Saturday, November 13, 2010

[fanfic] AU Ma-kunxTori - First Date

Title: First Date
Author: Panda^^
Fandom: Kamen Rider DCD/Samurai Sentai Shinkenger
Pairing: Inoue MasahiroxMatsuzaka Tori
Rating: PG
Warning: None
Disclaimer: I do not own anyone.
Note: Hyaaa... akhirnya kelar juga. SATC-ERs, gomen kalo ngaco ya. Ini bikinnya sambil ngantuk dan ter-distract ksatria ganteng, jadinya gini deh :P

10 poin buat yang bisa nebak lokasi restorannya ^_~



Bukan kebiasaan Tori untuk mau diajak kencan oleh orang yang baru dikenal. Apalagi kalau orang itu lima tahun lebih muda darinya. Entah apa yang mendorongnya untuk mendekati pemuda itu siang tadi. Mungkin wajahnya yang tampan, perawakannya yang tinggi menjulang, pembawaannya yang acuh tak acuh, atau mungkin ekspresi kekanakannya yang terlihat begitu senang dengan sesuatu yang dilakukannya dengan handphone-nya. Entah apa pula yang membuatnya duduk di dalam mobil mewah milik pemuda itu menuju Roppongi. Lebih tepatnya ke sebuah restoran Italia yang cukup terkenal yang muncul di beberapa fitur majalah. Tori lebih tak tahu lagi apa yang membuatnya membiarkan Masahiro membukakan pintu mobil untuknya saat dia mau naik dan turun. Termasuk membiarkan Masahiro menarikkan kursi untuknya saat Tori mau duduk sebelum memutar ke tempatnya di hadapan Tori.

Tentu saja Tori pernah kencan sebelumnya. Umurnya kan sudah 22. Tapi dari antara orang-orang yang berani mengajaknya berkencan dulu, hanya satu-dua yang berlanjut tapi itu pun tak terlalu serius. Tori belajar untuk tidak berharap apapun kalau ada yang mendekatinya atau mengajaknya kencan karena bisa saja tak berarti apa-apa. Dan pemuda satu ini, mungkin hanya iseng saja mengajaknya kencan. Toh, Tori sendiri sedang butuh hiburan dan kalau tebakannya benar, Masahiro mungkin orang yang menyenangkan. Nantinya akan jadi makan malam seperti apa, Tori tak terlalu peduli. Tak ada ruginya juga kan diajak makan malam oleh orang setampan Masahiro?

Tampan? Ya. Masahiro memang tampan. Tori tak akan menyangkal itu. Apalagi melihat dengan lebih jelas setelah duduk berhadapan begini. Melihat bibit keluarga Keigo yang isinya orang-orang tampan semua, tentu saja itu bukan hal aneh. Apalagi sekarang Masahiro sudah mengganti seragamnya dengan turtle neck hitam dan jeans berwarna gelap juga. Tak terlihat seperti anak sekolahan sama sekali. Tulang pipinya tinggi dan bibirnya penuh. Bagian kiri rambutnya dijalin mengikuti garis telinga dan disimpul dengan ikat karet berwarna pink. Manis sekali. Tori melirik dan menggigit bibirnya agar tak tersenyum terlalu sumringah.

Pelayan yang tadi mengantar mereka ke meja kembali lagi dengan membawa menu. Sambil tersenyum, pelayan bertubuh tinggi, berambut keriting dan bergaya flamboyan itu membungkuk sopan.

"Masahiro-sama. Sudah lama sekali tidak mampir kemari. Saya harap ibu dan kakak-kakak Anda sehat-sehat saja?" Tanya si pelayan sambil tersenyum dan menyerahkan buku menu pada kedua tamunya.

Masahiro tersenyum lebar. "Yone-san. Un. Semuanya sehat."

Pelayan yang bernama Yone-san itu kemudian menoleh dan tersenyum pada Tori. "Dan apakah orang tampan ini teman kencan Masahiro-sama?"

Masahiro nyengir. "Begitulah. Ini Matsuzaka Tori."

Tori tertawa. "Jangan menjawab untukku. Aku kan tidak bilang mau diajak kencan. Inoue-kun saja yang ngotot menunggu."

"Ah." Yone-san mengangkat sebelah alisnya. "Ternyata memang Masahiro-sama masih tak berubah ya."

