Tuesday, November 16, 2010

[fanfic] AU TorixMa-kun - Backhumping (yes, darlings. You read it right. It's TorixMa-kun)

Title: Backhumping (seriously, isn't the title so obvious? XDD) aka Photoshoot part 2
Author: Panda^^
Fandom: Kamen Rider DCD/Samurai Sentai Shinkenger
Pairing: Matsuzaka TorixInoue Masahiro
Rating: NC-17
Warning: pure pr0n. Do not read unless you're into boys humping other boys.
Disclaimer: I do not own anyone
Note: karena Nei minta stensilan jadi gue pake aja buat mewujudkan Tori jadi seme seperti yg sempet diwacanakan LOL



Tori tak tahan saat melihat Masahiro berbaring tengkurap di atas tempat tidurnya yang besar itu. Hanya mengenakan celana piyama saja dan bertelanjang dada. Tori bisa melihat otot-otot Masahiro bergerak di bawah kulitnya seiring dengan gerakan tangannya yang sibuk bermain game di ponsel. Punggung yang jarang dilihatnya itu - karena Masahiro memang jarang memunggungi Tori - terlihat begitu mengundang untuk disentuh.

Tori mendekat dan memanjat naik ke tempat tidur dengan pelan. Kedua tangannya memerangkap sisi kiri dan kanan Masahiro saat dia mengecup pundak pemuda itu. Masahiro tersenyum tapi tak menoleh.

"Sudah lebih segar?" Tanyanya, masih sibuk dengan permainan di layar mini ponselnya.

Tori tak menjawab. Bibirnya bergerak sepanjang pundak pacarnya ke arah leher dan menghisap pelan ketika tiba di tengkuk Masahiro. Senyumnya mengembang saat otot punggung Masahiro menegang dan pemuda itu menggeliat. Tori bergerak lagi. Satu tangannya ikut mengelus sementara bibirnya menciumi tulang belikat yang menonjol.

"Tori?" Panggil Masahiro, setengah kebingungan.

Lagi-lagi Tori tak menjawab. Jari-jari dan bibirnya menelusuri garis punggung Masahiro. Terus sampai ke lekukan paling bawah. Mau tak mau Masahiro menarik nafas tajam saat Tori bergerak lagi ke atas, kali ini lidahnya ikut beraksi.

"T-Tori..." Panggil Masahiro lagi, menoleh untuk melihat kekasihnya. Tori balas memandangnya dan Masahiro hanya sanggup menelan ludah saat melihat tatapan lapar di mata Tori. Tori mencodongkan badannya untuk mencium pipi Masahiro sementara tangannya menahan badan Masahiro supaya tak berbalik. Masahiro menurut setelah berhasil membuat Tori menciumnya.

Dokter muda itu kembali mencium dan menjilat belikat Masahiro. Satu tangannya mengelus pantat pacarnya, sesekali meremas dan tersenyum senang saat Masahiro mengerang.

Masahiro tak bisa berbuat apa-apa selain pasrah. Ini pertama kalinya Tori seperti ini. Masahiro tak berniat mencari tahu sebabnya sekarang. Lagipula ketika dia menoleh, pemandangan yang dilihatnya sungguh luar biasa seksi: Tori menciumi punggungnya, sekali lagi bergerak ke bawah dan menarik turun celana Masahiro sampai pantatnya terekspos. Masahiro bergidik pelan karena udara dingin menyerang kulitnya. Tapi segera dilupakannya karena tangan Tori meremasnya. Tori memandang Masahiro sekilas sebelum menunduk untuk menggigit daging di bukit sebelah kanan.

Masahiro melenguh pelan sementara kedua tangan Tori mengelus dan meremas. Pinggulnya terangkat sedikit, mengisyaratkan Tori untuk menarik lepas celananya karena bagian depan tubuhnya mulai terasa tak nyaman. Tori mengulum senyumnya dan memenuhi permintaan Masahiro. Setelah menjatuhkan celana berbahan satin itu ke sisi tempat tidur, Tori membungkuk dan mengecup bagian belakang lutut Masahiro lalu bergerak ke atas kembali ke bokongnya. Tangannya mengikuti dengan mengelus sisi tubuh Masahiro.

Tangan Masahiro otomatis mencengkeram seprai ketika Tori memisahkan pantatnya dan merasakan sesuatu yang basah menyentuh belahan pantatnya. Lenguhan keras tak bisa ditahannya.

"Tori...ungh...jangan..."

Tori hanya bergumam dan malah membuat Masahiro merasakan getaran aneh sepanjang punggungnya. Masahiro mengangkat pinggulnya. Meskipun terasa aneh tapi rasanya nikmat dan Masahiro ingin lebih.

"Gunakan...jarimu saja..." Masahiro tersengal. Kemaluannya bergesek dengan seprai dan rasanya mulai sakit.

