Sunday, November 21, 2010

[fanfic] AU Ma-kunxTori - fic berantem part 2

Title: (msh belum nemu judul) part 2 dr fic berantem
Author: Panda^^
Fandom: Kamen Rider DCD/Samurai Sentai Shinkenger
Pairing: Inoue MasahiroxMatsuzaka Tori
Rating: PG
Warning: none
Disclaimer: I do not own anyone
Note: Buat Nei! Selamat sudah menempuh wisuda! *peluk2* Er... Gue sebenernya gak suka angst tapi ini kenapa malah nulis angst *tepok jidat*



Tori terbangun dengan sakit kepala yang luar biasa. Seluruh kepalanya seperti berubah jadi batu yang sangat sulit diangkat apalagi digerakkan. Tori mengumpat pelan dan beringsut pelan. Sekarang baru benar-benar menyesal karena semalam menghabiskan seperempat botol tequila sunrise. Dia tahu tak baik minum-minum kalau suasana hatinya sedang kacau seperti itu tapi Tori tak tahu lagi harus melakukan apa.

Tori mengerjap-ngerjapkan pandangannya yang agak rabun, samar-samar menangkap arah yang ditunjuk jarum jam dinding. Sudah waktunya bangun dan bekerja. Tori rasanya ingin tidur saja sampai alkohol benar-benar hilang dari sistem tubuhnya. Tapi dia sudah terlanjur bilang pada Kubota kalau dia akan tetap masuk dan membereskan laporan studi banding mereka.

Dengan berat, Tori bangun dan terhuyung-huyung ke kamar mandi. Dibukanya lemari obat di atas wastafel, mencari aspirin. Ditelannya 3 butir tablet putih itu lalu beralih ke dapur dan menenggak air putih dalam jumlah banyak. Lima belas menit kemudian, dokter muda itu baru benar-benar bisa bersiap-siap kerja.

---

"Ya ampun. Kau kenapa?" Sota bertanya dengan heran dan agak khawatir saat Tori mampir ke ruangannya mengantarkan oleh-oleh. Kepalanya dimiringkan, mengamati wajah Tori yang kelihatan kucel dan tidak menampakkan senyum ramahnya yang biasa.

Tori menggeleng sambil tersenyum kecil. "Tak apa-apa. Hanya kurang tidur."

"Kurang tidur apanya? Kalian kan sampai kemarin siang. Kau terlalu banyak bersenag-senang dengan pacarmu itu ya, semalam? Coba duduk sini." Sota menepuk kursi periksa yang biasa diduduki pasien-pasiennya.

Tori meringis. Tak berniat membantah apalagi membenarkan. Seluruh dunia tak perlu tahu kalau sedang ada apa-apa antara dirinya dan Masahiro. Tori pun duduk dan membiarkan Sota memeriksanya.

"Sudah minum aspirin?" Tanya Sota sambil mengecek reaksi mata Tori. Tori mengangguk.

"Air putih?"

"Sudah dua botol sejak tadi pagi."

Sota mengangguk-angguk lalu mengambil sesuatu dari lacinya. Kacamatanya berkilat saat meletakkan sebuah botol kecil di atas meja dan mendorongnya ke hadapan Tori. Tori buru-buru berdiri dan pamit pergi, tak mau terjebak dengan eksperimen aneh dokter nyentrik itu.

Setelah berapa lama termenung di kantornya dan akhirnya tidak mengerjakan apa-apa juga, Tori akhirnya menyerah kalah dan memutuskan untuk pulang saja. Tertunda sesaat karena ada pasien yang mendadak datang. Setelah menelepon ruangan Kazuki untuk meminta ijin, Tori sempat berpikir untuk mampir ke kafetaria dan membeli sesuatu karena dia belum makan sejak pagi. Rencana itu dibatalkan begitu matanya menangkap sosok berkaki panjang yang sedang duduk di meja yang biasa dia tempati. Dengan cepat dia berbalik sebelum sosok itu sempat melihatnya.

Itu kekanakan sekali. Tori sadar itu. Tapi melihat sosok Masahiro dari jauh saja sudah membuatnya jadi susah bernafas. Meskipun sebenarnya dia ingin sekali mendatangi pemuda itu dan menuntut penjelasan. Tapi Tori tak siap dengan penjelasan apapun. Kejadian di depan matanya kemarin siang itu saja sudah cukup membuat hatinya hancur.

Tori tak sanggup dan tak siap kalau harus mendengar Masahiro mengatakan padanya kalau pemuda itu sudah tak butuh Tori lagi di sampingnya. Lebih baik dia menjauh dan menghilang pelan-pelan seperti ini saja. Tori akan sangat-sangat merindukan Masahiro. Itu pasti. Tapi saat ini dia hanya ingin merawat lukanya pelan-pelan.

Teleponnya berdering lincah dan riang terus menerus. Tanpa melihat pun Tori tahu kalau Masahiro yang menelepon karena dering itu memang khusus untuknya. Tori mengigit bibir, menggenggam erat setir, meneguhkan dirinya untuk tidak mengangkat telepon itu.

Sisa perjalanan pulangnya ke apartemen terasa begitu buram dan berkabut.

-tbc-

Maafkaaaaan. Gue akan berusaha bikin mereka gak terlalu menderita.

11 comments:

  1. *peyuk sensei* tabah ya sensei.... kalau dicampakkan dia, saya mau nerima kok... lho??

    ReplyDelete
  2. kan kasian sensei.... daripada mabok kayak gitu.... kan mending sama saya.... *gapai2 sensei*

    ReplyDelete
  3. saya suka ini. SAYA SUKA. Uuggggh! ~menggeliat geliat gelisah tapi doyan~
    entah kenapa, alur yang begini bikin gw jadi makin sukaaaa. Lagi mama-san! Lagi!

    ngomong2 soal aspirin, gw butuh juga.

    ReplyDelete
  4. *lempar aspirin ke Nei* buat apa? Hang-over juga?

    ReplyDelete
  5. ............................kalo pendek-pendek gini dikasihnya bukan hanya Ma-kun dan Sensei yang menderita. GUWE JUGAAAAAA HUEEEEEEEENGGG. T_T

    ReplyDelete
  6. Euh....maaf? ^^;;; blekberi tolol ini kalo dipake nulis panjang jadi lemot bgt dan nanti uploadnya suka nge-hang *ninja*

    Jangan dibaca dulu sampe kelar? *ditampar*

    ReplyDelete
  7. Mana bisaaaaaaaaaaaaaaa *tendang blekberi*

    ReplyDelete