"Apa maksudnya itu? Oi!" Masahiro menggembungkan pipinya dan langsung pura-pura sibuk melihat menu.

"Kawaii." Komentar Tori dan diiringi dengan angguk setuju dari Yone-san.

"Baiklah. Silakan dilihat menunya. Saya akan kembali kalau Anda berdua sudah siap memesan." Ujar Yone-san sambil membungkuk lagi dan berlalu pergi.

Tori membalik-balik menu sebentar lalu meletakkannya di atas meja. Sama sekali tak mengerti dengan bahasa italia yang digunakan. Meskipun ada penjelasan di bagian bawahnya, malah membuat bingung karena pilihannya banyak sekali. Matanya berkedip saat melihat Masahiro masih sedikit merengut. Kedua alisnya bertaut seperti tak suka dengan menu yang tertulis.

"Inoue-kun?" Panggil Tori akhirnya.

Masahiro mengangkat kepala.

"Aku cuma bercanda loh. Kalau tak mau diajak kemari, aku pasti sudah pergi dari tadi." Tori tersenyum, memperlihatkan gigi taringnya.

Lagi-lagi jantung Masahiro berdegup kencang melihat senyum manis itu. Sadar sudah bertingkah kekanakan, Masahiro langsung tersenyum.

"Sudah memutuskan mau makan apa?" Masahiro mengangguk ke buku menu yang diletakkan Tori di dekat sikunya.

Tori menggeleng. Badannya dicondongkan ke depan dan menopang dagunya dengan tangan. "Inoue-kun saja yang pesankan untukku. Malam ini kan aku kencannya Inoue-kun." Tori mengerling.

UGH. Masahiro gemas sekali. Rasanya ingin melompat ke seberang dan mencubit atau bahkan mencium Tori. Tapi dia harus menahan diri. Tak sopan. Lagipula, apa kata dunia kalau Inoue Masahiro bersikap seperti itu di kencan pertama? Reputasinya bisa habis.

Tapi antusiasme untuk pamer saat ini lebih besar daripada keinginan menguyel-uyel Tori. Buru-buru diperiksanya menu dengan cermat, berpikir apa yang kira-kira disukai Tori.

"Matsuzaka-sensei mau steak atau pasta?" Tanya Masahiro.

"Apa saja boleh." Sahut Tori.

"Wine?" Masahiro mengangkat alis menggoda.

Tori balas mengangkat alisnya. "Inoue-kun kan belum boleh. Lagipula kamu menyetir." Tori mengingatkan sambil tersenyum.

Masahiro merengut. "Sensei kedengaran seperti kakakku, deh."

Tori mengangkat bahunya. "Bagaimanapun kan aku memang lebih tua."

Masahiro sebal sekali mendengar itu tapi ditahannya. "Baiklah. Sparkling juice saja kalau begitu."

Tori tersenyum. Mengangguk setuju. Kecewa juga karena sudah di restoran italia begini tapi tak bisa minum wine. Diperhatikannya Masahiro memanggil pelayan itu lagi dan menyebutkan menu berbahasa Itali dengan fasih. Si pelayan - Yone-san - mengangguk mengerti, mencatat pesanan mereka lalu pergi lagi.

Sejenak, Masahiro memanfaatkan waktu dengan memperhatikan teman kencannya. Tori tampak lebih santai tanpa pakaian dinasnya. Sweatshirt merah berkerah v agak rendah yang dikenakan Tori membuatnya terlihat seksi. Masahiro tidak keberatan disuguhkan pemandangan leher dan sedikit kulit dada kecoklatan di hadapannya.

"Sensei." Masahiro mulai berbicara karena tak ingin membuat Tori bosan.

"Inoue-kun." Suaranya yang berat itu sangat kontras dengan wajahnya yang manis, pikir Masahiro.

Masahiro tertawa. "Sudah berapa lama kerja di rumah sakit? Aku tak pernah lihat Sensei sebelumnya."

"Belum lama kok." Jawab Tori. "Kazuki-sensei merekrutku awal tahun ini. Inoue-kun sering ke rumah sakit ya?"

Hidung Masahiro merengut. "Dulu. Sekarang sudah jarang. Aku tak suka baunya."

