ke bibirnya. “Aku boleh cemburu kan?” bisiknya. Matanya setengah tertutup.
Masahiro menelan ludah. Dari dekat seperti itu, Tori terlihat makin seksi. “Boleh kok.” bisiknya lirih dan menyambut ciuman Tori dengan antusias.
Tangan Tori terangkat melingkari kepala Masahiro dari samping. Jari-jarinya mengepal di sela-sela rambut Masahiro saat Masahiro memasukkan lidahnya ke mulut Tori. Tangan Masahiro bergerak menyelip ke balik atasan piyama yang dikenakan Tori, mengelus perut Tori. Tori melengkungkan punggungnya, suka dengan sentuhan Masahiro. Tori beringsut agar lebih nyaman, kini menghadap ke samping, karena lehernya mulai kebas gara-gara posisi mereka.
Alarm di handphone Masahiro berbunyi. Masahiro mengumpat pelan dan dengan berat hati meninggalkan Tori untuk mengambil handphone-nya dari atas meja dan mematikan alarm yang mengganggu itu. Dibukanya flip handphone-nya dan sibuk menekan-nekan keypad. Selama beberapa saat dia mengacuhkan Tori.
Tori merebahkan dirinya lagi. Menekuk tubuhnya sambil terus memperhatikan Masahiro yang sibuk dengan handphone-nya. Karena Masahiro tak menoleh juga, Tori mengalihkan perhatiannya dengan menelusuri corak seprai dengan ujung jarinya. Kemudian dirasakannya tempat tidur melesak saat Masahiro kembali. Tori mengangkat kepalanya.
“Sudah harus pergi?” tanyanya, berusaha tak terdengar terlalu kecewa.
Masahiro menggeleng sambil nyengir lebar. “Latihan dibatalkan karena buchou mendadak ada urusan keluarga dan fukubuchou ada urusan mendadak.”
Tori menatapnya tak percaya selama beberapa menit lalu menggeleng-gelengkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. “Kamu~! Aku tidak mau tanggung jawab loh.”
Masahiro mengibaskan tangannya. “Buchou duluan kok yang bilang padaku kalau dia tak bisa datang. Aku cuma memanfaatkan suasana saja.” Masahiro berbaring di sebelah Tori lagi. “Lagipula, saat ini Tori lebih butuh aku dibanding timku. Aku juga tak akan tenang latihan kalau aku tahu Tori kesepian di sini.”
Tori pura-pura merengut. “Jangan seenaknya memutuskan.” Tapi tak tahan dan akhirnya tersenyum lebar juga. “Terima kasih ya.”
Masahiro mengangkat alisnya. “Tak usah dipikirkan. Aku kan pacar Tori. Sudah kewajibanku kan?”
Tori tergelak lagi dan mencium Masahiro dengan gemas. “Anak kecil sombong.”
“Biar.”
Masahiro benar-benar tak keberatan dikatai apapun saat ini. Terutama tidak ketika Tori bersandar padanya dan membutuhkannya seperti ini. Mungkin dia tak bisa memberi nasehat yang berarti atau solusi hebat tapi dari senyum Tori, Masahiro tahu dengan tetap tinggal di situ, sudah sangat besar artinya untuk Tori. Dan saat ini akan dengan bangga diakuinya kalau dia sedang merasa sombong karena Tori mengandalkan dirinya meskipun dia lebih muda dari Tori.
“Aku ingin makan omurice.” ujar Tori.
Masahiro langsung beranjak. Sigap dengan permintaan Tori dan langsung menuju dapur.
“Masahiro.” panggil Tori ketika Masahiro sudah mencapai pintu.
“Ya?”
“Pakai celanamu. Dasar tak tahu malu.” ujar Tori dengan wajah merah, karena tak tahan melihat pantat Masahiro, dan melemparkan celana Masahiro pada si empunya.
Masahiro menerima handuk kecil itu sambil tetap merengut. Tori memanjat melewati Masahiro dan berbaring miring, mengamati Masahiro membersihkan badannya dari bekas-bekas bercinta mereka. Selesai dengan urusannya, Masahiro melempar handuk itu ke sembarang arah dan Tori memprotes dengan memukul lengan Masahiro. Pemuda itu hanya nyengir lalu mendesah keras sebelum memutar badannya menghadap Tori. Lengannya diselipkan ke bawah leher Tori, membiarkan Tori menggunakan lengannya sebagai sandaran. Tori pun beringsut mendekat, tangannya diletakkan di atas dada Masahiro. Setelah menemukan posisi yang benar-benar nyaman, Tori menghela nafas pelan. Jari-jari Masahiro merapikan rambut Tori yang menggelitik ujung hidungnya kemudian dikecupnya kening Tori.
