Title: Needy
Author: Panda^^
Fandom: Kamen Rider Decade/Samurai Sentai Shinkenger
Pairing: Inoue MasahiroxMatsuzaka Tori
Rating: PG
Warning: None.
Disclaimer: I do not own anyone.
Note: Yesss.... bunuh diri, bunuh diri karena malah gak konsen seharian, karena malah bikin fanfic dan bukannya bikin report, aye aye *mama-san joget stress*
Btw, ini sebenernya gak jelas apa inti ceritanya. Tapi ya sudahlah *lanjut gali kubur*
Tori tak tahu apa yang membuatnya merasa sangat lelah dan luar biasa mengantuk hari itu. Padahal jam prakterk yang panjang langsung disambung dengan shift malam di UGD bukan hal yang aneh untuk Tori. Asupan kopi pun tak pernah berhenti. Mungkin stamina-nya memang sedang menurun dan dia sudah terlalu lelah. Beberapa kali dia nyaris tertidur. Sampai akhirnya Tori sadar kalau malam itu sama sekali tak ada SMS atau telepon dari Masahiro. Handphone-nya sepi sunyi tersimpan di kantong jas-nya. Tori hanya mengedikkan bahu. Mungkin Masahiro sudah tidur. Toh, dia tidak menuntut untuk ditemani lewat SMS atau telepon tiap kali dia harus shift malam.
Lewat tengah malam, Sota-sensei muncul membawa makanan hangat. Tori sempat curiga tapi dokter antik itu hanya tertawa dan bersumpah kalau tak ada apa-apa di dalam makanan yang dibawanya. Saat ditanya kenapa belum pulang, “Sedang tak ingin pulang saja,” jawabnya acuh. Meskipun kadang kala menyeramkan, Sota-sensei sebenarnya teman ngobrol yang menyenangkan dan kantuk Tori agak mereda karena ditemani.
Tori menghela nafas lega ketika jadwal shift-nya berakhir. Kubota-sensei sudah muncul di pintu, membawakan kopi sambil berkata, “Otsukare.” Tori pun menuju ruangannya untuk bersiap-siap pulang. Ketika sendirian seperti itu, kantuk dan lelahnya kembali lagi. Tori sudah nyaris menyerah dan memilih untuk tidur saja di ruangannya ketika handphone-nya berdering. Dengan mata setengah tertutup, Tori mengangkat telepon tanpa melihat lagi caller ID.
“Moshi moshi.”
“Sudah selesai shift-nya?”
Sudut-sudut bibir Tori langsung tertarik menjadi senyuman saat mendengar suara itu. “Hmm...” Dijatuhkannya badannya ke kursi kerjanya sambil menghela nafas. “Baru saja. Aku mengantuk sekali.” Ujarnya setengah mengeluh.
Masahiro terkekeh pelan. “Sudah mau pulang?”
“Mm, tak tahu. Mungkin tidur di sini. Ngantuk.”
“Aku jemput ya?”
“Eh? Memangnya kamu tak ada kuliah?”
“Ini kan Rabu. Aku libur. Tidur di rumah saja.”
“Mmh.” Tori hanya bergumam karena sudah terlalu lelah.
“10 menit. Jangan tidur dulu.”
“Mm-kay.”
10 menit beberapa detik kemudian, Tori sudah duduk di dalam mobil Masahiro. Masahiro mengulurkan sebelah tangannya, menyentuh pipi Tori dengan buku jarinya. Tori melihat ke arahnya dengan mengantuk.
“Tidak apa-apa aku ke rumahmu?”
“Pertanyaan macam apa itu?” Masahiro mencibir, “Tenang saja, Kazu-nii kan sedang ke luar kota dan Sainei-nii belum pulang sejak semalam.” Pemuda itu mengedipkan sebelah matanya.
Tori tertawa dan mendorong lengan Masahiro, “Nani sore~?”
Memang benar rumah besar itu lengang sekali. Hanya ada satu-dua pelayan yang mondar-mandir tapi Tori pun tak begitu memperhatikan saking mengantuknya. Masahiro memegangi lengan Tori, membimbingnya kamar Masahiro karena takut Tori terjatuh. Ajakan Masahiro untuk menginap di rumah keluarga itu sebenarnya cukup masuk akal karena jaraknya yang sangat dekat dari rumah sakit dan kasur Masahiro sangat, sangat, sangat empuk. Tanpa basa basi, Tori langsung melempar tubuhnya ke tempat tidur berukuran king size itu. Wajahnya dibenamkannya ke dalam bantal.