Tori mengangkat alis. "Memang tak enak sih. Terlalu steril sampai rasanya tak wajar ya?"

Masahiro mengangguk-angguk semangat. "Sensei punya pacar tidak?"

Tori nyaris tersedak air yang sedang diminumnya. Buru-buru menyeka mulut dengan lap makan. "Kalau tidak kenapa, kalau punya kenapa?"

Masahiro mengangkat bahu. "Hanya ingin tahu, kok. Orang setampan sensei biasanya sudah ada yang punya kan?"

"Aku tampan?" Tori malah balas bertanya. Kepalanya dimiringkan ke samping. Lagi-lagi melemparkan senyum menggoda.

Masahiro menelan ludah. Menyesal mengucapkan sesuatu yang berakibat membuatnya susah bernafas. "Memangnya Sensei tidak sadar ya?"

Tori terkekeh geli. "Banyak yang bilang sih. Tapi aku masih kalah sama Inoue-kun. Kamu sadar sekali kalau kamu tampan kan?"

"Ya, harus dong. Aku kan model." Seloroh Masahiro.

"Aaah. Wajahmu merah tuh." Tori terkikik geli.

"Sensei juga!"

Tori tertawa sampai matanya terpejam. Masahiro suka sekali melihatnya. Masahiro jadi ingin tahu seperti apa Tori kalau sedang bekerja. Apa dia juga murah senyum dan suka tertawa seperti itu atau mungkin malah serius sekali. Keasyikannya harus berhenti karena makanan mereka datang.

"Dari menu hari ini: Bruschetta di Pomodoro. Silakan."

"Tidak punya, kok." Ujar Tori sesaat kemudian, sambil menggigit potongan roti.

"Eh? Tidak punya apa?" Masahiro bertanya bodoh.

"Tadi kan Inoue-kun tanya aku punya pacar atau tidak." Tori tersenyum lagi.

"Oh. Oooh. Begitu?"

Tori mengangguk. "Kalau Inoue-kun?"

Masahiro menelan makanannya. "Hmm... Tak ada yang bisa dibilang benar-benar pacar sih."

"Itu maksudnya mau bilang kalau kamu punya banyak pacar ya?" Goda Tori.

Masahiro mengedikkan bahu. "Tentu saja tidak pada saat yang bersamaan. Maksudku, tak ada yang bertahan lama. Paling hanya beberapa bulan."

"Oh?"

"Habisnya, setelah berapa lama rasanya jadi begitu-begitu saja. Entahlah. Banyak juga sih yang mendekat setelah aku mulai muncul di majalah." Masahiro mengangkat bahunya lagi.

"Repot juga jadi model terkenal ya?" Tori menyesap minumannya.

Masahiro mengibaskan tangannya. "Cuma beberapa majalah kok."

Makanan mereka pun berganti ke menu utama. Rupanya Masahiro memesankan steak untuk mereka. Tori benar-benar merasa sayang karena steak seperti ini akan lebih enak jika dinikmati dengan wine yang sesuai. Tapi ya sudahlah, dia tak akan protes karena akan tampak aneh kalau hanya dia yang minum wine.

"Aku baru saja dapat tawaran untuk model catwalk loh. Harus audisi dulu sih tapinya." Masahiro bercerita bangga.

"Oh ya? Cocok sih. Inoue-kun kan tinggi. Semoga berhasil ya."

Ucapan itu begitu sederhana tapi terdengar begitu tulus di telinga Masahiro dan entah kenapa dia lebih semangat mendengarnya dibanding kalau manajernya atau kakak-kakaknya atau bahkan Ibunya sekalipun yang mengucapkan.

"Terima kasih." Ujar Masahiro sambil menggaruk ujung hidungnya. Pipinya bersemu merah.

"Sama-sama." Balas Tori. "Eh, steak ini enak sekali loh. Ingin lagi deh." Tori mengalihkan pembicaraan karena tak tahan melihat wajah Masahiro yang begitu imut karena tersipu-sipu.

"Kalau ingin ke sini lagi, bilang saja. Nanti kutemani."