Tori melirik ke arah jam dinding lalu mengangkat kepalanya untuk bertanya pada Masahiro, “Jadi ke kampus?”
Masahiro ikut menoleh ke arah jam dinding lalu mengangguk sambil meringis. “Sore, sih. Ada latihan tae kwon do. Fukubuchou tak boleh bolos.”
“Hm.” Tori balas mengangguk lalu merebahkan kepalanya di lengan Masahiro lagi.
“Kenapa?” tanya Masahiro penasaran.
Tori menggeleng, beringsut makin dekat pada Masahiro. “Capek.”
Masahiro tertawa lalu tersenyum jail. Jari-jarinya sudah bergerak turun mengelus lengan atas Tori. “Sepertinya aku tadi tidak terlalu kasar. Lagipula kan masih siang.”
Tori menggigit lengan Masahiro sebagai jawabannya.
“Aaaaw!” Masahiro mengaduh. Sudah ingin jail lagi tapi melihat Tori yang merengut hebat, dia jadi kasihan. “Habis Tori ambil cuti mendadak sih. Kalau tahu dari awal, aku kan bisa ijin dari jauh hari.”
“Hmm.” Tori lagi-lagi hanya menggumam.
Melihat pacarnya seperti itu, Masahiro jadi goyah. Untuk hal-hal tertentu, Masahiro cukup disiplin, apalagi kalau punya jabatan. Tumbuh besar di bawah asuhan Kazuki yang super strict terlihat hasilnya di situ. Tentu saja berkali-kali godaan malas datang latihan selalu ada tapi dia selalu berhasil mengatasi dan tetap muncul di latihan meskipun hanya duduk melihat-lihat. Tapi godaan kali ini lebih besar ratusan ribu kali daripada sekedar malas.
“Jangan. Kalau memang harus pergi, kamu harus pergi.” ujar Tori tanpa melihatnya.
Masahiro tertawa. “Aku kan tidak bilang apa-apa.”
Tori melihat ke arahnya lagi. “Kita sudah pacaran beberapa bulan, tentu saja aku tahu apa yang kamu pikirkan.” Digigitnya dada Masahiro dengan lembut, tak berniat benar-benar menyakiti.
Masahiro mengusap tempat yang digigit Tori sementara mimik mukanya berubah aneh. Antara kaget karena ditebak dengan benar dan tak senang karena ada yang menebak pikirannya, meskipun itu Tori. Tapi kalau bisa seharian hanya tidur-tiduran dengan Tori seperti ini, mulai sekarang Masahiro tak akan (terlalu) keberatan pikirannya ditebak sekalipun. Apapun akan dia lakukan kalau bisa merasakan hangat tubuh Tori di sebelahnya.
“Aku bisa bilang aku sakit.” Masahiro mengedikkan bahunya.
Tori langsung menyahut dengan nada sebal. “Kamu ini. Tidak boleh begitu.” Tapi Tori tak akan bohong kalau sebenarnya dia akan senang kalau Masahiro memutuskan untuk tidak jadi pergi ke kampus. Beberapa hari ini rasanya jenuh dan lelah sekali. Pikirannya sudah sumpek dan ketika mengoreksi laporannya kemarin siang dan menemukan ada kesalahan, Tori langsung memutuskan untuk cuti. Dia perlu Masahiro untuk membuatnya melupakan masalah pekerjaan meskipun hanya sehari.
“Tori ingin aku di sini kan?” tanya Masahiro.
Helaan nafas Tori menggelitik kulit Masahiro. Dokter itu beringsut lagi lalu duduk menghadap Masahiro. Masahiro mengambil satu tangan Tori dan membawanya ke mulutnya untuk dikecup. Tori menggigit bibir bawahnya. Dia tak ingin Masahiro jadi mulai membolos untuk sesuatu hanya karena dia minta. Rasanya tidak bertanggung jawab sekali. Toh, dia berani bertaruh kalau Masahiro akan langsung kembali lagi ke apartemennya seusai latihan.