Tori, yang makin terangsang melihat Masahiro menawarkan dirinya seperti itu, memandang Masahiro tanpa berkedip. Dicondongkannya badannya untuk mencium Masahiro dengan penuh nafsu. Satu tangannya menyentuh dagu Masahiro lalu disentuhkan ke bibir Masahiro menggantikan bibirnya. Masahiro menatapnya dan membuka mulutnya untuk mengulum dua jari Tori. Tori menciumnya lagi sementara tangannya bergerak turun, menyelusup ke belahan pantat Masahiro dan mulai menekan masuk. Satu jari diikuti yang lain.

Masahiro mendesah tajam, tak biasa dengan sensasinya. Matanya terpejam dan pinggulnya beringsut. Merasa agak tak nyaman. Tori mengalihkan perhatiannya dengan menyelipkan tangannya ke bawah dan mengelus dada Masahiro. Jari-jarinya bermain dengan bagian dada Masahiro yang Tori tahu selalu membuat Masahiro mengerang nikmat jika disentuh di bagian itu. Di bawah sana, jari-jarinya mulai bergerak keluar masuk dengan perlahan. Tori menekuk jarinya sambil menariknya keluar lalu menekan masuk lagi. Masahiro mengerang. Diputarnya jarinya di dalam tubuh Masahiro dan melakukan hal yang sama. Kali ini Masahiro melenguh panjang dan mengumpat.

Tori tersenyum penuh kemenangan. Diulanginya gerakannya, memastikan dia menyentuh titik sensitif di dalam tubuh Masahiro tiap kali dia menekan masuk atau menarik keluar. Pinggul Masahiro mulai bergerak tak terkendali. Dengan putus asa menggesekkan kemaluannya dengan seprai. Tori sendiri sudah luar biasa terangsang. Kemaluannya mulai terasa sakit karena bereaksi setiap kali mendengar lenguhan dan erangan Masahiro. Cairan bening mulai menetes dari ujung kemaluannya. Tapi Tori menahan diri karena masih ingin menunggu sampai Masahiro memohon.

Tori menunduk dan menjilat punggung Masahiro yang mulai basah dengan peluh. Sementara jari-jarinya bergerak sedikit lebih cepat. Gigi Masahiro menggerus bibir bawahnya, mulai tak tahan karena rasanya dia akan meledak setiap saat.

"Lebih...cepat..ah! Aku... Ungh... sudah tak tahan...aaah...Tori..."

Tangan Tori berhenti bergerak. Dikecupnya telinga Masahiro dan menggigit pelan daun telinganya yang memerah. "Sebentar lagi." Bisiknya.

Suara Tori yang berat dan rendah terdengar makin seksi di telinga Masahiro. Pemuda itu mengangguk dan mengerang pelan saat Tori menarik tangannya keluar dari tubuh Masahiro. Masahiro mencuri waktu untuk menarik nafas, menenangkan nafasnya yang terengah. Lidahnya menjilat bibirnya yang terasa kering dan memekik kaget saat berat tubuh Tori menindih punggungnya.

Tori terkekeh pelan, tetap terdengar begitu seksi. Digigitnya leher Masahiro, menghisap pelan dan memastikan ada bekas kemerahan yang tertinggal. Dengan pelan pula, Tori mencengkeram pinggul Masahiro, mengangkatnya lebih tinggi supaya lebih mudah memposisikan dirinya. Wajah Masahiro memerah. Jantungnya berdebar keras menanti-nanti apa yang akan terjadi. Mungkin begini yang dirasakan Tori tiap kali, pikir Masahiro.

Dan Masahiro melenguh keras, jari-jarinya merenggut seprai dengan kencang. Tori memasuki tubuhnya dengan hati-hati dan perlahan. Meskipun sudah dipersiapkan, tetap saja ini pertama kali untuk Masahiro. Matanya terpejam erat dan nafasnya tersengal-sengal. Tak mengira kalau rasanya sesakit itu. Tori harus menahan nafas agar tak meledak saat itu juga karena tubuh Masahiro melawan dan mencengkeram kuat. Diciumnya pipi dan rahang Masahiro sampai pemuda itu rileks sebelum melanjutkan membenamkan seluruh kemaluannya ke tubuh Masahiro.

Tori tak memberi waktu Masahiro untuk mengambil nafas. Dia langsung bergerak cepat dan keras. Masahiro mengerang dan menggeliat di bawahnya, semakin seksi dan menggoda sampai Tori tak menaruh belas kasihan dan tak ambil pusing untuk memperlembut gerakannya. Salah sendiri dia membuat Tori cemburu siang tadi.

Masahiro mengulurkan tangannya ke belakang, berusaha menggapai tangan Tori. Tori menyambut uluran tangan itu, mengaitkan jari-jari mereka dengan erat. Masahiro menarik tangan mereka yang terjalin itu untuk menciumi punggung tangan Tori sebelum kembali mengerang dan melenguh. Sensasinya berbeda dengan yang biasa dia rasakan dan Masahiro tak menyangka kalau dia menikmatinya. Sangat menikmati, malah.