Tori mengunyah makanannya dengan pelan. Bertanya-tanya dalam hati apa kalimat Masahiro itu bisa diartikan sebagai ajakan kencan lain. Tapi buru-buru ditepisnya pikiran itu dan menyesap minumannya. Bagaimanapun yang duduk di hadapannya itu anak smu. Tori tak bisa menanggapi serius semua yang dikatakan Masahiro. Meskipun usahanya boleh juga untuk membuat Tori terkesan.

"Aku membuat Matsuzaka-sensei bosan ya?"

Terkejut mendegar itu, Tori mengangkat kepalanya dan mendapati Masahiro menatapnya sambil meringis. Tori buru-buru menggeleng. "Tidak. Inoe-kun sama sekali tak membuatku bosan kok. Tiba-tiba saja ingat sesuatu. Maaf ya."

"Memikirkan apa?" Masahiro berhenti makan dan menatap Tori dengan penuh minat.

"Umh." Tori menunduk, sedikit salah tingkah. "Hanya ingat kalau aku sudah lama sekali tidak makan malam dengan seseorang seperti ini."

"Heee... Memangnya kapan yang terakhir?" Masahiro menegakkan badannya.

Tori memiringkan kepalanya, mengingat-ingat. "Kapan ya? Hmmm... Satu setengah tahun yang lalu? Tapi saat itu tidak terlalu menyenangkan." Tori mengangkat bahunya.

Masahiro masih menatapnya dengan antusias dan seperti memberi semangat untuk melanjutkan bercerita. Tori akhirnya memutuskan berhenti makan juga.

"Waktu itu orang itu bersikap manis sekali tapi akhirnya ternyata dia mengajakku makan malam karena ingin memutuskan hubungan. Mungkin dia takut aku akan menangis menjerit-jerit atau apa jadi dia melakukannya saat makan malam."

"Kupikir Matsuzaka-sensei bukan tipe yang akan menangis menjerit-jerit kalau diputuskan." Ujar Masahiro perlahan.

Tori tersenyum. "Inoue-kun kan belum tahu aku seperti apa."

Masahiro menatapnya lekat-lekat. "Kalau begitu... Mau memberiku kesempatan untuk mengenal Sensei?"

Tori tertegun. Mau tak mau jadi agak tersipu. Dia membalas tatapan Masahiro dan hanya tersenyum manis.

Obrolan mereka pun berlanjut seiring dengan desert yang begitu menggoda hati: sejenis tart buah yang terasa sangat manis dan lembut di mulut. Masahiro masih tak bisa melepaskan pandangannya dari dokter tampan di hadapannya. Ini pertama kalinya dia begitu penasaran dengan seseorang dan rasa penasarannya tak terpuaskan hanya dengan sekali kencan seperti ini. Dan dia juga masih berpikir orang tolol macam apa yang rela melepas seseorang seperti Tori.

Masahiro sudah memutuskan. Dia ingin tahu lebih banyak tentang Tori. Kenapa senyuman Tori bisa membuat dadanya berdegup kencang. Kenapa sentuhan tangan Tori, mekipun tak langsung mengenai kulitnya, bisa membuat Masahiro merasakan desir aneh di seluruh tubuhnya. Kenapa wangi tubuhnya bisa membuat Masahiro jadi lupa bernafas. Kenapa setelah mendengar cerita Tori barusan, Masahiro jadi ingin memeluk dan melindungi Tori. Masahiro harus tahu.

Mereka meninggalkan restoran itu diiringi salam riang dari para pelayan dan manajer restoran - seorang wanita cantik yang sangat anggun. Tori tersenyum saat Masahiro memberanikan diri meletakkan tangannya di punggung Tori, membimbingnya kembali ke mobil.

Sambil berjalan, Tori merogoh ke dalam saku jaketnya dan mengeluarkan sekotak rokok. Diambilnya sebatang dan disulutnya. Masahiro mengangkat alis.

Tori menghembuskan asap sambil nyengir. "Terkesan tak sesuai ya?"

"Tak menyangka saja." Sahut Masahiro. "Tapi Kazu-nii juga merokok sih, jadi aku tak heran."

Tori mengangkat tangannya yang memegang rokok ramping itu. "Tidak sering sih. Kalau sedang ingin saja. Ada kalanya kalau mulutku sedang ingin melakukan sesuatu tapi tak bisan jadinya aku merokok."

"Melakukan apa?" Tanya Masahiro penasaran.