Melihat itu, Masahiro tersenyum dan mendekati pacarnya itu. Masahiro membungkuk untuk mengecup ubun-ubun Tori. “Tidak mandi dulu?” Tanyanya, mengetahui kebiasaan Tori yang biasanya tak bisa tidur kalau belum mandi.
Tori mengerang protes dan bergumam tak jelas ke dalam bantal. Masahiro hanya bisa tersenyum-senyum saat Tori mengangkat badannya dengan malas dan malah menyandarkan kepalanya ke perut Masahiro.
“Mandikan.” Gumam Tori ke dalam sweater hitam yang dikenakan Masahiro.
Antara bingung dan senang melihat Tori yang begitu manja, Masahiro meletakkan tangannya di bawah lengan Tori dan menariknya berdiri. Dilingkarkan tangan Tori ke lehernya sementara tangannya sendiri melingkar erat di pinggang Tori dan ketika Masahiro menarik tubuh Tori menjauh dari tempat tidur, kedua kaki Tori langsung mengait otomatis di pinggang Masahiro.
Masahiro mendudukkan Tori di dekat wastafel dan meninggalkan Tori untuk mengisi bathtub dengan air panas. Tori hanya duduk diam, kakinya bergerak menggantung beberapa senti dari lantai. Masahiro mendekat lagi dan mulai melucuti pakaian yang dikenakan Tori. Tori bergidik begitu Masahiro menarik lepas celananya dan pantatnya bersentuhan langsung dengan marmer yang dingin. Masahiro mendekap pinggang Tori dan menatapnya sambil tersenyum-senyum. Tori membiarkan tangannya beristirahat di pundak Masahiro dan merengut.
“Apa?”
“Tak apa-apa.” Jawab Masahiro sambil menggeleng. Dia menunduk sedikit dan mencium Tori dengan sayang. Dia senang kalau Tori manja padanya seperti ini. Tidak kelihatan sama sekali kalau sebenarnya umur mereka terpaut lima tahun. Digendongnya Tori ke bathtub dan dengan hati-hati mendudukkan Tori ke dalam genangan air yang sedikit mengepulkan asap itu. Begitu air panas menyentuh kulitnya dan bekerja cepat mengendurkan otot-ototnya yang kaku, Tori mengerang pelan sambil menyandarkan kepalanya ke sisi bathtub.
“Hei, jangan tidur di sini.” Tegur Masahiro saat ia kembali dari mengambil handuk dan piyama bersih dan masih mendapati Tori masih tak bergerak dari posisinya semula.
“Tidak, kok.” Jawab Tori pelan dan menurut saja ketika Masahiro menariknya berdiri dan menyampirkan handuk besar ke sekeliling tubuhnya. Masahiro bahkan membantunya mengenakan piyama. Piyama itu tentu saja terlalu panjang di bagian kaki tapi Tori tak protes. Dilingkarkannya lagi lengannya ke leher Masahiro dan Masahiro, dengan susah payah, membawa mereka kembali ke tempat tidur.
Begitu Tori sudah mengambil posisi nyaman di bawah selimut Masahiro, Masahiro mengambil remote dan menekan sebuah tombol yang membuat seluruh tirai di kamar itu menutup otomatis dan kamar besar itu menjadi gelap seketika.
“Ma-kun,” panggil Tori pelan saat Masahiro hendak beranjak meninggalkan kamar.
“Hmm?”
“Sini.” Ujar Tori, tak bergerak dari posisinya yang setengah tengkurap.
Masahiro sebenarnya ingin membiarkan Tori tertidur saja karena dia sendiri toh baru saja bangun ketika menelepon Tori tadi. Tapi ajakan dengan nada setengah mengantuk dan setengah manja itu susah untuk ditolak. Jadi dikuncinya pintu dan menyusul Tori naik ke tempat tidur. Dia menumpuk dua bantal untuk menyangga kepalanya dan berbaring di atas selimut. Berbaring miring, tangannya diletakkan ke pinggang Tori dan ditariknya Tori mendekat. Tori beringsut sampai menemukan posisi yang nyaman, bersandar ke dada Masahiro. Jarinya dikaitkan dengan jari-jari panjang Masahiro dan langsung terlelap begitu Masahiro mengecup pipi dan pelipisnya.
Lewat tengah malam, Sota-sensei muncul membawa makanan hangat. Tori sempat curiga tapi dokter antik itu hanya tertawa dan bersumpah kalau tak ada apa-apa di dalam makanan yang dibawanya. Saat ditanya kenapa belum pulang, “Sedang tak ingin pulang saja,” jawabnya acuh. Meskipun kadang kala menyeramkan, Sota-sensei sebenarnya teman ngobrol yang menyenangkan dan kantuk Tori agak mereda karena ditemani.