Karena Tori tak juga bereaksi, Masahiro mengangkat badannya dan bersandar ke dinding. Dieratkannya genggamannya. “Tori mungkin bisa membaca pikiranku, tapi aku belum tentu bisa membaca pikiranmu loh. Kalau Tori ingin aku di sini, bilang saja. Masalah aku akan tetap pergi ke kampus atau tetap di sini, biar saja jadi urusanku.”
Tori mengerutkan keningnya. “Tak bisa begitu, dong. Kalau mereka membutuhkan kamu bagaimana?”
Masahiro mendengus. “Mereka bisa telelpon kalau memang butuh. Daripada itu, aku saja belum dengar cerita kenapa Tori mendadak cuti.” Diangkatnya sebelah alisnya.
Tori menjilat bibir bawahnya. Selama satu menit penuh tampak berpikir. Akhirnya Tori merangkak ke arah Masahiro, memutar badannya dan duduk di antara kaki Masahiro. Masahiro memeluk pinggangnya dari belakang sementara Tori menyandarkan punggungnya ke dada Masahiro. Masahiro langsung menunduk mengecupi pundak Tori dari ujung sampai ke pangkal leher. Tori memiringkan kepalanya, menawarkan lebih banyak kulit untuk dikecup Masahiro.
“Ada apa sih? Ada masalah di rumah sakit? Mungkin aku bisa bantu tanya ke Kazu-nii atau Kubo-nii?” tanya Masahiro kemudian.
Tori kembali menggeleng. “Tidak ada apa-apa kok. Hanya sedang sumpek saja. Rasanya pekerjaanku banyaaaaaaaaaaaaaaak sekali dan tidak selesai-selesai. Sampai-sampai aku sudah tidak ingin lihat pasien lagi. Pokoknya tidak ingin melakukan apa-apa.”
Masahiro mengangguk-angguk sok mengerti. Karena masih kuliah dan mudah merasa bosan, pikirannya bisa dengan cepat mencari sesuatu yang baru untuk dilakukan sebelum dirinya sempat merasa sumpek. Tori mungkin tidak begitu. Dan Masahiro mendadak berharap kalau saja dia lebih tua dari Tori, mungkin dia akan bisa memberikan solusi daripada hanya sekedar manggut-manggut.
“Daijoubu?” tanya Masahiro khawatir.
Tori tersenyum dan menggerakkan kepalanya untuk mencium pipi Masahiro. “Un. Besok juga sudah tidak apa-apa lagi. Aku hanya perlu tidak ke rumah sakit sehari saja, kok.”
Masahiro meletakkan dagunya di pundak Tori. “Dulu juga pernah begini?”
“Pernah. Biasanya aku tidur saja di rumah dan bilang kalau tak enak badan.” Tori nyengir.
“Menurutku tak apa-apa kok sekali-sekali Tori seperti ini. Kakak-kakakku juga begitu, kok. Kadang aku menemukan mereka tidak berangkat kerja dan di rumah saja. Eh, tidak. Kazu-nii biasanya pergi ke sekolah Takuya dan mengamatinya seharian. Kubo-nii akan langsung naik Shinkansen ke Oosaka. Sainei-nii... hmmm... cari cewek untuk diajak kencan.”
Tori tergelak lalu bertanya. “Takuya itu.... pacar Kazuki-sensei?”
Masahiro mengangguk. “Calon. Percaya tidak kalau kubilang dia masih SMU?”
Tori mengerutkan kening. “Calon?”
Masahiro mengangguk lagi, lebih mantap. “Saking kakunya Kazu-nii. Sepertinya dia mau menunggu anak itu legal dulu baru akan dipacarinya. Dia anak kolega-nya Kazu-nii. Dulu aku suka diajak menjemput anak itu kalau kebetulan Kazu-nii juga menjemputku karena supirku tak ada. Anak itu memang lucu dan manis sekali. Kulitnya putiiih sekali. Seperti susu jadi dia kupanggil ‘Gyuunyuu-chan’.” Masahiro cengar-cengir nakal. “Kalau kuganggu wajahnya bisa semerah tomat.” Masahiro mengingat.
Tori memiringkan kepalanya. “Masahiro suka yang seperti itu ya?”
“Habis lucu sih.”