Tori mengangkat kepalanya dan tersenyum menggoda. "Yah, misalnya kalau aku sedang ingin mencium seseorang."

Jantung Masahiro langsung berdegup tak karuan. Di saat kepalanya sedang sibuk mereka-reka begitu, Tori menjatuhkan rokoknya ke tanah dan menginjaknya sampai mati. Lengannya terjulur melingkar ke lengan Masahiro.

"Yuk. Kamu mengantarku pulang kan?" Tori berujar sambil menggamit hangat lengan Masahiro. Masahiro hanya bisa mengangguk seperti orang bodoh.

Melanjutkan bersikap seperti gentleman, Masahiro bahkan mengantar Tori sampai depan pintu apartemennya. Lagi-lagi dia harus menahan diri untuk tidak memepet Tori ke dinding saat Tori berterima kasih padanya sambil tersenyum manis sekali. Sebagai gantinya, Masahiro mengambil tangan Tori dan dikecupnya punggung tangan itu dengan sopan dan lembut.

Saat itu, Tori tertegun. Seperti ada aliran listrik lembut yang mengalir saat jari-jari Masahiro yang panjang itu merengkuh tangannya dan sesuatu yang membuat dia jadi tak keruan saat bibir Masahiro menyentuh kulitnya. Ditambah lagi dengan senyum miring Masahiro dan alisnya yang terangkat menggoda setelahnya. Wajah Tori memanas dan dia jadi agak tersipu.

"Selamat malam, Matsuzaka-sensei."

Tori menelan ludah sebelum akhirnya tersenyum manis. "Selamat malam, Inoue-kun."

17 comments:

  1. MAMA-SAAAAAAAAN! LAGI. LAGI. LAGI.

    Astaga, Ma-kun pake turtleneck, cornrow! Oh my God! Sensei juga maniiiis!

    ReplyDelete
  2. MAU LAGIIIIIIIIII!!! SENSEI FLIRTY BANGEEEETTTTTT AAAAARRRGGGHHHH *ngiler seember*

    ReplyDelete
  3. Susah banget ini bikinnya karena gue suka lupa kalo di sini mereka belum jadian. Jadi sering tulis ulang kalo mendadak mereka terlalu lovey dovey XDDD

    ReplyDelete
  4. Astaga, Ma-kun tidak berkutik menghadapi Tori ya. Pertama kalinya ya, Ma-kun? XDDD

    ReplyDelete
  5. Ma.kun kalau merokok diisep dong, masa kalah sama sensei!

    ReplyDelete
  6. ada caps-nya gak sih pas Ma-kun ngerokok itu?

    ReplyDelete
  7. Gue ada tapi di Sanada sih. Cuma ditempel ke mulut. (haha)

    ReplyDelete
  8. Graaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhh..., Sensei! Berhenti bersikap menggoda seperti itu, saya kan makin doyan XDDD

    Auh..., Ma-kun, selamat berjuang ya! Sensei sudah memberi lampu hijau lho XD

    *meleleh*

    ReplyDelete
  9. MOEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE~!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

    MAMA-SAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN AYO BIKIN LAGIIIIIIIIIIIIIIIIIII~!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

    *umpetin lanjutan fic*

    ReplyDelete
  10. *budeg karena dari tadi diteriakin melulu*

    kenapa diumpetin fic-nyaaaaa

    ReplyDelete
  11. abis abis abis, di situ sensei MOE banget... diumpetin gara2 kata nei sama leader jadi AUnya AU. gara2 aq campur antara nyi sanak dan nei. Si sensei aq kasih mantan pacar gitu. XDDDD

    ReplyDelete
  12. Eh? Huahahahahahhahaha

    Hmmm... Sensei dikasih mantan pacar kayanya lucu *garuk2 dagu*

    ReplyDelete
  13. ...............................nuooooooooooooooo!!!!! baiklah Kimi-chan boleh dimasukkan. *murahan* tapi-tapi yusuke kan ada di Hyoutei, masih kelas tiga SMA. *dipentung Murai*

    ReplyDelete
  14. iya, jadi sensei ada mantan pacar gitu, makanya bingung mau di ganti atau di u/l aja. ~inget tante cha sama nei yang ngakak waktu kemaren di kasih tau~

    ReplyDelete