Tori menghela nafas lega ketika jadwal shift-nya berakhir. Kubota-sensei sudah muncul di pintu, membawakan kopi sambil berkata, “Otsukare.” Tori pun menuju ruangannya untuk bersiap-siap pulang. Ketika sendirian seperti itu, kantuk dan lelahnya kembali lagi. Tori sudah nyaris menyerah dan memilih untuk tidur saja di ruangannya ketika handphone-nya berdering. Dengan mata setengah tertutup, Tori mengangkat telepon tanpa melihat lagi caller ID.
“Moshi moshi.”
“Sudah selesai shift-nya?”
Sudut-sudut bibir Tori langsung tertarik menjadi senyuman saat mendengar suara itu. “Hmm...” Dijatuhkannya badannya ke kursi kerjanya sambil menghela nafas. “Baru saja. Aku mengantuk sekali.” Ujarnya setengah mengeluh.
Masahiro terkekeh pelan. “Sudah mau pulang?”
“Mm, tak tahu. Mungkin tidur di sini. Ngantuk.”
“Aku jemput ya?”
“Eh? Memangnya kamu tak ada kuliah?”
“Ini kan Rabu. Aku libur. Tidur di rumah saja.”
“Mmh.” Tori hanya bergumam karena sudah terlalu lelah.
“10 menit. Jangan tidur dulu.”
“Mm-kay.”
10 menit beberapa detik kemudian, Tori sudah duduk di dalam mobil Masahiro. Masahiro mengulurkan sebelah tangannya, menyentuh pipi Tori dengan buku jarinya. Tori melihat ke arahnya dengan mengantuk.
“Tidak apa-apa aku ke rumahmu?”
“Pertanyaan macam apa itu?” Masahiro mencibir, “Tenang saja, Kazu-nii kan sedang ke luar kota dan Sainei-nii belum pulang sejak semalam.” Pemuda itu mengedipkan sebelah matanya.
Tori tertawa dan mendorong lengan Masahiro, “Nani sore~?”
Memang benar rumah besar itu lengang sekali. Hanya ada satu-dua pelayan yang mondar-mandir tapi Tori pun tak begitu memperhatikan saking mengantuknya. Masahiro memegangi lengan Tori, membimbingnya kamar Masahiro karena takut Tori terjatuh. Ajakan Masahiro untuk menginap di rumah keluarga itu sebenarnya cukup masuk akal karena jaraknya yang sangat dekat dari rumah sakit dan kasur Masahiro sangat, sangat, sangat empuk. Tanpa basa basi, Tori langsung melempar tubuhnya ke tempat tidur berukuran king size itu. Wajahnya dibenamkannya ke dalam bantal.
Melihat itu, Masahiro tersenyum dan mendekati pacarnya itu. Masahiro membungkuk untuk mengecup ubun-ubun Tori. “Tidak mandi dulu?” Tanyanya, mengetahui kebiasaan Tori yang biasanya tak bisa tidur kalau belum mandi.
Tori mengerang protes dan bergumam tak jelas ke dalam bantal. Masahiro hanya bisa tersenyum-senyum saat Tori mengangkat badannya dengan malas dan malah menyandarkan kepalanya ke perut Masahiro.
“Mandikan.” Gumam Tori ke dalam sweater hitam yang dikenakan Masahiro.
Antara bingung dan senang melihat Tori yang begitu manja, Masahiro meletakkan tangannya di bawah lengan Tori dan menariknya berdiri. Dilingkarkan tangan Tori ke lehernya sementara tangannya sendiri melingkar erat di pinggang Tori dan ketika Masahiro menarik tubuh Tori menjauh dari tempat tidur, kedua kaki Tori langsung mengait otomatis di pinggang Masahiro.
Masahiro mendudukkan Tori di dekat wastafel dan meninggalkan Tori untuk mengisi bathtub dengan air panas. Tori hanya duduk diam, kakinya bergerak menggantung beberapa senti dari lantai. Masahiro mendekat lagi dan mulai melucuti pakaian yang dikenakan Tori. Tori bergidik begitu Masahiro menarik lepas celananya dan pantatnya bersentuhan langsung dengan marmer yang dingin. Masahiro mendekap pinggang Tori dan menatapnya sambil tersenyum-senyum. Tori membiarkan tangannya beristirahat di pundak Masahiro dan merengut.