"Ma-kun..." Tori mendesah. Matanya terpejam, sudah tak kuat lagi menahan.

Masahiro menyandarkan sisi wajahnya ke bantal dan mengangguk sembari mempererat genggaman tangannya ke tangan Tori. Tori beringsut, menghunjam tajam dan lebih cepat sampai Masahiro mengejang. Punggungnya melengkung, kepalanya terlempar ke belakang, bibirnya membuka mengeluarkan lenguhan panjang. Tak sampai berapa detik, Tori membenamkan giginya ke pundak Masahiro untuk meredam erangannya dan selesai begitu saja di dalam tubuh Masahiro.

Beberapa kali hentakan kecil dan tubuh mereka berdua terhempas ke kasur. Mereka berciuman sambil masih terengah sebelum Tori membenamkan wajahnya ke dalam rambut Masahiro. Butuh waktu lama sebelum Tori sanggup bergerak. Masahiro menggunakan sisa tenaganya untuk mengelus pipi Tori dengan buku jarinya. Tori tersenyum dan menutup matanya.

Lama setelahnya, mereka akhirnya mampu untuk bergerak lebih banyak dan beringsut merenggut seprai yang sudah ternoda dari bawah tubuh mereka. Masahiro melempar seprai itu ke samping sambil pasang tampang jijik. Tori tertawa dan menciumnya. Masahiro meringis saat memutar tubuhnya untuk menghadap Tori.

"Apa selalu sesakit ini?" Tanyanya pada Tori saat Tori mengusap punggung Masahiro.

Tori tersenyum malu. "Hanya kalau Masahiro sedang bersemangat saja."

Masahiro meringis. "Maaf ya."

Tori tertawa. "Kenapa?"

"Aku tak tahu kalau rasanya seperti ini."

Gemas, Tori mencium pacarnya itu. "Memangnya aku pernah keberatan?"

Masahiro merengut. "Tori kan terlalu baik."

Tori meletakkan jari telunjuknya di bibir Masahiro. "Kalau aku tidak protes, itu artinya memang tak ada yang kuprotes."

Masahiro mendengus. "Awas. Tunggu saja sampai punggungku tidak pegal lagi."

Tori tertawa dan menatap Masahiro dengan penuh cinta. "Terserah Masahiro saja."

-----

16 comments:

  1. AYO PUNGGUNG MASAHIRO! BERHENTILAH PEGAL! 8DDDD

    SEME!TORI UUUNNNNFFFFFFFFFFF AGYHAHAHAHAHA /IS INCOHERENT

    ReplyDelete
  2. XDDDDDDDDD

    saya balik menuntut stensilan dari dirimu!

    ReplyDelete
  3. ...........................................let's just see where this one's heading ya? Ga tau deh ini jadi stensilan apa ngga. *menulis sambil gigit2 guling*

    ReplyDelete
  4. OOOWH SEME SENSEI.
    sakit dong, Ma.kun, makanya jangan kasar kasar kalau main.

    ReplyDelete
  5. ................... *sarapan sambil baca fic ini* *kenapa bawaan gue jadi makan melulu setiap baca stensilan*

    TORI SEKSI SEKALI, KYAAAAAAAAAAAAAAA.

    ...Pengaruh gambar Atobe tengkurep kemarin, dan Ma-kun telentang dengan kemeja terbuka itu? XDD

    ReplyDelete
  6. umpannya betari memang dahsyat ya.
    Jangan sambil makan dong, aneki!

    ReplyDelete
  7. aneki, saya mengerti perasaan anda... *pandangin roti bakar di tangan yang dari tadi cuma dipegang, bingung gimana makannya*

    ReplyDelete
  8. mama-san....... *speechless*
    sensei....... *bingung mau ngomomng apa*
    Ma-kun........ enak kan sekali-sekali jadi yang di bawah..... khukhukhu...

    ReplyDelete
  9. @Anne: gpp, Ne. Nambah nafsu makan kan? Buktinya kmrn bakut abis juga kan? Hoahahahahaha

    ReplyDelete
  10. Seme!Tori.... HOOOOOOOOOOOOOTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT!!!!

    Ma-kun, terima kasih untuk didikanmu selama ini. Tori berhasil menjadi seme yang seduktif, agresif, dan penuh inisiatif (halah! apaan sih gw?)

    *guling2 di bangku bis*

    ReplyDelete
  11. penting banget lah ya lu komen lagi di sini XDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

    ReplyDelete
  12. Habisnya! Pantat Ma-kun!

    Ini fic dua tahun yang lalu ya XDDDDDDDDDD

    ReplyDelete
  13. Belum dua tahun laaa. Sekarang masih Maret XDDD

    ReplyDelete