Tori tersenyum simpul. Masahiro berkedip. “Tapi aku lebih suka Tori, kok.” Tambahnya buru-buru. Tak ingin Tori cemburu hanya gara-gara berandal kecil macam pacar kakaknya itu.
Tori tertawa. Direnggutnya pelan dagu Masahiro untuk membawa bibir Masahiro ke bibirnya. “Aku boleh cemburu kan?” bisiknya. Matanya setengah tertutup.
Masahiro menelan ludah. Dari dekat seperti itu, Tori terlihat makin seksi. “Boleh kok.” bisiknya lirih dan menyambut ciuman Tori dengan antusias.
Tangan Tori terangkat melingkari kepala Masahiro dari samping. Jari-jarinya mengepal di sela-sela rambut Masahiro saat Masahiro memasukkan lidahnya ke mulut Tori. Tangan Masahiro bergerak menyelip ke balik atasan piyama yang dikenakan Tori, mengelus perut Tori. Tori melengkungkan punggungnya, suka dengan sentuhan Masahiro. Tori beringsut agar lebih nyaman, kini menghadap ke samping, karena lehernya mulai kebas gara-gara posisi mereka.
Alarm di handphone Masahiro berbunyi. Masahiro mengumpat pelan dan dengan berat hati meninggalkan Tori untuk mengambil handphone-nya dari atas meja dan mematikan alarm yang mengganggu itu. Dibukanya flip handphone-nya dan sibuk menekan-nekan keypad. Selama beberapa saat dia mengacuhkan Tori.
Tori merebahkan dirinya lagi. Menekuk tubuhnya sambil terus memperhatikan Masahiro yang sibuk dengan handphone-nya. Karena Masahiro tak menoleh juga, Tori mengalihkan perhatiannya dengan menelusuri corak seprai dengan ujung jarinya. Kemudian dirasakannya tempat tidur melesak saat Masahiro kembali. Tori mengangkat kepalanya.
“Sudah harus pergi?” tanyanya, berusaha tak terdengar terlalu kecewa.
Masahiro menggeleng sambil nyengir lebar. “Latihan dibatalkan karena buchou mendadak ada urusan keluarga dan fukubuchou ada urusan mendadak.”
Tori menatapnya tak percaya selama beberapa menit lalu menggeleng-gelengkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. “Kamu~! Aku tidak mau tanggung jawab loh.”
Masahiro mengibaskan tangannya. “Buchou duluan kok yang bilang padaku kalau dia tak bisa datang. Aku cuma memanfaatkan suasana saja.” Masahiro berbaring di sebelah Tori lagi. “Lagipula, saat ini Tori lebih butuh aku dibanding timku. Aku juga tak akan tenang latihan kalau aku tahu Tori kesepian di sini.”
Tori pura-pura merengut. “Jangan seenaknya memutuskan.” Tapi tak tahan dan akhirnya tersenyum lebar juga. “Terima kasih ya.”
Masahiro mengangkat alisnya. “Tak usah dipikirkan. Aku kan pacar Tori. Sudah kewajibanku kan?”
Tori tergelak lagi dan mencium Masahiro dengan gemas. “Anak kecil sombong.”
“Biar.”
Masahiro benar-benar tak keberatan dikatai apapun saat ini. Terutama tidak ketika Tori bersandar padanya dan membutuhkannya seperti ini. Mungkin dia tak bisa memberi nasehat yang berarti atau solusi hebat tapi dari senyum Tori, Masahiro tahu dengan tetap tinggal di situ, sudah sangat besar artinya untuk Tori. Dan saat ini akan dengan bangga diakuinya kalau dia sedang merasa sombong karena Tori mengandalkan dirinya meskipun dia lebih muda dari Tori.
“Aku ingin makan omurice.” ujar Tori.
Masahiro langsung beranjak. Sigap dengan permintaan Tori dan langsung menuju dapur.
“Masahiro.” panggil Tori ketika Masahiro sudah mencapai pintu.
“Ya?”
“Pakai celanamu. Dasar tak tahu malu.” ujar Tori dengan wajah merah, karena tak tahan melihat pantat Masahiro, dan melemparkan celana Masahiro pada si empunya.