“Apa?”
“Tak apa-apa.” Jawab Masahiro sambil menggeleng. Dia menunduk sedikit dan mencium Tori dengan sayang. Dia senang kalau Tori manja padanya seperti ini. Tidak kelihatan sama sekali kalau sebenarnya umur mereka terpaut lima tahun. Digendongnya Tori ke bathtub dan dengan hati-hati mendudukkan Tori ke dalam genangan air yang sedikit mengepulkan asap itu. Begitu air panas menyentuh kulitnya dan bekerja cepat mengendurkan otot-ototnya yang kaku, Tori mengerang pelan sambil menyandarkan kepalanya ke sisi bathtub.
“Hei, jangan tidur di sini.” Tegur Masahiro saat ia kembali dari mengambil handuk dan piyama bersih dan masih mendapati Tori masih tak bergerak dari posisinya semula.
“Tidak, kok.” Jawab Tori pelan dan menurut saja ketika Masahiro menariknya berdiri dan menyampirkan handuk besar ke sekeliling tubuhnya. Masahiro bahkan membantunya mengenakan piyama. Piyama itu tentu saja terlalu panjang di bagian kaki tapi Tori tak protes. Dilingkarkannya lagi lengannya ke leher Masahiro dan Masahiro, dengan susah payah, membawa mereka kembali ke tempat tidur.
Begitu Tori sudah mengambil posisi nyaman di bawah selimut Masahiro, Masahiro mengambil remote dan menekan sebuah tombol yang membuat seluruh tirai di kamar itu menutup otomatis dan kamar besar itu menjadi gelap seketika.
“Ma-kun,” panggil Tori pelan saat Masahiro hendak beranjak meninggalkan kamar.
“Hmm?”
“Sini.” Ujar Tori, tak bergerak dari posisinya yang setengah tengkurap.
Masahiro sebenarnya ingin membiarkan Tori tertidur saja karena dia sendiri toh baru saja bangun ketika menelepon Tori tadi. Tapi ajakan dengan nada setengah mengantuk dan setengah manja itu susah untuk ditolak. Jadi dikuncinya pintu dan menyusul Tori naik ke tempat tidur. Dia menumpuk dua bantal untuk menyangga kepalanya dan berbaring di atas selimut. Berbaring miring, tangannya diletakkan ke pinggang Tori dan ditariknya Tori mendekat. Tori beringsut sampai menemukan posisi yang nyaman, bersandar ke dada Masahiro. Jarinya dikaitkan dengan jari-jari panjang Masahiro dan langsung terlelap begitu Masahiro mengecup pipi dan pelipisnya.
“Oyasumi.”
-------
ETA: satu sata terakhir ketinggalan. ORZ.
...Tori-sensei bisa tidur sampe sore lho Ma-kun. Selamat menunggu ya. *pengalaman pribadi LOL*
ReplyDeletekayanya Ma-kun nya pun akan ketiduran lagi LOL Kenapa juga ya, dia bangun pagi banget?
ReplyDeleteiya, bisa sampe malem malah. ~menatap tante icha~
ReplyDeleteuh, manis bgt, keliatan cinta betul inoue-kun ya? dan, dan, tirainya menutup otomatis! ORANG KAYA!
MEMANG!
ReplyDeletebegitulah. Jangan maraton Shinkenger sebelum tidur ya, anak2. Beginilah akibatnya.
hnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnggggggggggggggggg--- *ded from moe~*
ReplyDeleteGood Lord, ini manis banget. Dan ada pacar duduk di samping saat kita sedang tidur itu sangat... hnnnnnnnnnngggggggggggg-- *blushes*
Gue protes cuma satu. XDD Ini:
Masahiro mendudukkan Masahiro di dekat wastafel
Masahiro-nya ada dua? *ditimpukin*
ORZ. Edited.
ReplyDeletetumben ga pengen ya, maa.kun? anak baik, yosh, yosh.
ReplyDeleteXD Maap. *taser*
ReplyDeletemasih belom ngumpul juga kurcacinya, masih pagi. XDDD
ReplyDeleteHOAHOAHOAHOAHOAHOA
ReplyDeletelagi baek itu Ma-kun-nyaaaa. Tau dia Tori lagi capek banget makanya dibiarin aja. Daripada ditinggal tidur pas baru mulai kan bete XDDDDDDD
"Tori, kumasukkan ya?"
ReplyDelete"............."
"Tori..?"
"Zzzzzzz..."
"..............................................................................."
XDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD
ReplyDeletekk, aq komennta ntar ya..... gapapa kan?? belum sempet aq baca soalnya, aq save dulu. lagi repot bikin design kartu ucapan sama design kado buat ultah ponakan sabtu besok.
ReplyDeletemengo..... m(_ _)m
huahahahaha santai aja, kk~~~ Fic-nya gak akan kemana2 koook. Boleh dibaca dan dikomen kapanpun ^_~
ReplyDeletehahahaha... takutnya ga bisa buka lagi. hihihi. ini aja buka lamaaaaaa..... banget. kayaknya lagi sentimen nih laptopku sama multi. hehehehe...
ReplyDeleteManissssssssssssssss.... Tori sensei, manis banget ya?
ReplyDeleteOyasuminnasai.... *hugs*
Fanficnya manis *berguling2*
*joget menyemangati mom dan leptop-nya*
ReplyDelete@Riri: tadinya ini beneran gak tau loh arahnya ke mana hehe cuma suka aja slices of life begini
dari balik celah pintu kamar mewah itu, dari ventilasi berlapis kaca bening, terdengar suara "gacha!" pelan dan kikik gemas beberapa pria dan wanita yang menunggu hasil di depan pintu.
ReplyDelete"sudah~" tukas pelayan yg buru2 menggiring mereka pergi, "nyonya besar pasti senang melihat foto ini."
"senang ya, tuan muda dewasa juga."
"kapan ya pestanya?"
"sst, nanti mereka bangun"
kedua pelayan itu langsung kembali ke tempat mereka semula. mereka langsung mengeluarkan ponsel dari saku apron mereka dan menekan nomor yang berbeda :
ReplyDeletePelayan 1 : "Nyonya besar, foto yang anda pesan sudah kami dapatkan."
Pelayan 2 : "Kubota-sama, semua sudah sesuai rencana. tinggal menunggu perintah anda selanjutnya."
*ngakak guling2*
ReplyDeleteIde bagus!!! Apakah keluarga ini akan mengadakan pernikahan massal?
Eh, tunggu! Kubota sama siapa dan Sainei sama siapa?
Sainei doyan cewe. Kubota itu. . .didoyanin duda beranak satu. *dilempar tronton sama AkiShin*
ReplyDeleteat least Ma-kun ngga pedo.
Tapi Kubota kasian ya, pacarnya di Osaka. XP
ReplyDeleteEh? Emang Kubota sama AkiShin? *gak update*
ReplyDeleteAduh kaka Panda, mereka kan sudah punya anak satu. Anaknya didandanin pake baju Hyoutei sama AkiShin, dan pernah dibawa2 pula pemotretan di majalah berdua. :3
ReplyDeleteNamanya Raimu-chan kan? MANISSSSSSSSSSSSSSSSSSSS banget. (*__________*)
ReplyDeleteNAMANYA KOK LUCUUUUUU? dan kecil banget! kenapa mereka suka banget sama yang kecil-kecil?
ReplyDeleteIya, kecil dan lucu sekali. Mukanya pun keliatan manis dan polos, ga sepa kayak anaknya Buchou. XDDD
ReplyDeletehuahahahahahahahaha...
ReplyDeletePIC!
ReplyDeleteyang sama anaknya entah dimana, mari menunggu kk silverwind.
ReplyDeleteAaaaaawwww....
ReplyDeleteJd Raimu-chan itu anaknya AkiShin kan?
ANJINGnya AkiShin, lebih tepatnya. LMAO.
ReplyDeleteGue juga gak nemu deeeto mereka dengan Raimu-chan. Ntar deh gue cari lagi. XDD
ReplyDeleteIni AkiShin dan Raimu. XDD
LUCUNYAAAAAAAAAA ih sumpah lucu banget! *uyel Raimu*
ReplyDeleteseseorang, tolong berikan saya tisu.
ReplyDelete*beringus*
Raimu-chan kawaii no ko neee. Ga kayak tante Pearl di sana itu...
ReplyDelete*digigit Pearl*
Kyaaaaaaaaaaaa lucuuuuuuuuuuuu
ReplyDeleteBtw, org2 ini kok suka bgt sih anjing kriting? LMAO
@uchihaneitai mimisan apa ingusan itu? *ksh tisu*
KETEMU. Di Good Come 11 ternyata:
ReplyDeleteAAAAAAAA KAWAAAAAAAAAI! *histeris* lucunya!
ReplyDeleteAaaah pasangan yang lucu sekaliiii <3
ReplyDeleteKawaaaaiiiiiiiiiiiiiii *____________*
ReplyDeletesave lagi
ReplyDelete