......................gw jadi ngebayangin pantat Ma-kun dan fan art nekomimi!Ma-kun gw. XDDD *guling2*
ReplyDeleteOh dan Sensei, saya mengerti sekali perasaan anda. ;A; Mau punya Ma-kun juga buat ditemplokin kalo lagi bete...
Oooh, fanart nekomimi-mu yg ndosani ituuu *jilat bibir*
ReplyDeleteIyaaa, itulah. *gak jelas*
Walopun itu art sebenernya dibikin gara2 fic Gackt/Ma-kun sih... ahiak. *ngumpet dari Sensei*
ReplyDeleteIni fic terasa seperti curcol yang nulis ya. *ninja*
Iyaaaa, fanfic yg seksi bgt itu kaaan? Yg Ma-kunnya diiket di balkon?
ReplyDelete.........Brengsek XDDD;
Bwahahahaha, Ma-kun, you shameless h0, you. XDDD
ReplyDeleteOh, Kazuki-sensei, di manapun, akan diledek oleh Ma-kun. XDD
Iyaaaa! *langsung kebayang-bayang* 8DDD
ReplyDeleteBener berarti. Wuahahahah!
AWAWAWAWA MENTAL IMAGE!
ReplyDeletePangkuan di tempat tidur, cileka cileki, aiii baru beberapa bulan~ geraknya cepat sekali.
Eh sensei, duduk mengamati fukubuchou masak sambil nekkid juga bisa menghilangkan stress lho.
@Anne: Pak nelayan siiih, jd org kaku bgt dan adiknya jail gitu looh LOL
ReplyDelete@Icha: dan skrg gue jd iri sama Tori. Siyalan XD;
@Nei: demi alasan kesopanan kalo tau2 ada tamu (haha) bentar lagi jg dicopot lg itu celananya :p
Gw jugaaaaaaaaaaaa~! >_
ReplyDeleteTori: yang bikin iri kan kalian sendiri!
ReplyDeleteTapi kan, senseeeiiii!!! Salah dirimu knp terlihat begitu enak di-snuggle. Ma-kun juga!
ReplyDeleteIya, keling ketemu hitam kan tetep menyalurkan panas, makanya enak buat stensilan. ~ditimpuk dari segala arah~
ReplyDeletedan ngapain lo Kazuki? ketampar bola lho kalau berdiri ngeliatin manajer di lapangan.
Dokter keling nan seksi ketemu pemuda keling ndosani. Ya sudahlah yaaaaaa
ReplyDeletepasti anaknya bakal jadi keling ndosani dan super seksi ya. ~terus tahu tahu jadinya malah kaya Koseki Yuta~ /plak
ReplyDeletegyaaaa..... *telat dateng* bochama 1 ini.... XDDD *uyel2 ma-kun*
ReplyDelete*lirik sensei* sensei, kenapa cutinya cuma 1 hari? sebulan juga gapapa kok, toh kalo entar dimarahin yang di atas ada yang bantuin.... *lirik ma-kun*
...ahem?
ReplyDeleteSaya save dulu akh~
ReplyDeletesenyumnya Sensei kok pervert ya di sini? LOL
ReplyDelete*gosong nahan cengiran ER*
ReplyDeleteKalo ga di kampus ini yaaa~~!!! Kalo gw ga lagi di kampus!! Gw mau ngejeriiiitttt!!!
Ma-kun, manis banget sih ke Tori. Baik & romantis (' 3').
Tjih, Dokter Nelayan, buruan dong. Mumpung Takumi lagi ke Yunani!
........karena pengen melakukan hal pervert? *dikemplang* Sketchnya sebenernya senyumnya manis, tapi yaaaaaa...gitu deh. OTL
ReplyDeletetsk, sebenarnya waktu Kazuki banyak. Takumi ngga pernah di rumah deh.
ReplyDeleteSampe ga pernah dibikinin ficnya. *kabur*
ReplyDeletesaking banyaknya, sampe2 ga tau mau ngapain. atau..... ga tau apa yang harus dilakuin??
ReplyDelete*lirik Kazuki* belajar sama Masahiro sana~!!!
Gengsi doooong pak nelayaaan!! Masa belajar dari adek? Bisa garuk2 tanah abis diledekin Ma-kun diaaa LMAO
ReplyDeletetapi daripada kayak sekarang.... udah kuwik2 tanah duluan kan dia, bingung sama maunya Takuya... hihihi...
ReplyDelete